chapter 04||Sisi lain

53 8 2
                                    

Bel sekolah baru saja berbunyi, namun sekolah sudah sepi,hampir semua siswa siswi telah pulang kerumah masing masing atau bahkan nongkrong di kafe terdekat bersama para sahabat dan pacar masing masing, tapi tidak dengan Alea dan para sahabatnya mereka lebih memilih berdiam di sekolah untuk mengerjakan tugas yang di rasa sulit bersama sama, itulah mereka, rajin dan cerdas, tidak heran jika kaum adam ingin menjadi kekasih dari ketiga gadis cantik tersebut.

"Lo udah belum mit?" tanya Alea sambil membereskan buku dan peralatan menulis nya kedalam tas.
"Bentar tinggal nulis hasil nya dong nih,nah udah,"

Setelah menyelesaikan tugas, mereka langsung menuju gerbang sekolah mereka yang sudah terlihat sepi.

"Lo jadi pergi sama Adit mit?" tanya Alea, Adit merupakan kekasih miya saat ini, Mita dan Adit sudah menjalani hubungan dari mereka kelas 9,dulu mereka satu sekolah namun sejak mereka memasuki jenjang SMA Mita dan Adit tidak satu sekolah lagi.

"Iya katanya, dia kangen ngobrol bareng." jawabnya sambil cengar cengir tidak jelas. "Ya udah, eh gue duluan ya angkotnya udah dateng." ujar Alea sambil memasuki angkot.

Alea memang anak orang berada tapi Alea tidak terlalu suka dengan kemewahan, ia lebih suka dengan yang sederhana,ia bisa saja berangkat sekolah menggunakan mobil, pernah waktu itu kakaknya menyuruh Alea untuk membawa mobil sendiri tapi Alea menolak dengan alasan ingin seperti anak anak lain, yang pulang sekolah naik angkot.

Setelah sampai di depan komplek rumahnya ia langsung berjalan menuju rumahnya, setelah sampai di depan gerbang, matanya langsung menangkap sesuatu yang membuat dirinya langsung masuk kedalam rumahnya, ia melihat mobil ayahnya yang terparkir manis di depan garansi mobil.

Setalah membuka pintu rumah dan menutupnya kembali, ia menemukan ayahnya yang sedang berjalan menurni tangga dengan tergesa-gesa.

"Ayah, mau pergi lagi?" tanya Alea dengan nada lirih namun masih bisa di dengar oleh sang ayah. "Iya, ayah hanya mengambil berkas yang tertinggal, ayah mau keluar kota, dan uang untuk bulanan sudah ayah transfer ke kamu dan kakak kamu." Ucap Hendra dengan nada dingin, dan juga langsung pergi menuju pintu, baru saja hendak memegang gagang pintu, Alea berucap.

"Lea kangen ayah," ucapnya dengan pelan dan entah sejak kapan air matanya sudah turun. Hendra tidak memperdulikan ucapannya, bahkan ayahnya langsung membuka pintu dan menaiki mobilnya dan meninggalkan putrinya yang masih menangis.

"Bunda, Lea kangen ayah yang dulu, Lea juga kangen sama bunda." Ucap Alea dengan lirih.

Alea menghapus kasar air matanya dan ia langsung pergi menuju kamarnya. Setelah membuka pintu kamarnya, Alea langsung melemper tas nya ke sembarang arah. Alea langsung membaringkan tubuhnya diatas kasurnya secara tengkurap dan menenggelamkan wajahnya di bawah tumpukan bantal.

Badmood dan kecewa itu yang ia rasakan saat bertemu dengan ayahnya, semenjak mendiang ibunya meninggal, Hendra menjadi tidak tersentuh sama sekali, ia melampiaskan kesedihannya dengan bekerja paruh waktu sampai sampai ia tidak ingin bertatap muka dengan anak anaknya karena jika itu terjadi Hendra akan mengingat kembali mendiang sang istri dan itu akan membuat luka dihati Hendra. Dan semenjak itu pula, Alea dan Rendi menjadi kurang di perhatikan oleh ayahnya, bahkan saat pengambilan rapot keduanya, Hendra mengutus asisten kepercayaan Hendra untuk mewakilinya. Namun semua kebutuhan Alea dan Rendi selalu terpenuhi, ayahnya selalu mengirimkan uang bulanan kepada mereka berdua, untuk membayar spp dan juga uang kuliah Rendi beserta uang lebih jika Alea dan Rendi membutuhkan.

Alea terus menangis di bawah tumpukan bantal hingga suara ponselnya menghentikan tangis Alea

Ting!

Alea langsung merogoh saku rok sekolahnya dan membuka ponselnya, hingga ia menemukan nomor tak di kenal dengan mengirimi pesan, keningnya berkerut dan ia segera membalasnya

First And Last [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang