29)

286 35 0
                                    

"darmawisata"

sudah selayaknya jeongin merasa curiga kepada teman-temannya. tiada angin maupun badai, tiba-tiba saja ia menerima surat edaran perkemahan musim panas. juga, tidak lupa embel-embel kata "wajib" yang tersemat di dalamnya.

membuatnya merasa resah. sejujurnya ia hanya malas mengemasi barang bawaannya saja sih. tapi, ini 'kan kali pertamanya pergi berkemah. mana ia tahu barang-barang apa saja yang diperlukan.

wah, menarik. ini bisa menjadi salah satu alasannya untuk tidak ikut berkemah, selain opsi berpura-pura demam tentunya. jeongin akan melapor pada ketua kelasnya dan memberikan surat keterangan berisi alasan kenapa ia tak menghadiri perkemahan musim panas ini.

"tidak boleh." jisung yang muncul entah dari mana membuatnya terlonjak kaget.

jeongin mengusak surainya kasar sambil mendesah frustasi. "lain kali kalau kamu ingin bertamu, ketuk dulu pintu kamarku. jangan selalu muncul tiba-tiba seperti itu."

sementara ia merasa dongkol, si lawan bicara justru memutar bola matanya malas sembari berdecak. "ck, ini 'kan rumahku. buat apa aku minta izin kepadamu. lagipula di sini kamu 'kan sehat-sehat saja."

kata-kata yang jisung ucapkan berhasil membuat jeongin tertegun. tiba-tiba, secara sekilas, ia melihat potongan peristiwa berkelabatan dalam visinya. hampir membuatnya ambruk, kalau saja ia tak buru-buru menyadarkan dirinya sendiri.

jisung buru-buru menahan lengan pemuda di depannya yang tampak limbung. digenggam eratnya kedua bahu jeongin sembari berkata, "hei, kamu tidak apa-apa?"

jeongin menggeleng lantas mendudukkan diri di atas ranjang. ia berusaha menetralkan isi kepalanya dan menghela napas dalam-dalam. dialihkannya pandangan ke seluruh ruangan, hingga kedua netranya mendapati koper abu-abu tergeletak di dekat lemarinya.

ia melirik jisung sembari berkata, "tolong bantu aku berkemas."

+

jeongin menyeret malas kopernya yang berat, entah apa yang sudah jisung isikan di dalamnya. terlebih lagi ia harus direpotkan dengan topi kelas mereka yang terus-menerus merosot. apalagi jika bukan karena ukurannya yang terlalu besar untuk kepala jeongin yang mungil.

buru-buru diserahkannya koper itu kepada petugas yang membantu menata barang bawaan mereka ke dalam bagasi. setelahnya ia melangkah naik ke dalam bis kelasnya. namun, ada satu hal yang membuatnya tertegun.

"KAK CHAN?!" pekiknya terkejut hingga secara spontan menunjuk oknum yang dimaksud. sementara jisung yang duduk di samping chan langsung merengut kesal.

"jangan berteriak seperti itu, jeongin. kamu bisa merusak telinga teman-temanmu," ujarnya sambil menguap malas.

sesaat setelah mendengar itu, jeongin buru-buru beralih menunjuk kawannya. "JISUNG!" lantas berlari menghampiri. "apa yang kamu lakukan di sini? bukannya bismu ada di sebelah? lalu ... kak chan juga ada di sini."

chan tertawa lantas menepuk-nepuk kepala yang lebih muda gemas. "ya ampun pacarku menggemaskan sekali. sebenarnya kita dibebaskan untuk memilih bis, kakak kemari karena bis kelas kakak sudah tidak muat. terlalu banyak barang."

jeongin mengangguk-angguk. "ternyata begitu ...." ia melirik jisung sambil tersenyum miring."baiklah! aku akan duduk di samping kak minho saja. sampai jumpa!"

"hei, yang jeongin!" pekik jisung tidak terima sambil menahan rona merah di pipi bulatnya, membuat chan tertawa gemas sambil menyubit pipi adik tingkatnya itu.

"kak chan tidak marah? jeongin 'kan sedang duduk bersama orang yang dikabarkan sedang menyukainya."

chan menggeleng sambil memasang raut bingung. "tidak tuh ... ini aneh. bukannya seharusnya aku marah, ya? tapi, aku senang kok duduk bersamamu."

jisung mengangguk pelan sambil berusaha menahan gejolak rasa bahagia di hatinya. sesekali melirik jeongin yang terlihat canggung ada di samping minho yang menatapnya tanpa henti.

'mungkin ini saatnya aku mengubah segala hal, jeongin. terima kasih sudah membantuku.'

+

"kamu bodoh, ya."

ucapan yang begitu tiba-tiba itu lantas menampar jeongin dengan telak. takut-takut ia melirik sosok di sampingnya yang tengah menatapnya dalam, berhasil membuatnya semakin gugup. sebab beberapa saat sebelumnya, orang ini tak pernah sekalipun berusaha untuk mengajaknya bicara.

jeongin pun menjawab, "aku ini pandai tahu. juara pertama di satu angkatan, padahal usiaku masih belia." lantas buru-buru mengalihkan mata.

minho yang mendengarnya sontak tertawa pelan. "bukan itu maksudku. kamu memang pintar di sekolah, tapi bodoh di masalah percintaan."

"kenapa kakak bicara seperti itu?"

minho menghela napas. "kamu benar tidak tahu, atau hanya berpura-pura? mana ada orang yang membiarkan kekasihnya duduk bersama orang yang jelas-jelas menyukainya?"

"kamu tidak tahu kalau han jisung itu menyukai kekasihmu, yang jeongin?"

jeongin menghela napas, lantas menatap kedua mata itu dalam-dalam. "maksudnya, seperti kakak yang diam-diam juga menyukaiku?"

"hah, aku? menyukaimu? mana mungkin!" minho tersedak ludahnya sendiri. "itu jelas tidak masuk akal. kenapa aku harus menyukaimu?"

jeongin tak menjawab, hanya membalas dengan gelengan ringan. ia menghela napas sambil mengetuk jam tangannya yang mati dengan jari.

"andai saja kak minho juga tahu bahwa aku ini cuma pemeran pengganti," gerutunya pelan berharap minho tak mendengar.

namun, harapan itu sirna. sebab julukan minho si kelinci tidak akan didapatkannya begitu saja tanpa adanya pendengarannya yang begitu tajam.

"apa maksudmu? pemeran pengganti? kamu 'kan hanya ekstra dalam film itu!" lalu tertawa terbahak tanpa alasan.

sementara kata-kata itu membuat hati jeongin semakin mendung. ia melirik jisung dan chan yang sudah tertidur. saling bersandar satu sama lain.

ia menarik lengan minho, lalu mengaitkan salah satu tangannya di sana. sementara tangan yang lain ia gunakan untuk memeluk tubuh yang lebih tua. lantas menyandarkan kepala pada pundak yang menganggur itu.

sontak saja minho berhenti tertawa. ia terkejut. sampai-sampai kedua telinganya memerah. "h-hei, kekasihmu itu bisa memukulku!"

jeongin mendengus tidak peduli, justru semakin mengeratkan pelukannya. "jangan berpikiran aneh, aku memeluk karena butuh sandaran yang nyaman untuk tidur. perjalanan kita masih panjang."

minho terdiam di tempatnya. pelan-pelan menghidu aroma sampo yang melekat di rambut jeongin, sampai tanpa sadar menitikkan air matanya.

"sedih rasanya. andai saja aku ini kekasihmu," bisiknya begitu pelan, hampir tak terdengar.

tbc

yo, aku balik lagi :D

hiraeth ㅡ hyunmin ft. jeonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang