“suku kata pertama”
hal yang pertama disadari jeongin saat membuka mata untuk pertama kalinya dan mampu mengingat segala hal dengan jelas di sekelilingnya adalah; keluarga tempatnya dilahirkan bukanlah gambaran keluarga harmonis yang seperti diinginkan kebanyakan orang.
jeongin pun mendambakan hal yang sama. hidup di tengah-tengah kemurahan senyum dan keramahan hati, serta kehangatan. bukannya malah menanggung derita atas tindak-tanduk kedua orang tuanya di masa lampau. semua orang menggunjingnya, mengucilkannya. menatapnya dengan sebelah mata layaknya ia adalah seonggok sampah tidak berguna.
ia pikir, dikucilkan dari kelompok masyarakat sudah cukup menjadi satu dari sekian banyak deritanya. nyatanya ia salah. sudah pun tak bisa diterima dalam lingkungan sosial, satu-satunya keluarga yang dimilikinya pun membuangnya.
memang tak bertindak secara terang-terangan. namun dilihat dari cara pria itu memperlakukannya, ia sama sekali bukan hal yang berharga. diperburuk lagi dengan renggangnya hubungan mereka saat dengan polosnya jeongin bertanya;
"ayah, innie rindu ibu. innie ingin bertemu dengannya."
tapi yang didapatinya justru raut dingin dan kaku. bukannya jawaban seadanya yang selalu berusaha dilontarkan sang ayah untuk menjawab semua pertanyaan atas kepolosannya.
"kurasa ayah tidak mau membahas ibu karena membencinya."
atau mungkin saja ...
"ayah membenciku."
+
hari berganti bulan dan bulan berganti tahun. sudah hampir 16 tahun jeongin menjalani kehidupannya yang datar tanpa ada satupun yang menarik di dalamnya. tiap harinya dihabiskan dengan homeschooling di rumah dengan guru private pilihan ayahnya.
tak pula bisa bicara leluasa dengannya sebab gurunya itu sadar diri untuk tidak banyak menanyakan tentang kehidupan pribadi murid maupun wali muridnya. jadi dia cukup diam saja dan akan dengan sigap menjawab semua pertanyaan jeongin yang berkaitan dengan keluarga. tapi entah apa yang ada dalam kepala si tuan muda hwang itu hingga menanyakan pertanyaan random yang benar-benar out of the box.
"pak seo, apa bapak punya keluarga?" tanyanya tanpa mengalihkan mata dari lembar jawaban yang ada di depannya.
alis pria berusia 35 tahun itu menukik tajam. sedikit heran akan pertanyaan yang muridnya lontarkan. "ya, tentu saja. kenapa kamu bertanya seperti itu, jeongin? tumben sekali."
jeongin menggeleng, mengulas senyum sambil membersihkan jejak penghapus dari kertasnya. "aku juga punya keluarga," katanya mengabaikan pertanyaan changbin. lalu melirik sekilas gurunya itu dengan senyum yang perlahan menukik turun. "tapi aku merasa seperti tak memiliki satu pun keluarga."
changbin terdiam. bingung untuk menanggapi kata-kata muridnya.
"bapak diam saja. apa aku salah berasumsi seperti itu?" jeongin menyerahkan lembar jawabannya kepada gurunya itu sambil memasang senyum terbaik miliknya. "sudah selesai, pak. tolong dikoreksi apabila ada kesalahan."
changbin tak kunjung mengambil lembaran itu dari tangan pemuda di depannya. asyik berkelana dalam isi kepalanya sendiri. sampai jeongin meletakkan kertas itu tepat di depan changbin, gurunya itu masih tidak juga bergeming.
jeongin memutuskan untuk merapikan alat tulisnya dan berbenah. gurunya itu terlihat aneh, tidak seperti biasa, yang selalu tanggap dalam menjawab tiap pertanyaannya. "saya pamit, terima kasih atas waktunya."
saat hendak berbalik pergi. suara gurunya menginterupsi langkah jeongin. jeongin yang mendengar namanya dipanggil sontak mengangkat alisnya, ia kira gurunya itu sudah berubah menjadi batu.
"kalau kamu berpendapat seperti itu, kamu jelas salah besar. dari apa yang saya lihat kamu masih memiliki keluarga dan kamu benar-benar memiliki hak atas hal itu," lanjut changbin kemudian.
ia melirik kepada muridnya yang terdiam, masih setia mendengarkannya bicara. "apa yang terlihat dari luar, belum tentu merefleksikan apa yang ada di dalamnya secara keseluruhan."
"hyunjin terlihat keras dan kaku, tapi bukan berarti dia tidak mencintaimu. darah dagingnya sendiri."
tbc
hai, readersnim!
siapa yang excited dengan workku kali ini, cung☝!sedikit risk ya, kayaknya sebagian besar dari kalian hyunjeong shipper. tapi gapapa gapapa, cerita ini memuat unsur hyunjeong juga meski bukan sebagai sepasang love bird melainkan bapak-anak!
stay tuned for the next chapter, and please leave vomment if you feel excited with this one!🔥🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
hiraeth ㅡ hyunmin ft. jeongin
Fanfiction[ON GOING] mixtape:on track!au di balik diamnya, berkecamuk seribu satu tanya tanpa jawaban dalam kepala. sebab tak ada satupun yang bersedia menjawab pertanyaan itu untuknya. juga, tak ada seorangpun yang bersedia menjadi sandaran dalam hidupnya. k...