13

2.4K 202 18
                                    

Setelah menyalin catatan pelajaran yang tertinggal, ardi memasukan buku buku yang akan ia bawa ke sekolah besok. Mata ardi mengeryit heran saat melihat kertas lipat berwarna hijau jatuh dari tumpukan buku.

Ardi terkekeh membaca tulisan di kertas lipat ternyata itu puisi yang pernah di buat caca beberapa tahun silam yang ternyata masih ada ia kira sudah terbuang. Ardi menoleh ke samping saat pintu kamarnya terbuka  menampilkan ardo yang membawa buku, ah pasti ardo menyuruhnya mengerjakan tugas sekolah yang belum ardo kerjakan.

Ardo melempar buku yang ia bawa"nih kerjakan LKS gue, jangan ada yang sampai salah! Besok harus selesai"

Ardi hanya membalas dengan anggukan. Untung saja ia tadi menyalin catatamya lebih awal jadi ia nanti bosa tidur lebih cepat.

Ardo merebahkan tubuhnya di kasur milik ardi, memainkan game yang ada di ponselnya sesekali ia melihat ardi yang sedang serius mengerjakan tugasnya yang lumayan banyak itu. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.30 ardo meletakan ponselnya di nakas lalu memposisikan tubuhnya senyaman mungkin untuk terlalap.

Sedangkan ardi membereskan meja belajarnya agar tertata rapi seperti semula karena ia sudah menyelesaikan tugas yang di berikan abangnya itu, sebelum ia tidur meminum obatnya, setelah itu ardi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu salah satu kebiasaan ardi sebelum tidur yaitu berwudhu walau sudah sholat.

Langkah jenjang ardi keluar dari kamar mandi, bibirnya tersenyum tipis melihat ardo tertidur di atas kasurnya, alasan kenapa ardi tak pernah menolak saat saat ardo menyuruhnya mengerjakan tugas ya ini ardi ingin tidur bersama ardo, karena semarah apapun ardo kalau menyuruhnya mengerjakan tugas pasti ardo akan tidur bersamanya entah apa alasan ardo.

Ardi terbangun dari tidur kala waktu menjukan pukul 04.15 ardi bangkit dari tidur, ia mengambil sarung dan baju koko yang ada di lemari dan bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan wudhu. Ardi keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang lebih segar, ia berjalan ke arah ardo untuk membangunkanya.

Ardi menepuk pelan pinggang ardo tak lama kemudian ardo terbangun"ada apa sih"gerutu ardo

Ardi menepuk pinggang ardo sekali lagi"udah waktunya sholat"

Ardo mengubah posisinya yang semula tidiran menjadi duduk"lo udah sholat?"

Ardi menggeleng pelan

Ardo menghembuskan nafas kasar"jangan sholat dulu, gue ambil wudhu"ujar ardo melangkah menuju lemari ardi untuk mengambil sarung.

Hati ardi menghangat saat mendengar ucapan ardo bahwa dia akan sholat jamaah bersama ardo, kali pertamanya ardo mau sholat jamaah denganya, biasanya jika ardi bosen sholat di rumah ia akan pergi ke masjit depan perumahanya menggunakan sepeda karena jaraknya lumayan jauh tapi kali ini sholatnya terasa berbeda.

Ardo keluar dari kamar mandi, ia sedikit membenarkan letak sarungnya. Ardo melangkah mendekati ardi yang sudah siap untuk sholat"gue imamnya"

Ardi hanya membalas dengan anggukan.

Cika membuka pintu kamar ardi, ia sangat terkejut melihat pemandangan sangat langka bahkan ini pertama kalinya cika melihat ke dua putra kembarnya sholat jamaah. Niat awal cika ingin mencari ardo karena di kamarnya tidak ada sebab ia takut kalau ardo berbuat hal yang tidak mengenakan ke ardi pasalnya anak itu sangat sulit di tebak.

Cika terkejut saat pundaknya ada yang menimpuk, ia menoleh ke belakang ternyata yang menimpuk pundaknya gibran"husst"

"ada apa emangnya? Ngintip ngintip kayak mau apa aja"ujar gibran

"husst diam liat itu"

Gibran yang penasaran ikut mengintip kamar ardi, ia membulatkan matanya melihat pemandangan di depanya. Gibran sampai mengucek matanya karena tak percaya apa yang ia lihat"itu ardo nglindur atau gimana sholat jamaah sama adiknya"

"hati ini rasanya adem banget lihat anak anak akur gitu, semoga aja ardo mau menerima kekurangan ardi ya yah"

Gibran mengangguk"semoga saja, eh kamu emang udah sholat ya?"

"astaghfirullah aku belum sholat, gara gara lihat pemandangan indah jadi lupa sholat"cika menutup pintu kamar ardi setelah itu melenggang pergi di ikuti gibran dari belakangnya.

*_____*

Ardi menghembuskan nafas kasar, ia menatap ring basket di depanya ini kesempatan terakhirnya di game ini dan hap, yes! Masuk pikirnya

Yusuf pelatih basket itu penepuk pundak ardi pelan, ia sangat takjub melihat skil ardi yang semakin hari semakin bagus, kalau salah satu anak didiknya ini mau ikuti selekasi, sudah pasti ardi bisa masuk ke tim nasional tapi sayang club club yang menawari ardi setiap saat setelah lomba pasti ardi tolak dengan alasan kalau orang tuanya tak setuju, menyuruhnya fokus belajar saja.

Memang ardi di wanti wanti tidak boleh sampai bermain di club besar alesanya cukup clasik karena ardi harus fokus sekolah tidak boleh fokus yang lain, padahal mereka juga tau bagaimana pelatih pelatih di luar sana sangat mengincar ardi sampai sampai mereka tak jarang sampai meminta langsung ke orang tuanya untuk masuk ke club mereka tapi seyang seribu sayang gibran dan cika terus menolaknya.

"bagus tingkatkan performamu ardi, latihanmu saat ini cukup puas saya"ardi hanya membalas dengan senyuman

Caca yang di pinggir lapangan langsung berlari menuju miko dan ardo saat permainan usai dengan membawa dua botol air mineral dan menyerahkan ke mereka
"prokkk...prokkk yeee sumpah makin keren permainan lo di, gue tambah sayang deh"

"kenan mana ca"tanya ardi dengan bahasa isyarat

"tadi pamit pulang dulu katanya di cariin bokapnya"ardi mengangguk paham

"aku ganti baju dulu ya"

"iya hati hati, jangan lupa hatinya di jaga"gombal kila

Ardi tekekeh, mengusap rambut kila pelan"hati ini cuma buat kamu"

"duh duh mau ganti baju aja gombalan dulu"ujar miko mengibas ngibaskan tanganya

"sirik aja lo"gerutu caca"aku pulang dulu ya"

Ardi mengacungkan jempolnya

Ardi dan miko berjalan beriringan menuju ruang ganti, ardi mengambil seragam sekolahnya di loker"oh ya di lo ngerasa aneh nggak sih sama caca?"

Ardi mengerutkan keningnya untuk berfikir sejenak, lalu menggeleng pelan"emang ada apa?"

"nggak papa sih cuma nanya aja"

Setelah selesai ganti baju ardi segera bergegas meninggalkan sekolah sebab ia takut gunardi menunggunya terlalu lama, ardi membuka pintu mobil lalu duduk di kursi penumpang.

"langsung pulang den?"tanya gunardi

Ardi hanya membalas dengan anggukan, ardi memejamkan matanya mungkin tidur sebentar rasa lelah di tubuhnya akan berkurang.

Gunardi ingin membangunkan anak majikanya itu tapi ia kasian karena terlihat sangat capek"nggak usah di bangunin aja deh kasian"gumamnya

"pak gun?"panggil gibran

Gunardi menoleh kebelakang"eh pak gibran, udah pulang pak"

"iya, itu ardi baru pulang juga? Itu kenapa nggak pingsankan?"tanya gibran heran melihat salah satu anaknya tampak memejamkan mata.

"enggak pak tadi den ardi baru saja latihan basket makanya kecapean sampai ketiduran gini, mau bangunin kasian tidurnya keliatan pules banget"

"yaudah biar saya angkat pak gun pulang aja"

"baik pak"

Gibran mengkat tubuh ardi yang terasa ringat itu, ia berjalan masuk ke dalam rumahnya, ia menatap puluhan anak tangga di depanya walaupun ardi ringan kalau menaiki anak tangga pasti gibran akan encok juga.

Ardi membuka matanya pelan, ia mengergejabkan matanya untuk menyusaikan cahaya masuk ke retinanya, ardi terkejut saat menyadari kalau dirinya dalam gendingan gibran"a-ayah"panggil ardi pelan

"alhamdulillah nggak jadi encok"gumamnya saat menyadari ardi sudah bangun dari tidurnya.

Ardi mengisyaratkan agar di turunkan dari gendongan gibran"m-maaf"

why I'm different Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang