12)

441 71 13
                                    

“setelah lama tak bersua”

hening melingkupi kedua insan yang terjebak, entah bagaimana caranya, dalam satu atap yang sama. bahkan berbagi tempat duduk yang sama pula. sementara dua pria berusia 30 tahunan itu terjebak dalam suasana yang canggung, di sisi lain ada jeongin yang tengah menatap keduanya dengan tatapan penuh tanya.

seingat jeongin, ia sedang mengantar pria seusia ayahnya itu pergi ke minimarket di seberang taman sana. sembari menunggu kakak dari seungmin sendiri datang menjemputnya. tapi, tiba-tiba hyunjin datang. fokusnya ada pada seungmin dan mengabaikan keberadaannya.

jujur saja itu membuat timbul berjuta pertanyaan dalam kepalanya. hendak menanyakan perihal kejadian di depan minimarket itu, namun ia ragu. lalu siapa yang akan menyelesaikan kecanggungan diantara mereka berdua?

"jadi apakah ayah mengenal paman seungmin?" pada akhirnya, jeongin memutuskan untuk mengajukan pertanyaan. sebab tanpa dipancing seperti itu, ayahnya takkan mau menjelaskan.

hyunjin menghela napas, lalu mengangguk. ia mengalihkan pandangannya dari seungmin dan menatap lekat-lekat putra semata wayangnya itu.

"jeongin, pergilah ke kamarmu. ada hal yang ingin ayah bicarakan dengan paman seungmin?" katanya merasa sedikit aneh saat memberikan panggilan itu untuk pria yang selama ini selalu ada dalam benak dan pikirannya itu.

dengan berat hati, jeongin pun beranjak dari sofa nyamannya. ia menatap lekat kepada seungmin yang berusaha menyunggingkan senyum miliknya. lalu beralih kepada ayahnya sendiri. "jangan berbicara aneh-aneh kepada paman seungmin, ayah."

"lalu, paman seungmin, haruskah aku menghubungi kakakmu dan mengatakan bahwa paman sedang ada di rumahku?" kali ini jeongin melontarkan pertanyaannya kepada seungmin, namun hal itu justru mengundang keterkejutan di raut wajah hyunjin.

seungmin mengangguk, "tolong lakukan itu untukku, jeongin. katakan kepadanya, aku akan menelponnya saat urusan kami selesai."

"baik, paman." lalu sosoknya pun menghilang di anak tangga paling tinggi rumahnya.

menyisakan dua orang dewasa itu dalam sebuah pembicaraan yang serius. meski telah lama tak bertemu, anehnya hyunjin tak bisa meluapkan emosi yang selama ini ia pendam dalam hatinya. mungkin itu terjadi karena rasa kecewanya lebih besar dibanding apapun.

bahkan kehadiran seungmin pun, tak lagi mampu meluluhkan rahangnya yang mengeras.

+

jeongin menyandarkan punggungnya pada pintu yang telah tertutup rapat. ia menghela napasnya yang perlahan mulai terasa berat, sementara pening semakin mendominasi kepalanya. tapi, beruntungnya hal itu tak berlangsung lama. sebab, ia harus menghubungi seseorang.

lama ia berkutat pada telepon rumahnya, menekan angka-angka yang tertera pada kertas di tangan kirinya. sementara gagang teleponnya sendiri berada diantara perpotongan lehernya, diapit sendiri dengan kepalanya.

saat nada sambung mulai terdengar, jeongin mengganti posisinya. tangan kanannya digunakan untuk menggenggam gagang telepon berwarna hijau itu sembari menunggu seseorang menjawab panggilannya.

'halo, ini kediaman keluarga lee. dengan siapa aku berbicara?'

jeongin sedikit tersentak dari lamunan singkatnya dan mulai berbicara, "selamat sore tuan lee, ini hwang jeongin. maaf telah mengganggu waktumu. tapi, paman seungmin memintaku untuk menelponmu dan memberitahumu kalau saat ini ia sedang ada urusan penting dengan ayahku."

sosok di seberang sana terdiam. mengundang pertanyaan dalam kepala yang lebih muda. sampai-sampai ia harus menjauhkan gagang telepon itu dari telinganya yang sedikit kebas. lalu, mendekatnya kembali begitu suara pria di seberang sana mulai terdengar.

'tunggu, siapa namamu tadi?'

jeongin mengernyitkan keningnya. sedikit heran dan was-was. orang ini tidak bermaksud jahat kepadanya bukan?

"hwang jeongin, tuan. ada apa?"

terdengar dengan jelas suara helaan napas di ujung sana. namun belum sempat ia bertanya, kakak dari pria yang kini sedang di rumahnya itu buru-buru menutup panggilan setelah sebelumnya sempat bertanya alamat spesifik rumahnya.

'apa kediaman hwang masih di tempat yang sama, nak?'

maka tanpa ragu jeongin pun menjawab, "setahuku, ini adalah rumah yang ayah tinggali sejak ia masih muda."

lalu, sambungan teleponnya terputus begitu saja. jeongin menjadi semakin gelisah tentang apa yang akan terjadi berikutnya.

"orang itu tidak berniat buruk kepada ayah, bukan? lalu, kenapa bisa marganya berbeda dari paman seungmin? aneh sekali."

tbc

dari sini apa ada yang bingung?

hiraeth ㅡ hyunmin ft. jeonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang