Hari ini hyunjin berada di unit kesehatan, memang sejak semalam ia sudah merasakan tidak enak badan. Tapi ia tetap memaksakan untuk sekolah, selain karena ia telah duduk di tingkat akhir ada seorang yang harus ia lihat setiap harinya yang menjadikan alasan terkuat nomor dua
Sudah dibilang, hyunjin itu bucin.
Angin badai seperti apapun akan ia lalui untuk melihat cintanya.
Matanya lalu menutup kembali, tubuhnya tidak bisa diajak kompromi sejak jam pelajaran ke 5 berlangsung. Ia ambruk dikelas dan tentu tidak perlu ditanya siapa yang rela membawanya sampai ke uks dengan tubuh sebongsor hyunjin, pasti banyak sekali yang mengangkatnya kemari
Suara decitan pintu unit kesehatan yang dibuka memenuhi ruangan, lalu tarikan pada kursi yang ada disebelah ranjang membuat hyunjin secara perlahan membuka matanya
Seorang dengan wajah teduhnya duduk disana sembari membaca buku cerita untuk menemani waktu kosongnya, hyunjin tidak akan pernah menyangka jika sakit membawa berkah seperti ini
Karena orang yang duduk dikursi samping ranjangnya adalah cintanya.
Mungkin karena sadar jika ia ditatap terus menerus sejak ia mendaratkan bongkongnya diatas permukaan kursi membuat pemuda berwajah teduh itu menatap hyunjin
Tatapan mereka bersatu, melebur menjadi satu membuat hyunjin menjadi gugup setengah mati. Desiran aneh itu menjalar keseluruh tubuh hyunjin
"Oh?? Kau sudah bangun?? Ingin sesuatu??" Tanyanya seraya tersenyum lembut
Suaranya halus, dan senyum lembut itu berhasil membuat hyunjin semakin jatuh dan jatuh kepadanya
"Hyunjin??" Tanyanya
Hyunjin tersadar dari lamunannya lalu segera duduk dari tidurnya, menatap pemuda itu tidak percaya. "Kau mengetahui namaku??!!"
Kekehan itu keluar dari kedua belah bibir mungilnya, membuat hyunjin terdiam beberapa saat sembari mengagumi ciptaan Tuhan didepannya ini
"Hmm, kita pernah berada di tim untuk olimpiade fisika tahun lalu. Kau lupa??"
Hyunjin tersenyum kecil. Lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali.
Tahun lalu adalah tahun yang paling berkesan bagi hyunjin, bagaimana tidak?? Ia berada satu tim untuk olimpiade fisika bersama cintanya, dan sering menghabiskan waktu berdua untuk menjawab soal soal latihan dari guru pembimbing
Namun ada rasa kecewa juga dihati hyunjin, ternyata cintanya benar benar tidak mengetahui keberadaannya. Apakah cintanya tidak tau jika hyunjin sejak dari sekolah dasar telah satu sekolah dengannya??
"Aku tidak akan pernah lupa momen itu, bagamana bisa aku lupa?? Itu adalah momen yang sangat berharga bagiku" jawab hyunjin diiringi dengan garis lekung diwajahnya
Cintanya hanya mengangguk dan ikut tersenyum hangat, "aku juga, momen itu benar benar berharga"
"Ah begitu?? Kenapa??"
Senyumannya makin mengembang, "Karena kita mendapatkan juaralah!! Memangnya apa lagi??"
Hyunjin tersenyum lalu menunduk, saat menunduk senyum itu perlahan menghilang dari wajah tampannya
"Memang, kita sangat menghargai momen itu bersama. Namun, berharga untuk momen itu berbeda denganku, kau yang mengangkapnya berharga karena memenangkan lomba. Dan aku, yang mengangkapnya berharga karena bisa dekat denganmu" lirih hyunjin
"Hah?? Kau mengatakan apa??" Tanya pemuda itu
Hyunjin dengan cepat mengangkat kepalanya dan menatap cintanya seraya tersenyum manis, "tidak ada, hanya kembali mengenang momen itu"
Kekehan kembali terdengar, "kalau begitu jangan mengenangnya sendiri dong, ajak aku juga. Aku ingin mengenangnya bersama"
B e r s a m b u n g
Jin, mau aku puk puk ngga?