10

3.2K 220 18
                                    

Pagi ini awan nampak menghitam walau hujan belum turun namun rasa dingin ini seperti hujan lebat membuat siapa saja malas untuk beranjak dari kasur empuknya, seperti ardo seandainya cika tak memaksanya untuk pergi ke sekolah sudah pasti ia masih bergelut pada slimut tebalnya yang sangat nyaman itu.

Kaki jenjangnya melangkah masuk ke kelasnya yang tampak sudah ramai sebab kurang dari 5 menit lagi bel masuk akan di bunyikan, ardo melemparkan tas punggung di atas meja.

"slow men"ujar devan

"males gue sekolah, bolos yuk"

Teman teman ardopun menyetujuai, satria, devan, irgi dan fino mengikuti kemana ardo pergi, dan mereka berhenti di tempat jarang siswa siswi melintas bahkan guru guru juga sangat jarang melintasi tempat ini.

Ardo mulai menghisap rokoknya, ia termasuk perokok aktif hampir setiap hari ia menghabiskan sebungkus rokok, bahkan tak sekali dua kali ia dan teman temanya pergi ke club.

"gue pengen main main sama adek lo lagi"ujar satria.

Ardo membuang putung rokoknya"jangan dulu, penyakitnya baru aja kambuh ntar mati kita nggak ada mainan"

Satria terkekeh"sejak kapan lo peduli sama dia"

Ardo terdiam, benar juga yang di bilang satria sejak kapan ia peduli dengan ardi, sampai matipun mungkin ia tak akan peduli denganya"siapa yang peduli"

"mabar kuy, jangan kebanyakan nyebat"ujar irgi, hanya irgilah yang perokok pasif di antara mereka, sekalipun irgi tak pernah mencoba berbahan nikotin itu, bahkan tak jarang setiap kumpul irgi memakai masker sebab ia tak tahan dengan bau  rokok, seperti sekarang bahkan dirinya memakai masker double sebab ruangan di sini kedap dan lembab mungkin kalau memakai masker satu masih bisa tembus makanya sekarang memakai masker double.

"banci lo!"umpat ardo

*_____*

Ardi tengah memakan bekalnya yang di siapkan cika tadi pagi di kantin, namun ia hanya memakan sedikit sebab kenan dan miko juga ikut ikutan memakan bekalnya padahal mereka sudah memesan makanan, sampai caca murka melihat mereka berdua makan dengan lahab tanpa memperdulikan ardi yang baru makan beberapa suap.

Ke dua tangan caca menyrobot bekal ardi dengan kasar"liat tuh yang bawa belum makan"

"lo mah nggak asik, wong ardinya nggak papa ya di"ujar miko tak terima caca menganggu makanya.

"liat tuh nasi goreng kalian masih utuh, makan sana! jangan makan bekalnya ardi"

Ardi menyentuh pundak caca"nggak papa kok"

Kenan mendorong sepering nasi goreng yang ia pesan tadi"tuhkan nggak papa! Nih ar makan nasi goreng gue"

Caca berdiri dari duduk"kenan! Lo gila apa, ardi baru aja sembuh dan sekarang lo mau kasih nasi goreng"

Ardi menoleh kiri kanan banyak siswa siswi bisik bisik melihat caca yang marah marah, ardi menarik tangan caca menyuruhnya agar duduk kembali"jangan marah marah, kita jadi pusat perhatian"

Caca menghembuskan nafas kasar, menatap miko dan kenan horor"awas kalian sampai ganggu makan ardi lagi, gue bunuh kalian"

"cowoknya mempunyai sifat selembut kapas eh ceweknya kek preman pasar, gue heran kok ardi mau sama cewek modelan lo"sindir kenan membuat caca bertambah murka.

Brakkk

Caca menggebrak meja kantin tak peduli ia sekarang jadi pusat perhatian"apa lo bilang, coba ulangi lagi, gue nggak denger"

Ardi hanya bisa menelus punggung caca pelan agar anak itu lebih tenang"udahhh"ucap ardi lirih, hanya di dengar caca saja.

Hati caca langsung saja meleleh mendengar ucapan ardi walau hanya pelan tapi sudah membuat hatinya kebih tenang.

Ardi memakan bekalnya yang tinggal sedikit itu, lalu meminum obatnya, hingga mereka mendengar bel masuk dan memutuskan segeran beranjak dari kantin menuju kelasnya.

Sepanjang pelajarang ardi fokus dengan teman temanya yang sedang presentasi di depan, sesekali ardi menulis poin yang menurutnya penting.

"di?"panggil miko

Ardi hanya bergumam, ia fasih fokus mendengar dan tanganya menulis apa yang di dengar.

"jumatkan kita presntasi gimana kalau nanti aja pulang sekolah kita kelompok'anya, soalnya besok gue harus ke rumah nenek, dia nyariin gue terus dari kemarin"ucap miko lirih, memang cucu paling di sayang neneknya hanya miko sebab dari bayi sampai sekolah mebengah pertama neneknya lah yang mengasuh miko, sedangkan orang tuanya sibuk dengan perusahaan yang ada di luar negeri dan saat akhir SMP prang tua miko menetap di bandung, akhirnya setelah orang tuangnya menetap di bandung neneknya pindah ke sukabumi, sebenarnya miko tak rela namun kakak dari ibunya ingin tinggal bersama nenek.

Ardi meletakan polpennya, meloleh ke samping lalu mengangguk pelan,"kamu kasih tau temen temen, kalau mereka setuju, aku juga setuju"

"iya, nanti gue kasih tau, nanti kelompoknya di rumah lo aja ya"

Ardi mengangguk pelan

*____*

Sesuai janji mereka dadi sepulang sekolah ardi dan teman sekolompoknya mengerjakan tugas kelompok di rumah ardi, sebagian sudah berada di rumah ardi dan sebagianya masih membeli media yang akan di gunakan.

"sesuai kesepakatan kemarin, gue, ardi, dan rindha mengerjakan ppt dan makalahnya, yang lainya mengerjakan medianya ya, tadi kenan sudah di kasih taukan beli styrofoam empatkan jadinya"ujar caca

"udah kok ca, tadi gue udah kasih tau kenan"

"oke, kan kemarin gue sama rindha udah buat makalahnya, buat ppt nya kamu aja ya ar"caca menyerahkan makalah ke ardi

Ardi mengangguk menerima makalah yang di berikan caca

Kenan dan teman kelompok lainya datang dengan membawa alat dan bahan untuk media"gila capek banget"keluh kenan, mengambil segalas orange jus, meminumnya hingga tandas"bikkk"teriak kenan

"lo tuh di rumah orang yang sopan dong"ujar rindha

"bodo amat mulut muluk gue"sentak kenan

Narti terpogoh pogoh datang ke ruang keluarga"ada apa den"

"buatin jus mangga ya kalau nggak ada semangka"ujar kenan

Narti mengangguk pelan"ada yang di butuhkan lainya"

"ada nggak?"

Mereka semua menjawab tidak akhirnya narti melenggang pergi balik ke dapur lagi.

"eh ada temen temenya ardi ya"ujar cika baru saja sampai

"iya tan, tante dari mana?"tanya wilona

"pulang ngajar, ardi nggak lupa makan sama minum obatnya kan?"

Ardi mendongak, lalu menggeleng pelan

"yaudah tante ke kamar dulu ya, mau bersih bersih"ucap cika melenggang pergi.

Denis menatap cika sampai tak bekedip, walau sudah berteman hampir dua tahun tapi baru pertama kalinya denis berkunjung ke rumah ardi dan melihat secara langsung sosok ibu dari temanya itu, saat pertama kali melihat, cika itu sangat muda tak pantas mempunya anak remaja seumuran ardo dan ardi"nyokop lo, umurnya berapa?"

Ardi menuliskan sesuatu di stick notenya"kalau nggak salah 42"

Denis langsung terkejut saat memebaca stick note, ia kira cika dulu menikah setelah SMA"gue kira masih tiga puluh an"

"ya kali tante cika umurnya tiga puluh an nis, lo nggak lihat anaknya umurnya tujuh belas tahun, pikir pakai logika dong"

"mana gue tau siapa tau tante cika ibu sambungnya ardi, kan bisa jadi umur tiga puluh udah punya anak sebesar ardi"

"udah udah ngapain ributin nyokapnya ardi, noh styrofoam lo potong udah gue pola"rerai rindha

why I'm different Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang