akan kuceritakan padamu
.:.
"GT?"
"Benar, GT Entertainment," wanita di seberang sambungan telepon menjawab sabar dan terlatih. "Manajemen kami melihat resume Anda dan kami ingin tahu apakah Anda bersedia datang ke kantor kami untuk ujian dan wawancara dengan tim kami pada hari Selasa depan, tanggal 19 November?"
"I-iya. Maksud saya, ya, saya bersedia."
"Baiklah. Apakah Anda dapat hadir pada pukul 10 pagi?"
"Ya. Bisa."
"Terima kasih. Anda akan memulai ujian berdurasi tiga puluh menit dan bertemu dengan Jung Yunho-nim untuk wawancara pada hari Selasa, tanggal 19 November pukul 10 pagi. Saya ulangi kembali, ujian dan wawancara Anda dijadwalkan pada hari Selasa, tanggal 19 November pukul 10 pagi. Saya akan mengirimkan alamat kantor kami lewat teks sebentar lagi."
"Ah, ya... saya mengerti."
"Baik. Terima kasih."
Wanita itu memutuskan sambungan setelah Ryu Danbi membalas ucapan terima kasihnya dengan linglung. Ponselnya masih menempel di telinga sementara ia mencerna seluruh tiga menit percakapan itu dengan perasaan campur aduk. Sebagiannya bingung tapi bersemangat, dan sebagian lain—yang lebih besar—lebih mirip seperti ketidakpercayaan.
***
Mereka tidak terkesan.
Danbi bisa melihatnya; ekspresi bimbang yang tidak berusaha ditutup-tutupi. Laki-laki itu, Jung Yunho, kurus tinggi dengan tulang pipi tegas dan memakai kacamata bingkai bulat, membuka wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan tegas mengenai pengalaman Danbi dan tindakan yang akan dilakukannya pada situasi kritis. Tidak ada basa-basi, dan jawaban Danbi yang sangat generik—bahkan Danbi sendiri sadar kalau jawabannya payah—hanya ditanggapi dengan hela napas kecewa.
Yang perempuan, Lee Sunkyu, lebih banyak mengetuk-ngetukkan ujung pulpen ke atas meja dan sesekali melirik ke bawah pada resume Danbi yang dijabarkan di atas meja, seakan tidak yakin apa yang harus ia lakukan pada gadis pemberi wawancara yang duduk di hadapannya.
Wawancara ini seharusnya tidak berjalan seperti ini. Di dalam kepalanya, Danbi berkali-kali membayangkan dirinya tersenyum seperti wanita dewasa yang elegan dan berpengalaman, menjawab pertanyaan dengan lancar dan penuh percaya diri, membusungkan dada sambil tertawa pelan seolah ia bertemu teman-teman lama.
Danbi bahkan memakai kemeja putih dan celana panjang hitam keberuntungannya—disebut "keberuntungan" karena Danbi mendapatkan pekerjaan penuh waktu pertamanya sebagai crew equipment dengan pakaian ini waktu wawancara, meskipun pada akhirnya ia hanya bertahan satu bulan dan lima hari sebelum dipecat, jadi mungkin pakaian ini tidak membawa keberuntungan sama sekali.
"Mengutip perkataanmu sebelum ini, kau merasa layak menjadi manajer karena kau mempunyai sifat yang cocok untuk peran manajer." Yunho melanjutkan sambil menatap mata Danbi, membuatnya merasa semakin ringkih. "Sifat seperti apa yang cocok untuk menjadi seorang manajer?"
Benarkah Danbi berkata begitu tadi? Kapan ia berkata ia pantas? Siapa yang pantas, Ryu Danbi? Bagaimana bisa Danbi bahkan berani berpikir seperti itu?
"Itu..." Danbi menggumam-gumam, suaranya seperti dengung hngg yang tidak sopan. Sudah berulang kali Danbi mengingatkan diri untuk tidak bersikap seperti itu saat wawancara, dan sudah berulang kali Danbi melupakannya sejak masuk ke ruangan itu. "Bagiku seorang manajer harus bertanggung jawab penuh sejak memulai pekerjaan dari awal sampai akhir, dan bekerja keras, manajer mengutamakan kepentingan orang di dalam urusannya—maksudku seperti yang diasuhnya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Ringer [on hold]
Fanfictiondead ringer; (idiom) sangat mirip, duplikat persis . Park Chanyeol punya segala yang dibutuhkan seorang publik figur untuk meraih ketenaran; talenta, tampang, sikap yang terpuji, dan latar belakang kehidupan yang luar biasa tragis. Di usia tujuh bel...