8

2.5K 205 9
                                    

Ardi terbangun karena alarm berbunyi saat ini menunjukan pukul 04.00 ia membuka matanya pelan pelan menyusaikan cahaya yang masuk ke retinanya, ia memijat pangkal hidungnya yang terasa pening, sontak saja ia buru buru bangun kala rasa mual mendominasinya ia langsung berlari ke kamar mandi dan memutahkan isi lambungnya di wastafel

Huekk..huekkk..uhukk..uhukk..huek
Mungkin makanan yang ia makan semalam keluar begitu saja, perutnya sangat tak enak seperti di aduk aduk kepalanya sangat sakit seperti ada ribuan paku yang tertancap di kepalanya"arggg"erangnya tak tertahan, ia menarik rambutnya kasar, ia tak tahan dengan rasa sakit di kepalanya

Tak terasa adzan subuh berkumandang ardi segera mengambil wudhu mengabaikan rasa pusing yang masih menyiksanya, setelah wudhu ia melaksanakan sholat subuh, namun setelah ia sholat biasanya ia akan mengaji namun ia urungkan karena tiba tiba ia mimisan yang sangat banyak, ardi mengerutkan keningnya heran kenapa tiba tiba ia seperti ini padahal kemarin cuma sakit perut dan malam harinya sudah sembuh tapi kenapa bangun ia bisa seperti ini, ia berjalan tertatih menuju ranjangnya

Ardi merasakan suhu tubuhnya meningkat, ia melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul 05.10 dan dia belum mandi dan belum memasukan buku bukunya yang sudah ia siapkan semalam, apa dia tidak sekolah saja tapi ia takut dengan ayahnya, tubuh lemasnya ia paksakan berjalan ke kamar mandi ia terpaksa sekolah dengan kondisi seperti ini biar nanti setelah sarapan ia meminta uang untuk membeli obatnya, ia baru sadar sejak kemarin ia belum meminum obatnya karena gibran belum membelikanya obat, ia malu harus mengeluh sama narti dan gunardi yang ujungnya mereka yang membelikanya padahal obat itu sangat mahal

Ardi mengambil tas hitam yang biasanya ia pakai sekolah memasukan buku yang semalam ia siapkan setelah itu ia keluar kamar, setibanya di meja makan semua keluarganya sudah berkumpul tinggal dirinya saja karena waktu sudah menunjukan pukul 06.05

"kayak nggak punya dosa aja, di tungguin dari tadi baru keluar sekarang"sindir fira

Ardi hanya menatap fira dengan sendu padahal biasanya juga mereka berkumpul di meja makan juga jam 06.00 tapi kenapa di saat semua sudah berkumpul kecuali dirinya yang telat sedikit harus di gunjing

"ardi kamu makan apa"tanya cika

"ardi ambil sendiri bun"ucap ardi menggunakan bahasa isyarat, cika hanya membalas dengan anggukan saja

Ardi mengambil nasi sedikit dan beberapa lauk dan sayur itupun sedikit sedikit ia takut muntah lagi dan berujung membuat orang tuanya kawatir, akh lebih tepatnya pembantunya yang kawatir bukan orang tuanya, ia takut narti kawatir denganya

"kenapa sarapanya cuma sedikit"tanya cika, ardi hanya menggeleng pelan

Dan benar saja baru sesuap saja ia sudah mual ia berusaha menahanya agar keluarganya tak curiga, ia memakan sedikit sedikit dan mengunyahkan pun pelan pelan, ia meletakan sendoknya kala rasa mualnya menyiksa padahal ia makan hanya beberapa suap, ia mau bangkit namun ia urungkan kala suara gibran memecah keheningan

"jangan cari penyakit, kakak kamu udah sakit, kami tidak mau kamu repotkan dengan kamu juga ikut ikutan sakit"ujar gibran, ardi hanya mengangguk berusaha memakan sarapanya walau setiap sendokan selalu menahan mual

Ardi menyerahkan selembar kertas ke gibran, gibran langsung membacanya"ya nanti kalau nggak lupa ayah belikan"

"beli apa"tanya cika

"obatnya habis"

Ardi menghembuskan lega kala melihat piringnya sudah tak tersisa makanan, ia bangkit menyalimi ke dua orang tua setelah itu berjalan ke luar rumah sebab di gunardi pasti sudah menunggunya lama.

*____*

Ardi bernafas lega karena sudah menyelasaikan ulangan harian matematika, walau ia tak benar salahnya karena fokus terbelah menjadi antara rasa sakit di kepalanya dan soal soal matematika, sebenarnya baginya tak begitu sulit namun rasa sakit menghalanginya berpikir

why I'm different Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang