05. Ragu

30 0 0
                                    

Jangan mudah percaya pada segala sesuatu yang terlihat manis, karna garam pun terlihat sama seperti gula.

Kejadian malam senin kemarin berhasil membuat Nadira senyum-senyum sendiri di kelas, bahkan ia tidak menyadari kehadiran El dan Diva yang sedari tadi memperhatikan dirinya. Nadira sedang tidak gila, kan? pikir mereka, karna hari ini wajahnya nampak lebih beraura bahagia dibandingkan hari sebelumnya. Apa Shaka telah mengajaknya menjalin hubungan?

"Lo... kenapa, Nad?" tegur El.

"Mikirin Shaka kali." celetuk Diva yang sibuk membentuk balon dari permen karet di mulutnya.

"Oh iya, Shaka kemana ya, El?" tanya Nadira tiba-tiba. Matanya sekarang malah sibuk mencari sosok Shaka.

"Dia lagi di perpus tuh, baca komik. emangnya kena..."

"Gue ke sana dulu, ya." putusnya cepat sambil berlalu meninggalkan El dan Diva yang masih kebingungan dibuatnya.

Bukankah mereka berdua biasanya terlihat seperti tikus dan kucing? tapi kenapa sekarang malah terlihat sangat akrab?

"Div, Nadira udah jadian sama Shaka?" tanya El namun Diva hanya menjawab dengan menggerakan bahu.

•••

Kini langkah kaki itu berhenti tepat di depan perpustakaan, dengan senyuman yang lebar dia memasuki ruangan yang berisi buku-buku berjejer rapi sambil mencari keberadaan Shaka.

Kali ini Nadira sudah tidak malu lagi akan perasaannya, masa bodo jika dia di cap sebagai wanita yang tidak punya harga diri karna terlalu ketara mengejar Shaka. Baginya, Cinta itu adalah perjuangan dan Nadira rasa Shaka adalah sosok lelaki yang memang layak untuk diperjuangkan karna selain tampan dan menyenangkan ia juga terlihat agamis. Buktinya, ketika ada acara kumpulan angkatan di sekolah dia sama sekali tidak meninggalkan shalatnya. Shaka selalu datang awal ketika adzan berkumandang. Ah sempurna!

Tapi... bukankah itu memang kewajibannya sebagai seorang muslim? Kenapa Nadira sangat cepat dalam menilai seseorang? Allah saja menilai hambanya bukan dari seberapa rajinnya ia ke masjid tapi seberapa tawakalnya ia terhadap tuhannya.

Ah entahlah, apapun yang Nadira lihat dari Shaka semuanya terlihat sempurna, tidak ada celah dalam dirinya. kalaupun ada bukankah itu hal yang wajar? karna setiap manusia pasti memiliki sisi yang buruk. pikirnya.

Sambil celingukan mencari keberadaan Shaka lututnya tidak sengaja menabrak meja.

*BRUUUKK*

Sontak semua yang berada di dalam perpustakaan memperhatikan dirinya, ada yang tertawa ada juga juga yang risih karna ia membuat brisik isi perpustakaan. Sial, baru mulai udah ada aja cobaanya.

"Lo gapapa, Nad?"

"Gapapa gapapa dari hongkong, sakit tau!" Shaka menahan tawanya melihat Nadira yang terlihat jengkel karna pertanyaan bodohnya.

"Yaudah ayo duduk di sana aja" Nadira melihat tempat yang ditunjuk Shaka. "Ber...dua doang?" tanyanya.

"Darimana berdua? ini kan lagi rame."

"Iya juga ya.. yaudah, yuk!!" Jawabnya antusias, kini langkahnya mendahului Shaka lalu duduk di salah satu meja yang terlihat kosong. Keduanya sibuk membaca komik favoritnya. Sampai akhirnya Shaka merasa bosan dan memilih untuk menganggu Nadira yang sangat fokus membaca komik bahkan sesekali ia terlihat tertawa sendiri seperti orang yang tidak waras.

"Lo sejak kapan suka Naruto?"

"Kecil."

"Karna Abang lo, ya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang