Hyunjin menatap kedua tangannya yang saling bertautan, perkelahian tadi membuatnya harus dibawa ke ruang Bk. Beruntung masalah itu cepat selesai karena mereka berdua akhirnya mau saling memaafkan dan berkata jika mereka terlibat kesalahpahaman
Helaan nafas terdengar, ia menatap kearah jalanan yang terlihat sangat sepi. Sekarang sudah jam sembilan malam, namun hyunjin masih enggan pulang kerumahnya
Wajahnya yang membiru adalah faktor utama dirinya enggan pulang kerumah, ia takut mama dan papanya akan kecewa padanya jika ia pulang dalam keadaan kacau seperti ini
Tapi, ini adalah resikonya! Ia harus berani. Ia adalah seorang laki laki, maka dari itu ia harus bertanggung jawab. Jika kedua orang tuanya akan memarahinya, ia akan menerima sangsi yang diberikan oleh keduanya
Hyunjin berdiri dari duduknya, saat ia ingin berjalan kearah sebelah kanan. Ia melihat seorang duduk di halte yang sama dengannya tadi namun jarak duduk keduanya sangat jauh
Seungmin, iya seungmin duduk disana sembari mendengarkan musik lewat earphonenya. Seungmin adalah alasan utamanya kenapa wajahnya membiru
Karena ia cemburu kepada minho, kenapa? Kenapa pemuda itu yang berhasil menarik perhatian cintanya?? Kenapa bukan dia???
Hyunjin kembali menghela nafas, lalu melangkahkan tungkai jenjangnya. Berusaha untuk mengabaikan seungmin yang terlihat masih asik sendiri
Namun langkahnya tertahan saat ada sebuah tangan memegang pergelangan tangannya, ia melihat kearah samping dan menemukan seungmin yang masih fokus dengan ponselnya
"Kenapa??" Tanya hyunjin
Seungmin lalu melepaskan earphone yang menyumbat kedua lubang telinga, dan berdiri dari duduknya
Ia membuka tas berwarna kuning itu lalu menarik sesuatu dari dalam sana
"Ini" seungmin memberikan plester berwarna biru dengan gambar anak ayam berwarna kuning itu ia berikan kepada hyunjin
"Untuk apa??" Tanya hyunjin dengan dernyitan di dahinya
"Lukamu, aku tadi melihatmu bertengkar dengan Minho di kantin"
Hyunjin tersenyum kecut saat seungmin menyebut nama minho dalam kalimatnya namun plester itu tetap ia terima
"Ekem.. jangan berkelahi lagi" ujar seungmin sambil mengalihkan atensinya
Hyunjin menatap seungmin yang berdiri didepannya, mengagumi betapa indahnya pahatan demi pahatan yang ada diwajah tanpa cacat milik seungmin
"S-sudah yah aku pergi"
Seungmin lalu berjalan tapi baru selangkah berjalan hyunjin langsung menarik lengan seungmin. Membuat pemuda berwajah manis itu sedikit terhuyung dan menabrak tubuh hyunjin
"A-ah maaf, aku terlalu kencang menarikmu yah?"
"T-tidak apa apa"
Hyunjin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "i-itu... apa kau mau pulang bersamaku menggunakan bis??"
"Hah?" Seungmin menatap hyunjin bingung
"Ayo pulang bersama"
"..."
"A-AH.. INI KARENA SUDAH MALAM! HAHA A-AKU TAKUT kau kenapa napa"
Seungmin tertawa kecil, "aku laki laki. Jadi bisa menjaga diriku sendiri"
"Begitu??"
"Hmm, lagian rumahku dekat. Aku tinggal jalan saja tak perlu naik bis. Kau sebaiknya pulanglah, aku tinggal yah"
Pergi, kali ini seungmin benar benar pergi dari hadapannya. Hyunjin lalu membalikan tubuhnya menatap punggung sempit itu yang berjalan sendirian di trotoar
Senyum kecil muncul diwajah hyunjin sembari menggenggam plester pemberian seungmin, "terimakasih lagi seungmin, terimakasih karena telah memberikanku plester yang sama persis seperti 7 tahun yang lalu"
•••
Nyatanya tungkai jenjang hyunjin membawanya untuk mengikuti kemana langkah pemuda manis didepannya melangkah, hyunjin hanya khawatir tentang keselamatan pemuda itu
Berkali kali bahkan pemuda didepannya tersandung, entah tersandung batu atau kakinya sendiri. Setiap hyunjin ingin mendatangi pemuda itu kakinya selalu tidak bisa diajak kompromi
Seakan akan ada magnet yang menariknya, hyunjin tak bisa berjalan lebih dekat dan menolongnya. Entahlah hyunjin sendiri merutuki itu semua
"Malam" sapaan yang terdengar sangat riang itu berhasil masuk kedua lubang telinga hyunjin
Suara semanis madu itu terus mengalun bagai melodi yang indah didalam kepala hyunjin
Hyunjin tersenyum kecil, tubuhnya bersandar pada pagar yang menjulang tinggi ini adalah pemberhentian terakhirnya, seungmin telah sampai kerumahnya dengan selamat
Saat tubuh mungil itu hilang dibalik pagar tinggi milik kediamannya, hyunjin sudah berniat untuk pergi namun langkahnya terhenti saat suara selembut kapas mengalun memasuki rongga telinganya
Dengan cepat hyunjin membalikan tubuhnya dan melihat seungmin yang sedang berdiri sembari bersedekap dada
"Kau mengikutiku?" Tanyanya
Cengiran bodoh itu terbit diwajah hyunjin membuat seungmin langsung memutar bola matanya malas
Lalu kemudian cicitan keluar dari kedua belah bibir tebal milik hyunjin, "maaf"
Seungmin berjalan kearah hyunjin lalu melingkarkan syal untuk pemuda tampan itu, membuat hyunjin terkejut dengan perlakuan seungmin yang tiba tiba
"Musim dingin akan segera tiba, suhu akan semakin rendah ketika malam. Terimakasih telah menjagaku dari jauh, pulanglah hati hati dijalan dan selamat malam"
Setelah melilitkan syal itu seungmin tersenyum kecil sembari menepuk punggung hyunjin dan berjalan pergi
Hyunjin masih terpaku ditempat dengan jantung yang berdetak cepat tak terkontrol. Padahal seungmin telah masuk kembali kedalam rumahnya, namun hyunjin masih setia disana
Desiran aneh itu kembali menjalar keseluruh tubuh hyunjin, senyuman itu mengembang dengan tiba tiba
"Terimakasih, seungmin" lirihnya
Memang terlambat, tapi itulah memang kebiasaan hyunjin. Selalu terlambat tentang cintanya.
B e r s a m b u n g