Part 9

3 0 0
                                    

ENJOY !!

...

“REYHAN !!.” Teriak Alvin saat sampai di area kantin sekolah.

Alvin menatap ke sekeliling kantin, mencari keberadaan Reyhan. Setelah menemukan keberadaannya. Alvin melangkah menghampiri Reyhan. Dengan sengaja Alvin menendang meja yang Reyhan dan Indah duduki.

DUK!!

...

Mereka ber-empat terkejut karena ulah Alvin. Suasana kantin seketika hening menatap ke arahnya, Alvin masa bodo dengan hal itu. Yang ia perdulikan hanya urusannya dengan Reyhan.

Bagus yang tersulut emosi menggebrak meja kantin dengan  kuat.

Brak !

“Maksud lo apa ?.” Kata Bagus dengan emosi.

“Lo diem. Urusan gue cuma sama temen cupu lo ini.” Tunjuk Alvin pada Reyhan. Reyhan tak menghiraukan ucapan Alvin, dengan santai melanjutkan kegiatannya yang sempat terganggu.

Melihat Reyhan yang tak menghiraukan ucapannya, membuat Alvin semakin tersulut emosi. Dan dengan sengaja menjatuhkan piring nasi goreng yang Reyhan makan. Reyhan menatap Alvin dengan dingin.

Melihat tatapan mata Reyhan yang tajam membuatnya sedikit gugup, karena baru pertama kali dirinya melihat sorot mata tajam milik Reyhan. Tak ingin harga dirinya jatuh, Alvin segera menormalkan ekspresinya, menghilangkan ke gugupannya.

“Kenapa ?!. Gak terima lo !?.” Tanya Alvin pada Reyhan. Yang hanya dibalas tatapan dingin, datar, dan tajam milik Reyhan.

“Lo apaan sih, Vin !.” Teriak Dian, yang juga tersulut emosi.

“Mending lo pergi sekarang. Gak usah cari masalah !.” Titah Indah dengan tegas, tanpa mengalihkan pandangannya dari sendok makan yang ia pegang.

“Jadi kamu belain dia ?.” Tanya Alvin yang tak percaya dengan kalimat yang Indah ucapkan.

Alvin menarik kerah seragam milik Reyhan. Reyhan bangkit dari duduknya, dan sedikit menunduk, menatap tajam Alvin yang tingginya lebih pendek darinya. Sedangkan Alvin menatap Reyhan tak kalah tajam, dan semakin mengeratkan cengkramannya pada seragam Reyhan.

Indah bangkit dari duduknya, dan berusaha melepaskan cengkraman Alvin. Alvin reflek mendorong Indah, dengan cepat Reyhan menarik lengan Indah agar tidak jatuh. Terkejut atas ulahnya, Alvin sedikit melonggarkan cengkramannya.

Dengan kuat Reyhan mencengkram kerah seragam Alvin, dan menariknya mendekat ke arahnya, dengan sedikit menariknya ke atas. Membuat Alvin sedikit berjinjit.

Suasana kantin semakin menegang, banyak yang menatap merendahkan ke arah Indah, ada yang menatap memuja ke arah Reyhan yang terlihat gentle, dan ada juga yang sibuk mengabadikan moment langkah ini.

Tidak ada satu pun teman – teman Alvin yang berniat membantu Alvin. Sedangkan Bagus hanya diam menatap jengah ke arah Alvin. Bagus percaya pada sahabatnya itu, dirinya pasti bisa mengontrol emosinya.

“Selama gue masih ngebiarin elo bisa jalan. Jangan pernah cari masalah sama gue !.” Ucap Reyhan tepat di depan muka Alvin, kemudian mendorong Alvin dengan kuat, hingga dia jatuh. Tanpa di komando, seluruh siswa yang ada di kantin tertawa dengan kencang.

Reyhan membawa pergi Indah, dan diikuti Dian dan juga Bagus di belakangnya. Beberapa teman Alvin membantunya untuk berdiri.

“SIALAN!!.” Teriak Alvin.

++

Tok.tok.tok

“Iya masuk.” Titah Arumi pada Nina -Sekretaris Arumi-

“Permisi, Bu. Saya mau mengingatkan, nanti siang ada jadwal meeting dengan Mr Robbert. Kata beliau sekalian makan siang.” Ujar Nina.

“Okeh. Kamu temenin saya ya.”

“Maaf, Bu. Siang ini saya ada meeting dengan Mbak Clara.”

“Oiya. Berarti saya berangkat sendiri ?.” Nina mengangguk, “Okeh. Bilangin ke Mang Khadir, suruh siapin mobil.” Titah Arumi

“Baik Bu.”

“Oiya. Tempatnya jadi dimana ?.”

“Cafe Bloosom, Bu. Tempat pak Arman kerja.” Arumi mengangguk paham sembari merapikan berkas yang akan ia bawa. “Saya permisi, Bu.” Pamit Nina.

“Iya.” Jawab Arumi.

>>

“Selamat siang, Bu Arumi.” Sapa karyawati yang bertugas sebagai kasir, yang bername tag Ika.

Nama Arumi sudah tidak asing di restoran itu, selain sebagai pengunjung tetap, Arumi adalah suami dari Arman yang juga bekerja di restoran ini sebagai waiter.

“Tumben Bu, sendirian ?.” Tanya Ika.

“Iya saya ada meeting. Reservasi atas nama robbert.” Ujar Arumi dengan tersenyum ramah.

“Dika. Tolong anter Bu Arumi ke roomnya Pak Robbert ya.”

“Iya. Mari Bu.” Ajak Dika tersenyum ramah.

Dika mengetuk pintu ruangan yang Ika maksud, setelah mendapat persetujuan dari seseorang yang ada di dalam, barulah Dika membuka pintunya.

“Permisi Pak. Bu Arumi sudah datang.” Kata Dika dengan sopan.
“Iya, silahkan.” Jawab pria itu.

“Hai Robbert.” Sapa Arumi dengan ramah. Dika pergi meninggalkan ruangan itu dan menutup pintunya.

“Hai, My Lil Girl.” Jawab Robbert dengan kekehannya.

“Robbert stop !, aku sudah tua.” Kata Arumi dengan sebal.

“Kamu pesan apa silahkan. Pilih semau mu. Kamu yang bayar.” Kata Robbert masa bodo.

“Apa ?!.”

“Bercanda. Pesanlah.”

Saat sibuk melihat – lihat menu yang ada, Arumi bertanya. “Mana sekretaris mu, bukannya dia ikut ?.”

“Ada urusan mendadak di kantor.” Jelas Robbert.

Tok.tok.tok...

“Permisi.” Seorang Waiter masuk, Arumi yang membelakangi pintu tidak tau siapa yang akan menjamunya.

“Mau pesan apa ?.” Tanya Waiter itu.
Arumi menatap ke arahnya. “Saya mau pes-.” Ucap Arumi terhenti. “Arman ?.”

“Kamu ?!.” Ucap Arman. “Tega ya.” Arman yang salah paham, segera meletakkan buku pesanan di atas meja dengan keras.

CTAK!

Robbert menatapnya heran. Arman menatap sejenak ke arah Robbert, Arman berlalu meninggalkan ruangan itu dengan emosi, dan menutup pintunya dengan keras. Sehingga menimbulkan dentuman dari dalam.

“Arman !.” Panggil Arumi.

“Apa – apaan dia ?.” Robbert yang tidak tau dengan situasi ini menatap heran ke arah Arumi, terlebih sikapnya yang terlihat aneh.

“Maaf dia gak sopan.” Ucap Arumi dengan menunduk.

“Yang salah dia. Kenap-.”

Dengan cepat Arumi menyanggah ucapan Robbert. “Dia suami ku.” Robbert membulatkan kedua matanya, terkejut dengan ucapan Arumi.

_________________________________________________

Next part lusa ya😊😊😘

FAKED (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang