Selamat Datang di Duniaku

127 11 0
                                    

"Kau di mana?" pertanyaannya seolah sudah kewajiban Mia untuk melaporkan posisi padanya.
"Apa lagi maumu?" perempuan itu sama sekali tak hendak mengalah dari perang urat syaraf ini. Andi tak bisa menekan Mia, perempuan ini sedang tak di kantornya. Kalau laki-laki itu ingin menerornya dengan mengatakan akan mendatangi kantornya, silahkan saja. Mia sedang tak di sana saat ini.
"Kau sedang di luar kota?" keduanya sama-sama tak berniat saling menjawab pertanyaan.
"Apa urusanmu?" Mia tak mau kalah.
"Berani-beraninya dirimu!", kata-kata laki-laki di ujung telepon tiba-tiba membuat Mia tercekat. "Seperti inikah rasanya diburu-buru debt collector?" batinnya.
Mia tak mau melanjutkan pembicaraan tak berbobot ini. Perempuan itu sadar kalau harus beristirahat dari cengkeraman Andi, inilah saat yang tepat. Mia hanya ingin menikmati setiap detik berharga berada jauh dari laki-laki yang tidak jelas itu.
Ponselnya dilempar ke sudut tempat tidur, dibiarkannya tetap hidup. Samar-samar suara laki-laki itu meredup. Mia hilang kesadaran, perempuan itu tertidur karena kelelahan.
_______
"Ada yang mencari, Mbak Mia", seorang satpam memberitahu Mia lewat telepon kamar.
Mia ragu merasa sepertinya perempuan itu tidak sedang menunggu siapapun.
Apa mungkin Mbak Santi, teman sekamarnya yang lebih memilih tidur di kosannya tak jauh dari tempat pelatihan Mia.
Perempuan itu segera mengenakan jilbab dan pakaian panjang untuk turun ke lobi dan menemui tamunya.
Belum sampai kakinya menyelesaikan anak tangga terakhir, Mia terkejut melihat sosok yang sedang duduk di sofa menunggunya turun ternyata adalah tamu yang tak pernah diperhitungkannya. Perempuan itu nyaris hendak mundur kalau tidak bertemu pandang dengan laki-laki yang masih mengenakan kacamata hitamnya itu.

Hati yang Tak Bisa DibeliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang