Cicilan

152 14 0
                                    

Mia tak mengikuti mobil itu, ia memacu motornya ke gedung utama, mereka sebaiknya bertemu di sana.

"Aku harus bayar berapa?" Mia sudah hilang akal mungkin, berdebat lagi hanya akan memperpanjang masalahnya.

"Akhirnya kau menyadari kesalahanmu", laki-laki itu bahkan tak berniat turun.

Mia menghembuskan nafas panjang. Berbicara dengan orang seperti ini mengingatkannya pada pembicaraan tentang pembagian kamar dengan para pejabat, takkan ada kesempatan untuk dimenangkan. Jadi, sebelum semua bertambah buruk di antara mereka berdua, Mia memilih menjadi pihak yang mengalah.

"Setelah tadi ke bengkel, aku menghabiskan lima setengah juta untuk memperbaiki kerusakan yang kau buat", laki-laki itu menatap Mia sinis.

"Uang sebanyak itu untuk menyenggol sedikit mobilmu?" Mia nyaris terbelalak.

"Menurutmuu!!" laki-laki itu membuka kacamatanya.

Kalau tak ingat ktp nya masih dipegang sosok yang namanya pun tak dikenal Mia itu, perempuan itu pasti telah memacu motornya dan meninggalkan si laki-laki menyebalkan.

"Kalau boleh aku cicil dua kali pembayaran mulai bulan depan, okelah", Mia sendiri tak menyangka dia akan mengikuti permainan laki-laki ini.

Sosok itu menatap mata Mia, sepertinya ingin mencari bukti kebohongan perempuan itu. Tapi Mia bukan penipu, dia akan menunaikan janjinya.

"Oke, kukirimi nomor rekeningku. Aku akan mencarimu di sini kalau kau ingkar", ucap lelaki itu.  "Btw, kau tau namaku?" tanyanya.

"Haruskah?" Mia membuang muka, memasang helm yang sempat dibukanya tadi.

"Andi Permana, kau bisa menyimpan kontakku dengan nama itu", ujarnya.

"Laki-laki edan!" sebal Mia dalam hati.

"Oke Andi, aku harap kita tak perlu bertemu lagi", Mia segera tancap gas sesaat setelah menyelesaikan kalimatnya, meninggalkan Andi yang kemudian mengikutinya dari belakang, keluar meninggalkan gedung kantor Mia.

Hati yang Tak Bisa DibeliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang