part 4

64 2 0
                                    

Aku semakin bingung dengan situasi ini, aku seperti orang asing di rumah ku sendiri, ayah dan ibuku bahkan tak serama dulu padaku.
Sekarang aku lebih memilih untuk menghabiskan waktu di kamar bahkan selama aku jujur kepada orang tua ku aku tak lagi makan bersama mereka, aku akan memilih untuk makan di kamar.

Aku muak dengan semua ini, aku pikir semua akan baik-saja setela aku jujur, tapi malah kaya gini.
..

Akhirnya illa memutus kan untuk keluar berkeliling sebentar tentu saja dengan mengenakan pakaian yang cukup tebal untuk menutupi perut nya.

"Pada waras ngga sihh itu orang-orang, mereka pikir aku nggak tersiksa gitu, masa aku di biarin ajah seperti ini, aisshh lama-lama aku yang gila"
Berkali-kali mengacak-ngacak rambut nya sendiri tapi semakin terlihat imut.
"Atau aku bunuh diri saja yahh,, walau pun aku sudah mati, aku akan menjadi hantu dan bisa melihat betapa menyesal nya mereka, wahh ide yang bagus illa, aku memang jago dalam memikirkan ide"

Illa mencari apa yang bisa membantu nya untuk bunuh diri, di situ bahkan tidak ada jurang atau pun sungai.

"Yahhh apa di sini tidak ada jurang, aku ingin mati saja sekarang"
Illa teriak dan terdengar sangat frustasi.

"Maaf mba mau bunuh diri yah"
Illa terkejut mendengar ada orang menegurnya dia langsung berbalik untuk mencari tau siapa orang itu.

"Ehh bangke"
Illa memegang dada nya karna terkejut.
Buset ni cowok tinggi amat atau aku yang terlalu pendek, makanan pokok nya tiang kali yahh,, ampun deh kegantengan mu membuatku amyar.

Illa haru mendongakan kepalanya untuk melihat pria di hadapan nya itu.

"Lo siapa sih, kaget tau untung aku tidak ada riwayat sakit jantung"
"Yah bagus dong, kalau jantungan, bisa langsung mampus, kan tadi katanya mau mati"
"He lo nggak ada ngrasa bersala yah, suda ngagetin orang hi para loh"
"Yaudah mba lanjutin ritual bunuh dirinya, tapi setelah aku pergi karna aku tidak mau jadi saksi kematian loh, atau aku bantu cari jurang tapi lompat nya tidak kubantu yah"
"Wahh manusia gila loh"

Illa menyilangkan kedua tangan nya di dada dan menatap sinis.

"Loh tau ada yang mau bunuh diri nggak di tahan ke atau apa gitu"
"Ihh ogah, jadi mau lo, aku harus bilang mba-mba jangan mba sadar-sadar dosa loh itu,sudah mba.
terus loh nangis dan berusaha mendorong ku untuk tetap ngelajutin usaha bunuh diri lo. Alay, dramtis. sana loh minggir aku mau lewat"

Sedikit mendorong illa yang masih terdiam dengan wajah datar nya

"Nggak ada otak kau, lo spesies baru yah aku tidak pernah temuin cowok kaya loh, wah sifat loh parah sumpah, woyyy,,, dengar ngga sihh,,
"Cewek bodoh"
Dia tetap melanjut kan langkah nya tak perduli dengan illa yang terus teriak dari belakang.

"Gagal deh rencana bunuh dirinya, tuh cowok yahh dasar percuma ganteng tapi sifat nya kaya gitu his amit-amit deh,, langsung hilang kan mood ku buat bunuh diri"

Illa kembali ke rumah nya dengan perasaan yang sangat kesal, bahkan dia tidak ingin ketemu pria itu untuk kedua kalinya.

Illa membuka pintu dan mendapati kedua orang tuanya sedang ngobrol di ruangan tamu.

Serius sekali mereka, lalu kenapa mereka menatap ku seperti itu, apa mereka sedang mengkhibah anak nya sendiri.

Illa menutup pelan pintu lalu dengan perasaan canggung dia menuju kamar dia semakin tidak nyaman karna orang tuanya terus menatap nya.

"Illa??"
"Eh iya pa"
Illa langsung menjawab dan membalikan badanya.

"Bisa kesini sebentar,aku mau ngobrol sebentar"

Illa berjalan menuju sofa dan duduk di depan orang tuanya. Illa sedikit tidak nyamana dengan tatapan orang orang tuanya.

"Apa raiyan menelfon mu"
Illa hanya menggeleng.
"Telfon dia sekarang"
Illa terkejut mendengar ucapan ayah nya itu.
"Ba---ba-baik pa"
Illa segera mengelurakan headphone dari saku nya dan menelfon raiyan.

"Hallo ray"
"Kenapa lagi illa, kamu belom paham juga, harus perapa kali aku mengulanginya"
"Tapi ray,,,,"
Illa tak bisa berbuat apa-apa saat pa dika menarik ponsel nya.

"Raiyan, apa kamu berfikir akan segampang itu untuk pergi"
"Maksud nya apa yah"
"Aku meminta dengan baik raiyan. Nikahi illa secepatnya
"Tapi om"
"Baikla kalau begitu aku mau ketemu dengan orang tua mu, kalau kau tidak mepertemukan kami aku tidak akan tinggal diam, keluarga mu juga akan menanggung malu atas apa yang telah kau perbuat"

Pak di ka langsung menutup Teflon tanpa mendengarkan jawaban raiyan lalu memberiakn hp illa

"Beritahu ayah kalau raiyan sudah mengabari mu"
Illa hanyan mengangguk tanda mengerti lalu dia berjalan kembali menuju kamar nya.

Notif pesan masuk illa segera melihat siapa pengirim nya
"Kalian ajah yah yang kerumah ku, kan kalian yang butuh aku sudah beritahu orang tua ku ada yang ingin bertemu"

Setelah aku mendapat kan pesan itu, orang tuaku segera bertemu dengan orang tua raiyan dan membicarakan semuanya.
Orang tua raiyan juga sangat merasah bersalah tentang apa yang di lakukan putranya.

Orang tua kami memutus kan untuk segerah menikahkan ku dengan raiyan.

Pernikahan yang sangat sederhana, aku bahkan hanya mengenakan kebaya milik ibu ku, jauh dari pernikahan impian ku dulu.

Aku sudah sah menjadi istrinya, aku sunggu bahagia tapi tak kulihat ke bahagian di wajah suami ku itu. Bahkan tak sudi untuk berfoto dengan ku.

Walau kami telah menika bukan berarti aku dan raiyan tak melanjutkan kuliah, kami tetap melanjutkan dengan tetap di biayai orang tua masing-masing.

Aku sebenarnya bingung pernikahan macam apa ini bahkan kami tak sekamar, tak ada malam pertama. Tapi yahh setidak nya masalah ku selesai dan aku masi tetap mencintai raiyan, begitu pikir ku.

"Akhirnya illa kamu masuk kampus juga, emang tidak apa-apa tuh dengan kandungan mu?"
"Nggak apa-apa kok, pasti aku sudah ketinggalan banyak mata kuliah yah, pasti susah deh menyesuaikan sama teman yang lain"
"Nggak kok, kamu bisa pinjam catatanku"
"Thanks naya"

Kami berjalan menuju kelas tapi aku merasa kalau semua mata berfokus pada ku, aku tau apa alasan nya mereka pasti tau kalau sekarang aku sudah menikah dengan si playboy raiyan bahkan kehamilan ku aku sudah tidak bisa menutupi nya lagi.

"Illa,, kamu jalan nya ngga susah yahh??"
"Nggak kok"

"Illa kamu ingidam buah apa biar aku bawahkan"
"Illa kira-kira anak kamu cowok atau cewek, dia nendang nggak"

Begitu banyak pertanyaan setiap hari nya dari teman-teman sekelas ku, aku senang karna mereka tidak menjauhiku tapi aku di perlakukan seperti ratu

tidak dengan suamiku sendri dia bahkan belum menanyakan kabar ku atau ingin tau perkembangan kandungan ku, yang aku tau sekarang dia sibuk dengan para wanita nya.

Tapi sudalah aku bisa melewati ini, dan selalu siap menyambutnya dengan cinta jika dia ingin menemui ku

........

HURT WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang