3. Duka Lara

11.4K 1.1K 78
                                    

Ainur bisa di baca juga di Karyakarsa dan kbm app

Tersedia di playstore buku Aqiladyna

Pdf Ready wa ‪+62 895‑2600‑4971‬


Happy Reading!

"Ndoro Banuwati telah meninggal di dalam sel tahanan,"

Berita duka menyesakan dada telah sampai pada juragan Aksa Janitra yang segera melepas pekerjaannya dan pergi ke rumah keluarga besar mengurus pemakaman sang Biyung. Banyak pelayat telah berkumpul di rumah, juragan Aksa menatap nanar pada tubuh yang sudah terbujur kaku, terbaring di tutupi sehelai kain. Ainur menoleh pada kedatangan suaminya. Matanya sudah sembab karena sedari tadi menangis yang di tenangkan Cempaka yang sama bersedihnya dengan dirinya. Ainur berdiri mendekati juragan Aksa yang masih berdiri membeku.

"Kang mas, ikhlaskan Biyung," Lirih Ainur dengan bibir gemetar menyentuh tangan Juragan Aksa dan berusaha memeluk suaminya.

Aksa meneteskan air matanya, menyambut pelukan Ainur, sulit ia terima secepat ini Biyung meninggalkan dirinya, padahal dirinya belum sempat mempunyai waktu tuk merasakan kasih sayang Sang Biyung.

Biyung Banuwati di hukum penjara seumur hidup atas kesalahannya dan dosa terbesarnya pada Romo Janitra. Banyak ketidak adilan yang Biyung Banuwati lakukan. Bahkan juragan Aksa sejak kecil selalu di perlakukan berbeda dengan kang masnya Juragan Anas Janitra yang lebih di sayangi.

Sekalipun meski Biyung tak menginginkan, bahkan tak pernah mencurahkan kasih sayangnya, Juragan Aksa Janitra tak pernah dendam. Beliau paling setia mengunjungi Biyung Banuwati di dalam sel tahanan. Berharap secercah harapan tuk Biyung bisa bebas dan tinggal bersama dirinya.

Namun Sang Kuasa berkehendak lain, Biyung Banuwati telah tidur tuk selamanya. Tanpa sakit dan keluhan karena terakhir kali Aksa menjenguk Biyung dua hari lalu Biyung Banuwati sangatlah sehat, bahkan senyum tulus merekah di wajah cantiknya yang tak lagi muda.

Menguatkan hati juragan Aksa mendekat dan bersimpuh di depan jasad sang Biyung, tuk terakhir kalinya beliau membuka kain menutupi wajah wanita yang melahirkannya dan mengecup keningnya. Menutup kembali kain itu juragan Aksa kembali meneteskan air matanya.

Sentuhan mendarat di pundaknya, juragan Aksa menoleh pada Juragan Elang yang duduk bersimpuh di sampingnya.

"Biyung sudah tenang kang mas, ini yang terbaik." Kata juragan Elang menatap jasad Biyung Banuwati. Tak ada jejak air mata hanya sedikit raut kesedihan di wajah tegas juragan Elang.

Wajar Elang tak begitu bersedih dengan meninggalnya Biyung Banuwati, sudah banyak kesakitan, fitnahan dulu di lakukan Biyung Banuwati pada Elang dan ibu Laksmi, bahkan Biyung pernah berniat meracuni Elang. Kejahatan Biyung memang tak patut terampunkan.

"Maukah kamu memaafkan semua dosa Biyung?" Tanya Juragan Aksa.

Juragan Elang mendelik dingin pada Juragan Aksa. "Kalau saja adimas panjenengan ini ndhak memaafkan Biyung mungkin aku ndhak berada di sini."

Juragan Aksa lega akhirnya Elang memaafkan semua kesalahan Biyung setidaknya agar perjalanan Biyungnya lebih tenang menghadap Sang Kuasa.

Pemakaman segera di laksanakan setelah kedatangan juragan Anas Janitra beserta Sinta istrinya dan putra putrinya dari Kalimantan.

Kini anggota keluarga Janitra dan pelayat memenuhi area pemakaman. Liang lahat sudah di gali, doa di panjatkan saat peti mati di turunkan ke liang lahat yang mulai di tutupi tanah. Juragan Aksa menatap juragan Anas yang begitu terpukul sedari tadi tiada berhenti menangis. Masing masing keluarga menaburkan bunga di gundukan makam sang Biyung, tapi tidak Elang, selesai Biyung di makamkan Elang begitu saja melengos pergi.

AinurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang