Ainur bisa di baca juga di Karyakarsa dan kbm app
Tersedia di playstore buku Aqiladyna
Pdf Ready wa +62 895‑2600‑4971
****
Sejak kemarin malam Juragan Aksa mendiamkan Ainur, bahkan dalam tidur satu dipanpun juragan Aksa sengaja memberi jarak. Ainur tahu kenapa sikap dingin juragan Aksa kali ini padanya tidak lain karena kemarin saat beliau bertanya kenapa Ainur bersedih, Ainur sama sekali tidak berkenan menjawab malah mengelak.
Juragan Aksa sangat jarang sekali marah namun kalau beliau diam membisu seperti saat ini benar adanya beliau sangat marah pada Ainur. Tuk menegur duluan pun Ainur sungkan karena ia tak mempunyai kalimat yang pas berbicara pada suaminya.
Hari ini juragan Aksa libur dalam pekerjaannya. Rencananya besok pagi beliau akan berangkat ke luar kota tuk beberapa hari. Moments sangat jarang sekali jurangan Aksa di rumah di siang hari, seharusnya mereka bercengkrama hangat bukan diam diaman seperti saat ini.
Ainur menghela nafasnya selesai mandi dan berpakaian. Ia kini terlihat cantik melangkah keluar dari balik kamar menuju dapur. Di lihatnya makanan sudah tersaji di atas meja. Ainur mendekati bulik Sumi yang masih sibuk berjongkok di depan tungku perapian.
"Bulik bikin apa?" Sapa Ainur hingga bulik Sumi menoleh dan tersenyum.
"Sayur asem ndoro, bentar lagi matang, jurangan dan ndoro bisa makan bersama." Kata bulik Sumi.
Ainur mengerutkan keningnya dan duduk di lantai.
"Biar kang mas saja makan duluan, bulik bisa panggil beliau mungkin ada di teras belakang." Kata Ainur.
"Loh biasanya juragan kan sukanya makan bareng sama sama toh ndoro." Kata Bulik Sumi heran memperhatikan Ainur yang merunduk seperti memikirkan sesuatu.
"Ndoro lagi marahan sama juragan?" Tanya bulik Sumi lembut.
"Ndhak kok bulik, kang mas ndhak salah hanya Ainur ndhak tahu diri. Terasa Ainur gagal jadi istri yang baik." Keluh Ainur.
Bulik menghela nafasnya, beliau mengangkat sayur asem yang sudah matang di dalam panci lalu mematikan tungku perapian. Selesai bulik menghampiri Ainur dan duduk di samping Ainur.
"Ndoro jangan bicara seperti itu, juragan Aksa sangat mencintai ndoro."
"Ainur pun mencintai kang mas. Lebih dari kang mas. Bahkan sampai detik ini Ainur belum bisa memberikan kebahagiaan untuk kang mas."
"Apa ndoro masih mengingat musibah dulu yang terjadi, bolehkan bulik memberi saran." Kata bulik Sumi di balas anggukan Ainur.
"Menurut bulik ndoro Ainur jangan terlalu menyalahkan diri sendiri, musibah terjadi karena kehendak dari Sang Kuasa. Bulik lihatpun juragan Aksa sudah legowo menerimanya. Ndoro dan juragan berhak bahagia dan meneruskan hidup toh."
Ainur terdiam mendengar nasehat bulik Sumi. Benar kata beliau namun semua terasa berat di jalani terlebih bisik bisik di belakang yang selalu membicarakan rumah tangganya yang tak sempurna.
"Ainur sudah mengambil keputusan bulik." Kata Ainur parau.
"Keputusan apa ndoro?"
"Rencananya Ainur ingin mencarikan calon selir untuk kang mas. Bulik pasti tahu Ainur ndhak bisa hamil lagi sedangkan dalam keluarga ini harus ada penerus dari kang mas."
Raut wajah bulik Sumi terlihat bersedih namun beliau berusaha tersenyum hangat agar Ainur tidak rapuh.
"Apa ndoro sudah bicarakan tentang rencana ini pada juragan Aksa?" Tanya bulik Sumi.