Part 3

8 1 0
                                    

"Ini, teh sama kopinya, Nya." Ucap Mbok Sum, sembari meletakkannya di samping Arumi dan disisi meja tempat Arman biasanya duduk.

"Makasih ya, Mbok."

Tok.tok.tokkkk... suara pintu utama yang diketuk.

"Permisi, Nya. Saya lihat dulu." Pamit Mbok Sum, yang dibalas anggukan oleh Arumi. Mbok Sum bergegas membuka pintu utama.

·

·

"Assalamualaikum Mbok." Salam Reyhan dengan senyum lebarnya. Yang biasa Indah sebut dengan senyum gila ala Reyhan.

"Eh.. Den Reyhan. Tumben pagi – pagi udah bangun, biasanya juga bangunnya siang."

"Ye.. si Mbok. Itu pas kecil aja kayak gitu. Sekarang mah enggak." Elak Reyhan atas tuduhan Mbok Sum padanya. Padahal itu memang benar adanya.

"Masa sih ?." Tanya Mbok Sum. "Tapi kata si Eneng sekarang makin parah." Ledek Mbok Sum.

"Oh ya ?. Berarti dia sering cerita – cerita soal aku dong, Mbok ?." Tanya Reyhan lagi dengan salah tingkah."

"Jarang kok." Kata Mbok Sum, membuat Reyhan menatapnya dengan datar dan menganggukkan kepalanya.

"Tante Arumi kemana ?." Tanya Reyhan sembari celingukan melihat ke dalam rumah.

"Lagi sarapan. Aden udah sarapan ?."

"Belom." Jawab Reyhan dengan tampang memelasnya, seakan tidak diberi makan oleh orang tua-nya berhari – hari.

"Yaudah, yuk masuk. Sekalian sarapan." Ajak Mbok Sum. Reyhan mengangguk dengan semangat.

Mbok Sum pun berjalan ke arah Dapur di ikuti Reyhan di belakangnya. Saat hendak melewati depan kamar Arumi, terlihat pintu kamar terbuka dari dalam dan memperlihatkan Arman yang hendak akan keluar dari dalam kamar.

"Pagi Om." Sapa Reyhan dengan tersenyum. Namun balasan Arman atas sapaannya diluar dugaan. Yang ia dapat hanya tatapan datar, kemudian berlalu menuju dapur.

"Dih. Sombong amat ?." Gumam Reyhan, yang masih bisa didengar oleh Mbok Sum.

"Udah biasa kayak gitu. Eneng sama Mbok aja sampek males liatnya. Dah, yuk."

Mbok Sum dan Reyhan melanjutkan langkahnya sempat yang tertunda.

"Assalamualaikum, Ma." Salam Reyhan pada Arumi kemudian mencium punggung tangannya.

Ya, sedari kecil Reyhan memanggil Rahmadi dan Arumi dengan sebutan Ayah dan Mama. Begitupun juga dengan Indah, dia juga memanggil Resmana -Ayah Reyhan- dan Dewi -Bunda Reyhan- dengan sebutan Ayah dan Bunda.

Kalau kalian menganggap bahwa Rahmadi -Ayah Indah- dan Resmana -Ayah Reyhan- sebenarnya adalah kakak beradik, atau saudara sepupu. Kalian salah.

Tanpa sengaja memang keduanya memiliki nama yang hampir mirip. Tak sedikit orang yang mengira bahwa mereka adalah saudara.

"Waalaikumsalam. Eh, Reyhan. Sini nak, sarapan bareng – bareng." Ajak Arumi.

"Iya Ma." Reyhan pun Duduk di samping kiri Arumi.

"Nih kamu mau sarapan pake apa ?. Nasi atau Roti ?." Tanya Arumi dengan antusias.

"Ntar aja Ma. Biar Reyhan ambil sendiri." Tolak Reyhan dengan lembut sembari tersenyum, membuat Arumi mengangguk.

"Indah masih belum bangun Ma ?." Tanya Reyhan.

"Belum."

"Makanya kamu yang tegas. Jangan bolehin dia main hp mulu !, apalagi sampek pagi." Jawab Arman dengan sedikit menaikkan suaranya.

FAKED (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang