Part 1 - Lizz

0 0 0
                                    

"Reuben bilang dia harus menemuiku segera".

Huh. Dan disini aku berpikir bahwa semua lelaki sama saja. Berjanji dengan muka manisnya, lalu membatalkan janjinya sesuka hati begitu saja. Lalu siapa yang akan membantuku mengangkat barang-barang, hm? Sial.

Aku sudah cukup muak dengan hari ini. Kau tahu rasanya ketika ada orang antah berantah melakukan perundungan kepadamu? Di pagi hari? Oh astaga, aku sudah bersusah payah untuk tidak berkata kasar hari ini, dan, bahkan siang pun belum tiba dan aku nampaknya sudah kehilangan kesabaranku.

Biar kuberi tahu bagaimana semua ini bisa terjadi.

Aku suka olahraga, dan, hey, jangan memandangku seperti itu! Apa salahnya menjadi perempuan yang boyish?

Pagi tadi, aku datang lebih awal daripada yang lainnya. Aku bertekad untuk olahraga terlebih dahulu sebelum belajar di kelas yang, amat sangat membosankan. Aku begitu fokus dan tidak memperhatikan sekitar. Aku bahkan tidak tahu bahwa ada seseorang yang lewat, dan, mencuri semua barangku untuk dibuang ke kamar mandi. Pikirkanlah, seberapa konyolnya itu!

Sehabis berolahraga, aku kembali ke parkiran terlebih dulu untuk mengambil alat tulis di mobilku, dan aku bertemu dengan Reuben disana. Dia tersenyum lebar dan melambai-lambai seperti orang gila. Huh, tipikal Reuben. Aku akan mengabaikan bagian itu jika aku jadi kalian. Terlalu crynge untuk diingat kembali.

Ah, dan setelah itu kau harus tahu bahwa aku kembali ke kelas yang nampaknya sudah ada beberapa orang yang datang, dan tiba-tiba saja, semuanya hening melihatku.
Aku pun turut melihat Juliet disana, dengan jelas berdiri gemetaran dan nampak khawatir padaku.

"Ada apa?"

Aku berjalan menghampiri kerumunan, dan disaat itu pula aku sadar bahwa mereka sedang mengerumuni mejaku. Semua barangku tidak ada. Lenyap, dan aku bersumpah bahwa aku tidak melebih-lebihkan. Dan, yang lebih menariknya, meja itu digores dengan tulisan:

Kalian semua akan kuhancurkan.

Bodoh! Siapa yang berani melakukan ini? Dia benar-benar tidak sadar dia berurusan dengan siapa.

Dan, kau tahu? Aku tidak berniat memperbesar masalah ini. Ini hanya perundungan biasa, sering terjadi di film atau novel yang Audrey sering pinjamkan kepadaku. Tapi, pikiranku berubah saat salah seorang dari kerumunan itu berteriak:

"Hey! Itu tulisan yang sama seperti yang aku temui di mobil seseorang tadi!"

Mobil?
Aku melihat ke arah parkiran dari jendela. Apakah maksudnya tadi adalah mobilku? Kalau begitu, aku bersumpah benar-benar akan menjambak rambut si pelaku. Aku yakin 100% bahwa pelaku kali ini adalah orang yang sama.

Kau tahu? Seorang Lizz tidak pernah begitu terkejut sebelumnya. Namun, kali ini berbeda. Aku memandang Juliet dengan rasa campur aduk. Bingung, marah, khawatir.

Belum sempat Juliet mengucapkan sesuatu, aku berpaling dan segera berlari. Dengan cepat, sangat cepat. Aku harus menemui seseorang. Segera.

"NATHAN!!!"

Aku ingat telah menabrak beberapa orang dan tentu saja, tidak merasa bersalah karena hal itu. Mereka ada di jalanku dan sangat menghalangi. Dimana cowok sialan itu berada disaat mobil mewah berharga selangitnya itu dicoret dengan benda tajam?

Dan dengan tulisan yang sama.

Yah, singkat cerita, aku bertemu dengan Nathan dan sepakat untuk membawa perihal ini untuk dibahas bersama Pak Dosen tercinta yang really helpful. Huh, benar-benar helpful.

Sudah cukup ceritanya, dasar. Aku harus mengangkat barang-barangku disini dan kembali ke kelas.

Tas, buku, semuanya berhamburan. Oh, tentu saja, kunci mobilku. Aku tidak mengerti orang sialan mana yang berniat mengerjaiku seperti ini. Aku benar-benar akan membalasnya. Huh, seorang Lizz tidak akan lupa untuk selalu balas dendam.

"OMG, Lizz! Mau kubantu?"

Aku melihat seorang gadis yang tiba-tiba saja memekik seperti baru saja melihat hantu. Yah, kalau ditawari bantuan seperti ini, tentu saja aku tidak akan menolak. Aku tidak peduli apakah aku membebani dia atau tidak, yang pasti, dia yang terlebih dahulu menawarkanku bantuan. Hehehe, aku tidak salah.

"Kau sudah tahu pelakunya?" tanya gadis itu setelah selesai membereskan barang-barangku.

Aku berdiri, lalu mengangkat barang-barangku kembali ke kelas. Dia mengekor disampingku. Hm, gadis yang baik rupanya.

"Belum, tapi aku punya teoriku sendiri".

"Teori? Apa maksudmu?"

Iya, kalian tidak salah baca. Teori. Hey, kau tidak tahu bahwa Lizz adalah seorang yang suka sekali dengan segala hal yang berhubungan tentang detektif? Dan aku sangat antusias menjadi detektif pada ceritaku kali ini.

"Iya, teori. Kau tahu? Bisa saja orang yang merundungku kali ini adalah orang yang sama dengan dia yang telah mengacaukan mobil Nathan. Ah, koreksi. Bukan 'bisa saja', tapi sudah pasti".

Gadis itu masih memandangiku dalam diam, nampak tertarik mendengar kelanjutan ceritaku.

Mmhm, dia ini penyuka konspirasi juga rupanya?

"Pesan yang dia tulis di mejaku, sama persis dengan yang sudah dia tulis pada meja Nathan".

"Pesan itu... yang... Kalian semua akan kuhancurkan?"

Aku mengangguk. Sama persis. Benar-benar dilakukan dari orang yang sama. Dan ketika si pelaku berkata 'kalian semua', maka aku punya keyakinan bahwa dia akan melakukan hal yang sama nantinya kepada Audrey, Lizz, dan Reuben. Teman-temanku. Kami berlima.

"Orang itu pasti datang pagi sekali hari ini, disaat aku sedang berolahraga. Disaat aku sudah kembali, dan teman sekelas sedang sibuk mengurusi cerita perundunganku, dia melakukan aksinya mengacaukan mobil Nathan dan tidak ada yang melihatnya saat itu".

Gadis itu termenung sebentar. Mulutnya menganga. Ah, dasar. Haruskah aku ulangi ceritaku sekali lagi agar dia paham?

"Aku mengerti. Tapi, siapa orang yang datang pagi-pagi sekali? Aku yakin kau adalah orang yang pertama datang ke kampus, Lizz".

Ah, untunglah dia mengerti pembicaraanku.

"Yang pasti, adalah orang yang memang berniat merundungku!" Aku tertawa. Pertanyaan konyol macam apa itu?

"Maksudku, andaikan orang itu memang sudah ada disini sepagi itu, lalu dimana dia bersembunyi setelah mengacaukan barang-barangmu?"

Aku tersedak. Gadis ini benar-benar membuatku ingin tertawa terbahak-bahak.

"Kau tahu dia bersembunyi dimana, hm?"

Dia menggeleng, "Dimana?"

"Di hatimu! Hahaha!" Aku tertawa terbahak-bahak. Sungguh, aku tidak menyangka ada orang yang mampu berpikir sekonyol itu. Oh, ayolah! Dia pikir si pelaku tidak dapat bersembunyi? Dia pikir kampus ini tidak memiliki dinding?

Dan, bisa saja kan si pelaku berdiam diri di parkiran, dari sehabis merundungku hingga saat akan mengacaukan mobil Nathan?

Tapi, aku benar-benar berpikir. Siapa orang yang datang sepagi itu, dan andaikan perkiraanku tadi benar, siapa orang yang berdiam diri di parkiran dan menunggu saat yang tepat itu untuk mengacaukan mobil Nathan?

Ah.
...Sebut aku jahat, tapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berpikiran buruk terhadap satu orang ini.

"Lizz!" Tiba-tiba disana, ada yang memanggilku. Aku melihat Reuben, Nathan, dan juga Audrey.

Aku menghampiri mereka. Dan, aku tidak yakin, tapi menurutku wajah mereka sedang tidak baik-baik saja.

...Tapi, tidak mungkin. Dia kan temanku?

Aku memandang wajahnya sekali lagi. Aku benar-benar tidak bermaksud jahat, tapi aku berpikir, sepertinya orang ini menyimpan sesuatu.

"Hey, aku ingin bicara denganmu".

***








Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Evil Among UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang