11

2.8K 220 35
                                    

Pagi ini sang surya menyinari bumi tanpa malu malu, hingga membuat seorang pemuda seketika langsung bangun sebab merasakan silau saat ada perempuan paruh baya yang masih terlihat awet muda itu membuka gorden dengan senganja.
"bangun sayang udah siang nih"

Ardi menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya, ia menatap langit langit kamarnya, kepalanya terasa pening dan tubuhnya sedikit lemas, apa ini akaibat semalam ia begadang dan berimbas pada kesehatanya.

Cika duduk di pinggiran kasur milik ardi, mengusap surai yang sedikit lebat sebab sudah waktunya potong rambut"rambut kamu udah mulai panjang nanti potong ya"

Ardi mengangguk pelan

"badan kamu anget, kenapa? Ada keluhan pagi ini"

Ardi hanya menggeleng, ia tak mau sampai bundanya kawatir denganya. pasal sejak tadi subuh kepalanya pusing dan badanya terasa sakit belum lagi rasa sesak di dadanya juga menyisaknya.

"bunda panggilin papa ya biar di priksa?"cika bangkit dari duduknya, namun saat ingin melangkah tanganya di tahan ardi, cika menatap ardi seejenak"bunda pergi sebentar panggil ayah aja"

Ardi menggeleng"jangan panggil ayah"tangan lemasnya menari nari di udara untuk mengisyaratkan agar cika tak memanggil gibran.

"kenapa? Kamu harus di periksa nanti tambah parah"

Ardi hanya diam tak menanggapi cika, tanganya meraba raba micky mouse setelah tanganya menggapai, ardi langsung meringkuk memeluknya.

Cika tersenyum, kakinya melangkah keluar kamar ardi, namun saat membuka pintu cika langsung berhenti di ambang pintu sebab gibran sedang melintas"gibran"

Gibran menghentikan langkahnya"ada apa?"

"ardi badanya anget, kamu periksa gih takutnya kenapa napa"

Gibran menghembuska nafas kasar"padahal di hari libur ini aku nggak mau priksa pasien...."ucapnya langsung di potong cika"itu anak kamu bukan pasien kamu, sekarang ambil peralatan kamu dan periksa ardi sekarang juga! Oh ya sama suruh bibi buatin bubur"

Gibran hanya berdehem melanjutkan jalanya yang sempat tertunda niatnya keluar kamar untuk membaca koran dan sambil ngopi di pinggil kolam renang namun gagal karena cika menyuruhnya memeriksa ardi.

Cika kembali duduk di pinggiran kasur ardi, mengusap surai lembut milik anaknya itu"ardi jangan sakit dong, bunda sedih kalau ardi sakit"

Ardi mendongak lalu tersenyum"jangan sedih, bunda nggak boleh sedih"

"iya, bunda nggak sedih, asalkan ardi nggak sakit sakitan lagi"

"kangen nenek, suruh nenek kesini ya bun"

Cika mengangguk pelan"iya, nanti kalau ardi udah di periksa ayah, bunda suruh ayah jemput nenek"

Gibran memasuki kamar ardi dengan membawa tas putih yang berisi alat medis"sejak kapan demamnya?"

"keknya barusan deh yah, semalam juga aku cek ardi nggak demam"

Gibran mengangguk pelan, ia mulai memeriksa ardi, ia kaget saat menyibak baju anaknya itu ia melihat beberapa memar di perut dan dadanya"ini kalau di tekan sakit nggak?"

Ardi diam sejenak tidak langsung menjawab pertanyan gibran ia juga bingung dari mana memar itu berasal pasalnya ia tak merasa terbentur apapun. Ardi menjawab dengan gelengan pelan.

"itu memar loh dek, masak nggak sakit"tanya cika

Ardi tetap menggeleng, ia juga tak tau beberapa minggu terakhir badanya secara tiba tiba muncul memar padahal ia tak pernah jatuh atau kepentok sesuatu.

why I'm different Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang