Keterpaksaan

135 13 0
                                    

"Kau takkan bisa melunasi hutangmu seumur hidup!" bisikkan itu terdengar jelas di telinga Mia.
Perempuan itu langsung mengambil jarak aman. Dipandangnya Andi dengan tatapan ngeri.
"Apa maumu? Aku sudah melunasi hutang sesuai kesepakatan kita?" Mia terduduk lesu.
Andi tak melepaskan tatapannya dari Mia. Perempuan itu tak tau apa yang sedang laki-laki itu pikirkan.
"Berapa banyak lagi memangnya yang harus Mia bayar?" pikir perempuan itu.
"Aku akan menghubungimu lagi, jadi jangan pernah berpikir untuk tidak membalas pesanku atau mengganti nomor, aku bisa kembali ke sini kapan saja", ujarnya pelan namun menusuk hati Mia tajam.
Andi beranjak dari tempatnya berdiri dan meninggalkan Mia kebingungan.
"Oh, Tuhan", perempuan itu menghela napas panjang.
___________
Pagi itu Mia sudah berada di ruang tunggu bandara, dia akan berangkat ke Bogor untuk mengikuti penyegaran pengadaan barang/jasa. Beberapa hari belakangan dilewatinya dengan berat, anggaplah ini jalan-jalannya menyegarkan pikiran.
Mia mengirimkan pesan singkat via wa ke ibunya, mengabarkan kalau sebentar lagi perempuan itu akan masuk pesawat.
Ketika telah duduk dan hendak mematikan ponselnya, Mia terkejut melihat pesan balasan yang masuk, bukan dari ibunya tetapi Andi.
"Kok, bisa?" gumamnya.
Seorang ibu paruh baya yang duduk di sebelah Mia, menoleh.
Mia tersenyum meminta maaf.
"Kau mau ke mana?" isi pesan laki-laki itu. Mia bergidik membacanya. Dan yang lebih membuat perempuan itu gusar adalah ternyata kesalahan ini disebabkan olehnya. Mia salah mengirim pesan, bukan ke ibu, perempuan itu malah mengabarkan posisinya pada makhluk berdarah dingin. Andi.
Segera dimatikannya ponsel dan fokus pada penerbangannya. Mia bahkan berpikir untuk meninggalkan ponsel itu di rumah saja.

Hati yang Tak Bisa DibeliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang