03. First Sight

37 3 0
                                    

Mata adalah jendela hati, apa yang dipandang indah oleh mata, maka akrab untuk disenangi oleh hati.

Malam minggu seluruh keluarga Hussein dan Kaffa berkumpul, ini merupakan agenda rutin yang dilakukan dengan maksud untuk menjalin tali silaturahmi. Oleh karna itu sejak tadi Nadira sibuk membersihkan lantai, merapihkan kursi untuk acara makan dan membantu Ibu menyiapkan makanan. Sedangkan Kakak sepupunya hanya bersantai di depan televisi sambil memakan beberapa kismis miliknya.

" Kak Thalita kok malah nyantai disini, sih? kan kita kerjainnya bareng-bareng? liat tuh Nadira masih harus lap-in meja makannya, " tunjuknya ke meja makan yang terlihat masih sangat berantakan seperti kapal pecah.

lah, memangnya ia tahu bentuk kapal pecah seperti apa? naik saja belum pernah.

" Aduh Kakak capek, dek abis bantuin Om Fathur bersihin garasi mobil," keluhnya sambil memegang pinggang.

" Kan baru satu kerjaan, Nadira banyak banget,"

" Udah kerjain aja duluan nanti kaka nyusul deh beneran,"

" Boong banget daritadi ngomong begitu mulu tapi ga dikerjain." ucapnya kesal.

" Srius Nad buset ga percayaan amat kamu,"

" Ngapain amat percaya sama Kak Ita, musyrik. Udah deh buruan bantuin Nadira, cape banget tau ngerjain sendiri sedangkan Kak ita malah nyantai kek di pantai."

" Anjay juga tuh pantun kamu, Nad,"

" Bodo amat."

Nadira yang hendak meninggalkan Thalita yang masih menertawakan dirinya, mendadak berhenti karna telinganya merasa sakit akibat suara salam gadis centil itu yang terdengar sangat nyaring seperti terompet rusak.

" ASSALAMUALAIKUM GUYS, "

" Wa'alaikumsalam," jawabnya kompak.

" Nahh, kebetulan nih ada Kak Zia sama Kak Adel. Cepet bantuin Nadira beres-beres. Dari tadi Nadira mulu yang kerja," sindir Nadira.

" Idih emangnya aku pembantu apa baru dateng disuruh-suruh?? ngga mau ahh!! " tolak Zia.

" Apa salahnya sih Kak bantuin Nadira? mbok eem lagi ngga ada dirumah jadi cuma ada Nadira sama Ibu doang buat beresin, sayang banget kan Nadira udah wangi-wangi gini eh larinya ke dapur." keluh Nadira sambil mengipas-ngipaskan wajahnya dengan tangan.

" Ya salah lah, kan kamu yang di suruh sama Ibu buka kita, kita tuh datang sebagai tamu seharusnya kamu menyambut dengan baik. Masa lupa sih sama adab menerima tamu? lagian kalau ngerjain tuh yang ikhlas pasti ngga cape, Nad." ucap Adel.

" Emangnya ada ya modelan tamu buka pintu tuan rumahnya sendiri? ngucap salam pas udah masuk lagi." sindirnya menaikan satu alis.

Zia dan Adel mendadak diam karna serangan savage Nadira. Memang ada benarnya juga karna Shazia dan Adel masuk tanpa mengetuk pintu dan memberi salam malah setelah masuk. sial, kenapa jadi senjata makan tuan? 

" Udah lah, dasar pada males-malesan. Pasti kalian berani kayak gini karna Nadira paling kecil nih. Tua-tua pada ngeselin. Misi misi!! " dorongnya pada Shazia dan Adel yang jatuh tepat diatas tubuh Thalita.

" ASTAGFIRULLAHALADZIM BADAN GUE!!! " teriak Thalita.

Menyiapkan makanan sudah, membereskan setiap sudut rumah sudah dan rasanya Nadira yakin tubuhnya itu akan mengalami encok seperti mbok eem, karna sedari tadi hanya dia yang membereskan. Mempunya sepupu tengik seperti mereka memang butuh kesabaran yang besar. Sebesar rasa sabarnya ia mencintai orang yang tidak bisa dimiliki.

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang