Hai, salam kenal! Namaku Juliet. Audrey pasti sudah bercerita tentangku. Tidak banyak, sungguh. Aku bukan orang yang penuh dengan hal-hal unik. Aku gadis biasa, mahasiswi biasa, dan, um, mungkin yang membedakanku dengan kebanyakan orang adalah... orang bilang bahwa aku cukup cantik.
Juliet Azelie. Panggil aku Juliet saja. Apa ada yang ingin kau tanyakan lagi?
Seberapa cantiknya aku? Eh, a-aku tidak tahu! Mana ada orang yang mendefinisikan kecantikannya dari dirinya sendiri? Orang bilang, aku cantik karena rambutku. Orang-orang pada umumnya suka dengan rambut panjang, jadi aku bertekad untuk merawatnya dengan baik. Aku juga menjaga warnanya tetap alami. Orang-orang bilang, mereka suka dengan yang natural. Aku tidak tahu apakah aku harus setuju atau tidak, tapi, bagiku rambut hitam alamiku terlihat paling cocok dengan wajahku!
Apakah aku punya pacar? Ha-haha. Belum, deh. Aku masih mencari orang yang tepat. Aku tidak ingin tersakiti, ataupun menyakiti orang yang salah. Aku tidak ingin mencari orang yang tertarik dengan kelebihan fisikku. Aku hanya ingin mencari orang yang menghargainya dengan baik. Orang itu belum ku temukan, sayang sekali.
Apakah ada orang yang kusuka? Uhhh. Jangan bertanya seperti itu. Kau tahu? Aku sangat malu jika-jika dia sampai tahu.
Satu fakta tentang diriku? Ah... aku memikirkan jawaban ini sejak dulu. Aku selalu berpikir, bahwa aku adalah orang yang terlalu terikat dengan bagaimana orang lain memandang diriku. Lizz selalu marah jika aku begitu, dia akan mengomel dan bilang bahwa aku ini terlalu kaku. Lizz bilang, aku tidak mampu merasakan hidupku sendiri. Lizz selalu bilang, aku tidak pernah merasakan hidup layaknya diriku sendiri.
A-aku tidak tahu. Aku tetap mengiyakan pernyataannya, sekalipun dalam hati, aku ingin sekali memberontak. Aku, aku... aku hanya merasa, jika memang seperti inilah aku ingin menjalani hidup, lalu kenapa Lizz menganggap aku tidak pernah merasa hidup? Aku merasa bahagia mengikuti jalan yang lurus. Aku merasa bahagia dengan membuat orang lain bahagia. Aku begini, karena pilihanku sendiri. Dengan kesadaran penuh. Aku berharap Lizz bisa mengerti. Aku selalu berharap semua orang bisa mengerti.
Oh, teman-temanku? Aku punya sekelompok teman yang sudah aku anggap sahabat sejati. Audrey, Reuben, Nathan, dan Lizz. Oh, aku tidak berkelahi dengan Lizz, kok! Walaupun aku kadang merasa tidak nyaman, tapi mereka tetap sahabatku. Meski kadang, aku berpikir bahwa mereka berteman denganku hanya karena mereka kasihan. Mereka bilang aku mudah dimanfaatkan, dan mereka pun memutuskan untuk membantu melindungiku. Oh, baik sekali.
Apa? Kau ingin berkenalan dengan temanku yang lainnya? Tentu saja, silahkan!
Terimakasih telah mendengarkan kisahku, aku yakin kisah teman-temanku tidak akan kalah serunya. Oh, jangan lupa sampaikan pada mereka titipan salam dariku. Bilang pada mereka aku merindukan mereka semua.