Mentari pagi menyinari minggu pagi ini, sejak tadi ardi hanya duduk di taman belakang rumahnya mengamati langit yang begitu cerah tanpa mendung, jari jari ardi menyobek nyobek daun yang jatuh, entah sudah berapa daun yang ia sobek dari tadi karena merasa bosan di rumah sendirian ah tidak masih ada ardo dan para asisten rumah tangga. Sedangkan ke dua orang tuanya sibuk bekerja walau hari ini minggu sedangkan fira ada les nari tradisional.
Ardi berjongkok memunguti daun kering yang ia sobeki dari tadi ia tak mungkin meninggalkan begitu saja setelah membuat sampah. Kaki janjang ardi berjalan menuju tempat sampah setelah itu mencuci tanganya di dekat pintu.
Reflek ardi memegang kepalanya yang tiba tiba pusing, ardi berusaha mentralkan pandanganya yang mengabur namun naas tubuhnya tak mampu menompang dirinya. Ardi mencengkram kepalanya yang sakit dan ia juga merasakan hidungnya mengeluarkan darah segar, ia baru mengingat kalau hari ini narti pergi ke pasar untuk berbelanja itu sebabnya dapur sepi.
Ardo dari anak tangga tenggorokanya kering sedangkan air minum di kamarnya habis itu sebabnya ardo harus turun. Ardo membulatkan matanya setelah melihat ardi meringkuk di lantai"ardi..."
Ardo berjongkok melihat keadaan ardi yang sudah mengenaskan itu, gimana tidak mengenaskan darah segar mengotori baju yang di kenakan ardi dan bibir ardi meringis tanpa suara"ardi bilang sama gue apa yang sakit. Ah bodoh lo kan bisu! Terus gue harus gimana"
Tangan ardi meraih tangan ardo pelan"maafin aku ya bang"ucap ardi pelan
"loh lo kok bisa bicara? Gue harus ngapain di! Bilang jangan diam aja"
Namun ardi hanya diam berlahan lahan mata sayu itu tertutup rapat, ardo mengecek deyut nadi di pergelangan ardi namun ardo tidak merasakan denyut nadi dan ardo meletakan tanganya di dada ardi tidak ada datak jantung juga. Ardo menggoyangkan tubuh ardi agar ardi terbangun bisa jadi arsi hanya nge parank dirinya"ardi bangun jangan tinggalin gue. Lo kembaran gue kalau lo nggak ada gue bisa mati!"
"ardi ardi jangan tinggalin gue"dengan nafas memburu ardo terbangun dari tidurmya, ia melihat kanan kirinya ada banyak orang dan di sampingnya ada ardi, reflek ardo langsung memeluk ardi"gue nggak mimpikan"
Ardi yang tidak tau apa apa hanya diam dengan pandangan bertanya pada semua orang dan cika hanya menggeleng, cika heran kenapa tiba tiba anak sulungnya ini bertingkah seperti ini apakah demamnya membuat ardo seperti ini. Tadi pagi saat cika ingin membangunkan ardo ia mendapati ardo demam.
Ardo melepas pelukanya, matanya meliar ke seluruh ruangan di kamarnya ada gibran, cika, winda, ardi dan fira. Ardo menunduk apa tadi ia mimpi tapi kenapa seperti nyata.
Saat ardo melepas pelukanya ada rasa hangat yang membekas di hatinya, ini kali pertamanya ardo memeluk dirinya setelah kejadian naas dulu ternyata pelukan itu masih sama rasanya dan semoga kedepanya hubunganya dengan ardo jauh lebih baik.
"infus kamu lepas ayah pasang lagi ya?"ujar gibran memecah keheningan.
Ardo menatap punggung tanganya ia baru sadar kalau punggung tanganya mengeluarkan darah, sebenarnya ia kenapa bisa kayak gini memikirkan itu membuat kepalanyan berdenyut menyakitkan"aku sakit?"
"subuh tadi kamu demam di bangunin nggak bangun bangun, rencananya kalau kamu tetap nggak bangun mau di bawa ke rumah sakit, eh malah kamu teriak teriak panggilin ardi mimpi apa kamu?"tanya cika
"aku mimpi?"ucap ardo seperti orang linglung"akhh"ringis ardo saat punggung tanganya merasa ada benda tajam yang menancap punggung tanganya.
Ardo kembali merebahkan tubuhnya dengan bantuan gibran"kenapa kalian tetap disini, aku pengen sendiri"
satu persatu mereka keluar dari kamar ardo menyisakan ardo seorang, ardo menatap jendela kamarnya dengan tatapan kosong. Pikiranya tertuju pada mimpinya tadi, apakah ia sanggup jika mimpinya iti benar benar terjadi?.
Selama ini ia tetap sayang sama ardi seperti ardo sayang sama fira, tapi egonya telah menguasainya hingga ia mengabaikan kembaranya. Benar kata gibran seharusnya ia merubah sikapnya ke ardi. Sebenarnya kekurangan ardi bukan aib tapi kenapa ia sulit sekali menerima kekurangan ardi.
Ardo merebahkan tubuhnya saat merasa kepalanya terasa pening, ia tak mengerti kenapa tiba tiba bisa sakit seperti ini padahal semalam tubuhnya tak ada keluhan apapun.
*_____*
Ardi keluar dari mobilnya, ia berjalan menuju kedai es krim yang cukup jauh dari parkiran taman. Saat ia masuk ke kedai netranya mencari seseorang, ardi kembali melangkahkan kakinya ke saat netran melihat seorang yang malambaikan tangan.
"lama banget di tungguin juga"
Ardi membalasnya dengan senyuman, tanganya menulis di stike note, "maaf, tadi macet ada kecelakaan truk"
"iya nggak papa"ujar candra"btw lo tumben kesini sendiri mana caca?"
"ada acara di rumahnya"
"yaudah ayo jalan ngapain lama lama disini"ucap candra bangkit dari duduknya
Ardi bangkit dari duduknya, menyerahkan kunci mobilnya ke candra. Dan candra menerima kunci mobil ardi"gue yang nyetir?"
Ardi mengangguk pelan.
Sesampainya di tempat tujuan saat di parkiran ardi menangkap dua insan berbeda jenis yang satu ia sangat menenali di luar kepala dan satunya ardi sangat asing. Saat candra hendak membuka mobil ardi langsung menahan candra"kenapa?"
Ardi mengeluarkan sticke note dan polpen di saku hodienya"jangan turun dulu"ardi menunjukan sticke note ke candra.
"kenapa"tanya candra heran padahal meteka sudah sampai di tempat tujuan
"tunggu dulu"
Ardi mengeluarkan ponselnya yang ada di saku hodie, ia membuka aplikasi whatsapp.
Claudia putri❤
Kamu dimana?Tak lama kemudian caca membalas pesan ardi, buru buru ardi langsung membuka chat dari caca
Claudia putri❤
Kan aku udah bilang di rumah, jangan ke rumah aku sibuk.Ardi tak puas dari jawaban caca langsung memencet icon vidio call namun tak sampai 2 detik caca menolak panggilanya.
Claudia putri❤
Di bilangin aku sibuk! Kenapa malah vc.
Aku nggak suka ya di, dengan sifat kamu kayak gini!
Kamu nggak percaya sama aku!Ardi menghembuskan nafas kasar, ardi mengusap wajahnya kasar. Kali pertamanya caca bohong! apa mungkin selama ini caca sering bohong tapi ia tak menyadarinya. Tidak! Ardi nggak boleh berfikir birik mungkin ada alasan di balik kebohongan caca.
"sekarang?"
"pulang aja kak"
"kenapa pulang kita udah jauh jauh loh untuk sampai kesini. Masak pulang"
"ayah sama bunda bentar lagi keluar, kasian ardo di rumah sendiri"
Candra menghembuskan nafas kasar, hampir 30 menit berjalanan dari bandung eh nggak ada 10 menit ardi malah minta pulang"yaudah kita pulang. Tapi lo nggak kenapa napakan?"
Ardi mengangguk pelan
KAMU SEDANG MEMBACA
why I'm different
Teen FictionSetiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing. Namun sering kali manusia lupa dirinya juga mempunyai kekurangan. Sering kali menghina dan membully seseorang tanpa mengaca apakah dirinya lebih baik dari orang itu----claudia pu...