9. Terbaring Sakit

6.2K 977 30
                                    

Pdf bisa order di wa ‪+62 895‑2600‑4971‬

Untuk ebook bisa di beli di playstore buku.

Bisa juga di baca di kbm app Aqiladyna dan Karyakarsa.



Kerja sama di tawarkan juragan Harsa telah di setujui Elang, sebagai perwakilan dan yang di undang, Juragan Aksa akan memenuhi bertandang di kediaman juragan Harsa, kebetulan beliau juga memiliki urusan masalah perkebunan yang harus di selesaikan dalam pekan ini.

Beberapa pakaian juragan Aksa telah di masukan rapi ke dalam tas dan segala keperluan beliau yang di siapkan bulik Sumi. Seharusnya Ainur yang menyiapkan keperluan beliau bahkan Ainur ingin ikut mengingat juragan Aksa hanya beberapa hari berada di sana namun sayang kondisi kesehatannya tidak memungkinkan. Beberapa saat lalu mantri datang memeriksa kondisi Ainur yang mengeluh pusing. Ainur diagnosis mengalami anemia dan perlu istirahat cukup dan makan teratur. Memang akhir akhir ini tidur Ainur semakin tidak lelap, bahkan selera makannya pun turun. Pikiranlah membuatnya seperti ini. Rasa bersalah dan kasihan pada juragan Aksa Janitra masih membelit jiwanya.

"Ndoro Ainur, ini wedang Jahe bulik bawakan." Ucap Bulik berada di luar terpisah tirai pintu.

"Masuk Bulik." Ainur bangkit dari dipan menatap tirai tersibak pada bulik Sumi yang tersenyum mendekati Ainur dan menaruh wedang jahe di atas meja.

"Di minum ndoro selagi hangat." Pinta bulik Sumi.

"Nggih bulik, makasih bulik perhatian sekali sama Ainur."

"Sama sama ndoro, tentu bulik perhatian, bulik ndhak ingin ndoro sakit. Kasihan juragan Aksa ikut bersedih nanti."

Kang mas Aksa, akhir akhir ini beliau terlihat sibuk dengan tugasnya bahkan sejak kemarin beliau tidak menemani Ainur tidur di bilik kamar. Semalaman berada di bilik tempat kerjanya.

"Kang mas di mana toh bulik?" Tanya Ainur sejak pagi sampai mantri datang memeriksa, Ainur tidak melihat perwujudan dari suaminya.

"Juragan pamit ke rumah besar mungkin sebentar lagi akan balik, sore ini beliau kan harus berangkat lagi ndoro."

Ainur mengangguk, terdiam sesaat sampai bulik Sumi menyodorkan gelas berisi wedang jahe padanya.

"Di minum ndoro."

Ainur tersenyum, mengambil gelas itu dan meminumnya sampai tandas. Sehabis meminum wedang jahe perut Ainur rasanya lebih enakan.

"Bulik permisi dulu." Bulik Sumi berbalik membawa gelas kosong keluar dari bilik kamar.

Ainur turun dari dipan, menapaki lantai melangkah ke jendela, tatapannya menyapu sekeliling pemandangan jauh sampai ke jalan yang sudah di lalui para warga yang mulai beraktifitas. Sorot mata Ainur melekat pada sosok bocah yang di gandeng erat seorang lelaki dewasa. Salah satu tangan lelaki itu juga merangkul mesra perempuan di sampingnya. Mereka berjalan beriringan terlihat sangat bahagia terbukti dari senyum dari ketiganya yang merekah.

Ainur tertunduk mengusap perut ratanya. Melihat pemandangan barusan menyesakan hati. Tergambar keluarga yang sempurna tapi lihatlah rumah tangga yang ia bangun tidaklah sempurna karena kesalahannya. Bahkan semua orang mencibirnya sebagai perempuan tak tahu diri.

Apakah benar dia tidak tahu diri? Ia tak pernah ingin menjadi satu satunya ratu di kehidupan juragan Aksa. Ia tahu diri bahkan seandainya juragan Aksa menikah lagi Ainur akan merestuinya tapi juragan Aksa sendirilah yang tak berkenan tuk menikah lagi, bahkan juragan Aksa bersumpah Ainur lah istri terakhir tuk beliau. Tapi sumpah itu dulu saat Ainur sebagai perempuan sempurna yang mampu melahirkan keturunan beliau. Saat ini telah berbeda Ainur cacat tidak harus beliau masih memegang teguh sumpahnya atau memang juragan Aksa hanya kasihan dan tidak enak hati pada Ainur? Jawabannya pun Ainur tak tahu karena hanya suaminya lah yang tahu semuanya.

AinurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang