Part 5

3 1 1
                                    

Butuh waktu 30 menit untuk sampai di dalam kelas XII - IPS 3. Selain karena lingkungan sekolah yang cukup luas, kegiatan rutin yang selalu Dian lakukan juga tidak pernah absen.

Jika kalian berpikir untuk hal yang positif, seperti misalnya meminjam buku di perpustakaan. Kalian salah besar. Kegiatan runtinnya adalah GHIBAH dipagi hari.

Dia akan menanyakan, mengorek, menggali mendaki /enggak ding hehe/ semua informasi dari berbagai sumber untuk ia gosipkan bersama Indah.

•••

"Aduhhhhh !!. Capek !. Ni sekolahan kenapa gede banget sih ?!." Ucap Dian dengan sedikit berteriak.

"Ian. Bisa gak diem ?, berisik lu. Masih pagi ini." Ujar Indah menatapnya dengan jengah.

"Hehe... . Kaki gue gempor tau gak." Rengek Dian manja.

"Kalo nge-ghibah ?, tuh mulut gak capek ?."

"Itu mah beda." Bantah Dian. Mendengar jawaban Dian yang bisa membuat tekanan darahnya tinggi. Indah memilih fokus ke layar ponselnya yang terlihat lebih menarik.

"Ndah. Dengerin ya, besok gue sumbang lift ini sekolahan." Ujar Dian dengan nada angkuh.

"Iya. Semerdeka elo aja." Jawab Indah.

>>>

Kringgggg... Kringggg...

Bel istirahat berbunyi. Seluruh siswa berhamburan keluar kelas, untuk memberi makan para penghuni perutnya masing - masing.

Namun ada beberapa siswi yang lebih memilih berhamburan menuju lapangan.

"Ada apaan sih ?." Tanya Dian, menatap heran ke sekelilingnya.

Karena penarasan, Indah menayakan salah satu adik kelasnya secara random.
"Eh, Dek. Ada apaan sih ?." Tanya Indah.

"Oh. Itu kak anak basket lagi kena hukuman disuruh lari keliling lapangan." Jawab adik kelas itu, yang kembali menikmati tontonan gratisnya.

"Buset, gitu doang yang lihat berasa nonton konser."

"Beda, Kak. Ini mah, hot." Sahut adik kelas tadi. Membuat Indah dan Dian saling berpandangan.

"Gue jadi kepo." Ucap Dian sembari celingukan mencari cela agar bisa melihat ke arah lapangan.

Melihat bangku kosong di belakangnya, terbesit ide di otaknya.
"Ian. Naik sini." Ajak Indah.

"Pinter juga lo." Puji Dian dengan senyum bangganya.

Indah dan Dian naik ke atas bangku. Dan dengan kompak keduanya membelalakkan kedua bola matanya. Jika Dian menatapnya memuja, berbeda dengan Indah yang menatapnya dengan kesal.

"Aaaauuuu..." Teriak Dian dengan kencang, membuat Indah sedikit terlonjak kaget.

"Apaan sih. Biasa aja kali." Sinis Indah.

"Aduh. Pengen pingsan gue. Pegangin gue, Ndah. Please." Ujar Dian dengan lebaynya, sembari bersandar ke bahu Indah.

"DIAN !. Jangan gini, ntar jatoh. Ih!!." Indah mendorong bahu Dian. "Udah ah, gue ke kantin. Terserah, lo mau ikut atau gak." Kata Indah dan berlalu meninggalkan Dian. Segera menuju kantin untuk mengisi perutnya yang mulai perih meminta jatah makan.

"INDAH !, TUNGGUIN IH!!." Dian berlari mengejar Indah.

"Elo mah main tinggal aja." Rengek Dian.

>>

"Bunda." Panggil Rama dengan lemas.

Hari ini Rama tidak masuk sekolah dikarenakan demam. Sedari tadi pagi suhu tubuhnya belum turun juga.

FAKED (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang