Perasaan itu memang mempunyai jalannya sendiri layaknya sebuah kapal. Ia akan terus berlayar dan hanya akan berhenti di tempat yang tepat.
" Assalamualaikum ibuuu," Salam Nadira cukup keras sembari berjalan ke dapur untuk menemui ibunya yang sedang membereskan beberapa peralatan dapurnya dan... lihatlah keringat manusia mulia itu, berucuran karna lelah membereskan setiap sudut rumah yang cukup besar ini apalagi si mbok dan Pak Shibab yang merupakan supir pribadi keluarganya sedang pulang ke kampung halaman untuk melepas rindu orang-orang terkasih disana.
" Wa'alaikumsalam, Nadira. Dianter siapa tadi, nak? " jawab Hanin sembari memberikan infused water yang berisi lemon segar untuk Nadira.
" Loh, Ibu lihat Nadira pulang bareng cowok, ya? " Matanya langsung membulat, ia takut kalau-kalau ibunya akan mengomel panjang lebar melebihi khutbah jumat di Masjid kompleknya.
" Iya tadi Ibu lihat. Kenapa ngga di ajak masuk temennya? "
" Ah orang kayak gitu ngerepotin, Bu. Ngga usah deh mending." kekehnya geli.
Hanin membalas dengan senyuman yang sesekali menggeleng melihat tingkah anak ajaibnya ini.
" Hmm... Ibu kok ngga marah Nadira pulang sama cowok? "
" Ngga marah, nak. Kan ini juga darurat kamu ngga bisa pulang karna driver ngga ada yang angkut kamu juga, kan? Pak sihab juga lagi ngga bisa jemput kamu karna lagi pulang kampung. Lagian Ibu yakin dan percaya sama Nadira kalau Nadira ngga akan berbuat macem-macem. "
duh. hampir aja meluk Shaka.
" Nadira sayang " panggilnya lembut sambil duduk di sebelah kursi Nadira.
" Iya, Bu? "
" Nadira suka sama Shaka, ya? "
Nadira yang sedang minum akhirnya tersedak kaget. Matanya membulat. Jantungnya berdebar. Bagaimana Ibunya bisa tahu? apa jangan-jangan lewat buku diary-nya? kalau iya, ini sangat memalukan karna segala rahasia dirinya tercantum di sana. ah bodoh.
" Coba nak ceritain kenapa bisa suka sama Shaka? Ibu bisa loh jadi pendengarmu. " rayu Hanin.
" Nadira ngga tahu, Bu kenapa bisa suka sama orang kayak Shaka dan Nadira juga ngga tahu harus namain apa perasaan ini, yang jelas perasaan ini ngga bisa dijabarin lewat kata, cuma bisa dirasa. Setiap ngobrol, berantem ataupun bercanda Nadira seneng aja dekat Shaka. Dimanapun dia berada, dunia serasa menyenangkan, Bu. serius deh," Pipinya memerah, Nadira menundukan kepalanya tanda malu atas pengakuan perasaanya di hadapan sang Ibu. Ah, sudah tau dirinya suka dengan Shaka kenapa masih ditanya lagi, sih?
" Lalu, Nadira mau memelihara perasaan itu sampai akhir? " Tanya Hanin dengan senyuman.
Nadira terdiam sejenak sambil sesekali mengatur nafas, nama Shaka seperti mempunyai daya magis yang membuat jantung ini tidak bisa dikendalikan seperti nafsu. Selalu berdebar.
" Santuy Nad santuy... ini bukan malam pertama jadi gaboleh degdegan. "
" Nadira ngga tahu, Bu. Karna kata Ayah hati manusia sering berbolak-balik sebab ada Sang penguasa semesta yang Maha membolak-balikkan hati. Sekarang Nadira memang suka sama Shaka tapi siapa yang tahu kalau dimasa depan nanti orang yang ngga Nadira suka justru menjadi Cintanya Nadira sampai jannah? " Senyumnya miris mengingat bagaimana Ayahnya yang selalu overprotektif atas setiap pilihan yang Nadira buat, khususnya perkara laki-laki yang akan menjadi pendamping sehidup sematinya nanti. Kata perjodohan memang masih melekat pada Ayahnya. Bahkan kedua orang tua Nadira adalah korban perjodohan oleh kedua Kakeknya namun takdir mereka beruntung, Hanin dan Fathur memang saling mencintai sejak pertama kali bertemu. Then, how's my fate, Allah? bakalan sama ngga ya? batinnya menjerit.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE
RomanceKamu datang disaat aku tidak percaya lagi pada Cinta manusia yang semu. Menawarkan begitu banyak kebahagiaan disaat kesenduanku telah menjadi candu. Aku menerimamu sebab aku menyerah pada takdir jenaka ini, tapi kamu memilihku karna kamu memang ben...