31. Bukan yang terakhir

325 53 0
                                    

"Brengsek, brengsek."

Umpatan Johnny itu sama sekali ga berpengaruh sama Doyoung yang daritadi natapin dia nanar. Air mata dari si manis buat Johnny makin frustasi, tapi egonya lebih besar buat saat itu.

"Aku pulang."

Beberapa menit Doyoung cuma natapin Johnny yang kaya orang gila, dia mutusin buat pulang dan pergi dari sini.

Sebelum semuanya jadi tambah runyam.

"Doyoung—"

Cowo manis itu nunduk, "Emang bener kok aku berlebihan, egois."

"Aku mau pulang aja. Maaf aku gabisa nemenin kamu—"

"Kamu ga boleh pulang."

Johnny motong kalimat Doyoung, "Doie, please."

Kali ini Doyoung yang keliatan frustasi, "Tapi aku gamau kita makin parah!"

"AKU JUGA GAMAU JAUH DARI KAMU!"

Johnny ngebentak dia. Bahunya naik turun dan mukanya udah merah padam, dia bener-bener marah.

"KAMU BISA GAK SIH NGERTI? AKU INI PACAR KAMU!"

Doyoung yang dibentak gitu, ngerasa jantungnya berdetak dua kali lebih cepet. Dadanya sesak entah karena apa, dan pipinya makin di banjirin air mata.

"Aku gamau jauh dari kamu, Young. Tolong, ngertiin aku sekali ini aja."

Johnny melirih, dia ngerasa bersalah karena udah ngebentak Doyoung tadi. Dia kebablasan, dia diluar kendali diri.

Tanpa aba-aba, Doyoung lari dan nubrukin badannya ke Johnny—langsung dipeluk sama si mas pacar.

"Maaf, maaf, maaf."

Si manis ga berhenti ngucapin kata maaf ke Johnny walaupun mukanya tenggelem ke lehernya. Si cowo tiang itu juga harus minta maaf, tapi Doyoung ga ngizinin dia buat ngucapin itu.

"Sayang, aku juga salah disini," bisik Johnny lembut.

"Ngga! Kamu ga salah—hiks, kan aku udah bilang," keukeuh Doyoung.

Mereka akhirnya cuma peluk-pelukan. Doyoung yang gada bosennya minta maaf dan Johnny yang gada niatan buat ngelepasin si manis dari pelukannya.

"Kamu harus tau kalo aku sayang banget sama kamu, Doie."

Johnny ngusap rambut Doyoung yang masih basah itu, terus ngecup pelipisnya. "Aku ga akan pernah ninggalin kamu, aku janji."

"Aku janji ga akan ninggalin kamu juga, John," kata Doyoung lirih.

Si cowo tiang senyum, "Sekarang makan ya? Dan, kita anggap masalah ini selesai?"

Johnny bisa ngerasain kalo Doyoung ngangguk di dadanya, "Aku minta maaf karena udah jadi kaya gini, udah bikin kamu marah dan ngebentak gitu."

"Aku minta maaf, aku ga bermaksud ngebentak kamu kaya tadi," jelas Johnny.

Iya, Doyoung juga tau kalo Johnny itu kesulut emosi. Itupun karena dirinya sendiri, ga pantes aja denger kalo Johnny minta maaf karena kesalahan yang dia buat.

"Johnny," panggil Doyoung.

Johnny nunduk, natap si manis yang sekarang lagi manjuin bibirnya.

"Kenapa, hmm?"

"Ini yang terakhir, ya?" kata Doyoung yang buat Johnny heran.

"Terakhir gimana?" tanya Johnny balik.

Doyoung jinjit, dan ngecup bibir Johnny sekilas.

"Maaf ya, hehehe."

Johnny malah senyum, bukannya suram kaya tadi setelah dicium.

"Itu ga bakal jadi yang terakhir kok," bisik dia depan muka Doyoung.

Cup!

Johnny ngecup bibirnya juga.



[1] ComfortableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang