Hati yang Remuk

117 11 0
                                    

Sambil berjalan keluar hotel, Mia memesan ojek online. Mia tak terlalu mengenal daerah ini. Untungnya tak perlu menunggu lama, ojek online yang dipesan Mia, datang. Perempuan itu bergegas meloncat naik dan menggunakan helm. Menutup kepalanya, memejamkan matanya,  menarik napas panjang, dan menghembuskannya dengan cepat. Mia lelah sekali.

Mia mencoba menikmati perjalanan panjangnya malam itu di Gadog. Kehidupan pada malam hari di kota itu mengalihkan pikirannya. Kesibukan di pinggir jalan yang dilaluinya membuatnya lupa kejadian yang baru saja terjadi. Mia akan memesan makan malam kali ini. Makan malam yang disediakan panitia di ruang makan pasti sudah dibereskan sedang perutnya tak berhenti keroncongan sepanjang jalan.

Malam itu, setelah menyantap nasi goreng rekomendasi temannya di sekitar tempatnya mengikuti pelatihan, Mia bisa tidur dengan nyenyak. Tak sekali pun Mia berniat mengecek ponselnya. Lelah fisik dan psikisnya membuatnya cepat tertidur dan di dalam mimpinya, laki-laki itu, Andi datang kembali.

"Bisakah kau berhenti mengejarku!" teriak Mia.

Sosok itu semakin mendekat seolah ingin membisikkan sesuatu di telinganya. 

Mia segera berlari menjauh. Mia tak ingin lagi berurusan dengan laki-laki itu.

Tetapi semakin jauh Mia menggerakkan kakinya, Andi semakin dekat, memperkecil jarak antara mereka. Ketika kemudian tangan laki-laki itu hendak mencapai pundaknya, Mia berteriak dan terbangun dari tidurnya. Dahinya berkeringat.. 

Azan berkumandang. Mia segera wudu dan sholat Subuh. 

Selesai sholat, Mia mulai merapikan pakaian-pakaian yang dibawanya. Pagi ini, setelah sarapan, Mia akan kembali ke Palembang. 

Teleponnya berdering, dari Andi.


Hati yang Tak Bisa DibeliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang