Pdf bisa order di wa +62 822-1377-8824 ( putri)
Untuk ebook bisa di beli di playstore buku. Ketik pencarian Aqiladyna atau judulnya
Bisa juga di baca di kbm app ikuti Aqiladyna. Cerita lengkap di sana.
"Beliau seorang duda, Ndoro." Beritahu salah seorang abdi pada seorang perempuan yang duduk menghadap cermin rias. Mata indah perempuan itu mendelik, dengan senyumnya yang menawan, pergerakan tangannya terhenti saat menyisir rambut hitamnya yang tergerai. Ia terlihat antusias dengan berita di bawakan abdinya.
"Kamu yakin?" Tanyanya berbalik menatap dengan binar penuh tanda tanya.
"Injih ndoro, beberapa bulan lalu para istri serta putra putri juragan Aksa Janitra berlayar untuk berlibur namun di tengah laut kapal di tumpangi mengalami kecelakaan dan semua di beritakan mboten selamat dalam musibah itu."
Raut wajah yang tadinya terlihat bahagia berubah mendung. Terdiam dengan pikiran berkelana tertuju pada lelaki yang kemarin telah menyelamatkannya.
Juragan Aksa Janitra ternyata sungguh malang nasib lelaki itu. Harus kehilangan para istri dan putra putrinya. Pasti beliau masih dalam kedukaan. Asoka memang sengaja memberi titah pada salah satu abdinya tuk menguak kehidupan beliau, dari mana beliau berasal, apakah mempunyai istri atau kekasih. Asoka tak ingin ia mengagumi lelaki yang sudah di miliki perempuan lain.
Memang lumrah seorang lelaki mapan memiliki pasangan hidup lebih dari satu perempuan. Selama lelaki itu sanggup dan para istri mengikhlaskan. Tapi tidak berlaku untuk Asoka, ia tak ingin suaminya kelak mempunyai ikatan sebelumnya dengan perempuan lain atau sebaliknya, Asoka tak ingin setelah dirinya di peristri, suaminya akan menikah lagi. Percayalah sumpah tuk setia hidup semati lebih indah dari sekedar berbagi.
Kenapa Asoka begitu ingin mengetahui kehidupan juragan Aksa, hatinya pun sendiri bertanya bahkan mungkin para abdi. Apakah dia telah jatuh cinta pada seorang juragan Aksa Janitra, sungguh Asoka masih belum tahu jawabannya yang ia rasakan mengagumi sosok beliau yang sangat berwibawa, beliau adalah penyelamat Asoka, dan paling Asoka tak mampu menghapus bayangan manik mata juragan Aksa yang begitu tajam saat pertama kali mereka bersitatap. Jujur Asoka sangat merindu pada beliau, padahal mereka baru pertama kali bertemu dalam waktu yang begitu singkat.
"Keluarga Janitra pemilik lahan perkebunan kelapa sawit terbesar di beberapa wilayah ndoro." Beritahu abdi kembali.
"Apakah beliau masih di kota ini?" Tanya Asoka.
"Menurut informasi juragan Aksa sudah balik sangat pagi sekali dan akan kembali minggu depan ke kota ini."
Kening Asoka sedikit terangkat. Ia kembali berbalik ke cermin dan menyisir rambutnya.
"Kamu bisa keluar." Titah Asoka.
Abdi itu pun undur diri dengan hormat keluar dari bilik kamar Asoka.
Asoka mendelik pada seorang perempuan yang sedari tadi berdiri tidak jauh darinya.
"Ikatkan rambutku, Naurah." Titah Asoka pada perempuan yang di perkirakan masih berusia 27 tahun berkulit sawo matang dan rambut lurus sebahu.
Dengan patuh Naurah mendekat menyisir rambut Asoka dan mengikatnya menjadi dua bagian. Naurah salah satu pelayan yang setia menemani Asoka. Bahkan tidak sekedar pelayan. Naurah sudah Asoka anggap sebagai saudara sendiri.
"Selesai ndoro. Anda begitu cantik, apa ndoro ingin sesuatu biar saya siapkan ." Kata Naurah.
"Terima kasih Naurah. Ndak perlu, aku akan menemui Romo." Kata Asoka segera beranjak keluar dari bilik kamarnya.