Lizzie selalu terpukau tiap kali melihat pacuan kuda berlangsung meski pada saat sesi latihan sekalipun. Kepulan debu pasir serta ringkik kuda selalu memacu jantungnya berdetak lebih kencang. Dia bisa melirik Delilah yang juga terpana melihat Jacob yang memacu kuda hitamnnya dengan cepat dan menjadi paling unggul di antara yang lain. Lizzie tetawa bangga saat mendengar sorakan-sorakan histeris para gadis dan menggoda Delilah. Namun gadis itu sudah terpaku pada sosok Jacob dan tak peduli apa yang terjadi di sekitarnya.
Lizzie selalu percaya bahwa kakaknya selalu menjadi si nomor satu dalam tiap pacuan kuda dan tak ada yang bisa mengimbangi kecepatan Jacob. Tapi alis Lizzie berkerut heran saat melihat seorang joki dengan kuda cokelatnya yang selalu membayangi Jacob dalam jarak amat dekat. Seorang pria yang tampak sama ahlinya dalam membedal kuda bahkan lebih berangasan dari Jacob.
Lizzie tak dapat melihat secara jelas wajah si joki karena debu dan pasir yang terus mengganggu penglihatan serta kecepatan lari kuda-kuda tersebut sanggup membuat kepala pusing. Telinganya mendengar suara-suara gadis di sebelahnya terdengar menyebut nama lain dari gadis-gadis lainnya yang meneriakkan nama Jacob.
"Mr. Davies juga tak bisa dianggap remeh. Pria itu terus membuntuti Mr. Randall."
Lizzie kembali membuang tatapannya ke arah lintasan di mana dalam hitungan detik yang menjadi waktu latihan dimenangkan Jacob. Suara sorakan para penonton terdengar menyerukan nama kakaknya dan Lizzie mencoba mencari tahu Mr. Davies yang menjadi bahan pembicaraan gadis-gadis di sebelahnya.
Lizzie hanya bisa melihat sosok kakaknya yang terlihat berbicara ramah pada para joki lainnya seraya mengelus leher kudanya sebelum melompat turun. Dia tak melihat pria yang menunggang kuda cokelat yang diyakininya adalah Mr. Davies yang membuntuti Jacob selama sesi latihan.
Namun perhatian Lizzie tergantikan oleh suara ringkik kuda di belakang Jacob berikut suara berat yang mengiringinya. Ia mendongak kala melihat kedua kaki kuda cokelat itu terangkat tinggi sebelum berdiri kokoh di tanah.
"Sampai bertemu besok di arena Ascot, Mr. Randall. Saat itu aku akan mengalahkanmu." Basil Davies masih duduk tegak di pelana, menatap Jacob dengan warna mata hazelnya yang pekat dan penuh perhitungan. Tubuhnya yang kokoh di atas punggung kuda cokelat besar itu tampak menjulang dan mengancam. Sedetikpun mata itu tak melihat sekitarnya.
Jantung Lizzie berdebar kencang saat menatap sosok berambut hitam panjang pekat itu yang menatap Jacob tak bersahabat namun tetap mempertahankan rasa sopannya yang diyakini Lizzie itu adalah hal yang amat sulit dilakukan pria itu. Dia mendengar Jacob menyambut tantangan terbuka pria itu.
Basil tersenyum dan membungkuk hormat pada Jacob, menarik tali kekang kudanya dan kembali membedal hewan itu memasuki arena pacuan. Dia merasa kesal bahwa selalu selangkah di belakang Jacob Randall dan memilih memacu kembali kuda tunggangannya ke dalam lintasan.
Lizzie nyaris tak mendengar ajakan Jacob untuk segera berlalu dari tempat itu dan hanya memaku tatapannya pada penunggang kuda yang barusan menantang kakaknya yang kini terlihat membedal kudanya di lintasan. Jantungnya berdentum-dentum aneh saat melihat pria itu menendang perut kuda agar berlari lebih cepat, tak peduli kemungkinan sang hewan sedang lelah. Ketika dia mendengar bisik-bisik para gadis di dekatnya saat menyebutkan nama sang pria, Lizzie takut jantungnya akan lepas dari tempatnya karena debaran yang tak kunjung pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET TWO MEN
Lãng mạnLizzie jatuh cinta secara membabi buta pada pria terlarang di London. Segala cara dilakukan Lizzie agar bisa memiliki sang pria hingga dia lupa bahwa seluruh keluarganya cemas akan dirinya. Basil Davies pada mulanya ingin mempermainkan Lizzie karena...