"Kita di sini hari ini untuk membicarakan kembaran Chanyeol, dan apa yang akan kau lakukan terhadapnya."
Peserta rapat pagi itu hanya Geum Hyunmok dan Danbi, dan begitulah Hyunmok memulai pertemuan mereka.
Danbi bergerak-gerak dengan kikuk di kursinya. "Apa yang... harus kulakukan padanya?"
Hyunmok menatapnya lurus. "Sekarang setelah kondisi Chanyeol pulih sepenuhnya, kau harus menyingkirkannya."
Danbi gelagapan panik, "Tapi, tunggu—apa? Kenapa?"
"Dia tidak bisa tinggal di sana selamanya, kan?" balas Hyunmok, nadanya menuduh. "Terlalu berisiko. Tidak ada tempat baginya di sini. Ini kehidupan Chanyeol, bukan kehidupannya."
Danbi paham sepenuhnya soal itu. Tapi, menyingkirkannya? Sebenci apapun Danbi pada Chanyoung—dan ia tahu tidak baik bagi dirinya sendiri untuk membenci orang—ia tidak suka mengatakannya seperti itu. "Bagaimana... aku bisa melakukannya?"
"Itu terserah padamu." Hyunmok menyandarkan badannya ke belakang, tangan kanannya memutar-mutar pena. "Pokoknya jangan sampai membuat keributan. Aku yakin Chanyeol tidak mau menjadi bahan pembicaraan untuk masalah ini. Selesaikan dengan tenang."
***
Mudah saja Presdir Geum bicara.
Belum juga Danbi membuka mulut, atau bahkan berpikir bagaimana memulai pembicaraan mereka, Chanyoung sudah mencincang niatnya dengan santai, "Yah, kau boleh mencoba. Tentu saja kau tidak akan berhasil mengenyahkanku, tapi setidaknya mereka akan melihatmu berusaha. Itu cukup, kan?"
Setelah mengatakan itu, Chanyoung melempar senyum manis palsu dan kembali menunduk pada game ponsel, sementara Danbi berdiri di depan kamarnya, belum juga melangkah masuk maupun repot-repot menutup pintu. Begitu melihat Danbi, laki-laki itu seolah sudah tahu apa yang akan ia bicarakan, dan ia tidak berbasa-basi.
"Aku tidak akan 'mengenyahkan'-mu," bantah Danbi, membuat tanda kutip di udara sambil mengucapkan mengenyahkan. "Aku hanya ingin mendengar pendapatmu, eh, tentang apa yang akan kita lakukan... dengan adanya Chanyeol dan kau, dan aku—"
"Baiklah." Chanyoung menghela tubuhnya yang setengah berbaring untuk duduk dan melipat kedua kakinya bersila di atas tempat tidur. Ia menatap Danbi dengan kedua mata berkilat jenaka. Saat memasang wajah seperti itu—tidak marah, tidak masam—ia benar-benar persis dengan Chanyeol. "Baik, aku akan pergi."
Danbi mengerjap-ngerjap. Benarkah?
"Tapi, kau ikut bersamaku."
Bahu Danbi merosot lagi.
"Pilihlah. Aku tetap di sini atau kita meninggalkan tempat ini bersama-sama."
"Lupakan saja," kata Danbi, lalu melangkah mundur dan menutup pintu. Ia bisa membayangkan Chanyoung sedang menertawainya di dalam sana.
Bagaimana tadi katanya? Kau harus menyingkirkannya. Bukan kita. Kau. Tiba-tiba saja seluruh masalah ini menjadi beban untuk bahu Danbi seorang. Sialan.
"Kau tidak ingin melakukannya, kan?"
Danbi mengangkat dagu, yang agak susah karena ia berbaring tengkurap di atas sofanya dengan wajah terkubur di dalam bantal raksasa kesayangannya yang sudah kusam. Mungkin seharusnya ia duduk, tapi ia terlalu malas. "Melakukan apa?" ia balas bertanya.
"Mengusir Chanyoung."
Akhirnya Danbi tetap menghela tubuhnya duduk dengan susah payah dan duduk bersila memeluk bantalnya. "Aku setuju dengan Geum daepyo kalau risikonya terlalu besar untuk membiarkannya tetap di sini," balasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Ringer [on hold]
Fanfictiondead ringer; (idiom) sangat mirip, duplikat persis . Park Chanyeol punya segala yang dibutuhkan seorang publik figur untuk meraih ketenaran; talenta, tampang, sikap yang terpuji, dan latar belakang kehidupan yang luar biasa tragis. Di usia tujuh bel...