“setitik bahagia di bawah hujan”
hujan datang mengguyur kala aku menemukanmu menangis, meraung di teras rumahku. entah orang gila mana yang tega membuang sesosok malaikat mungil sepertimu. tampangmu lucu, menggemaskan, mirip seseorang yang kukenal.
saat tanpa sengaja kita saling berpandangan, kamu yang kala itu mulai tenang ada di pelukanku menatap penuh penasaran. tangan mungil itu meraih wajah, menelusuri kening hingga dagu. lalu tawa kekanakan mengalun pelan dari bibir mungilmu.
hatiku menghangat. kala kudengar tawamu. rasa asing, namun familiar ini benar-benar membuatku nyaman. seolah kamu adalah bagian dari diriku yang hilang. selimut birumu yang menyembunyikan sepucuk suratan, kusibak. menemukan sepucuk kertas lusuh dengan tulisan rapi di atasnya.
'namanya jeongin. jaga dia selagi aku pergi. katakan kepadanya, aku mencintainya.'
nama orang itu lagi-lagi berbayang dalam benakku. bisa-bisanya ia memberikanku hal yang sama persis dengannya setelah ia pergi? bahkan sebelum ini, ia memintaku untuk tidak mencarinya. atau bahkan mencarimu.
aku hampir saja menangis, kalau saja mata bulatmu itu tidak mengangguku. kucoba tersenyum meski sulit, lalu lagi-lagi berhasil mengundang gelak tawamu yang polos dan menenangkan.
jeongin, malaikat kami. biarkan aku menjagamu setidaknya sampai ibumu kembali.
+
jeongin mendengus. ia membiarkan sarapannya begitu saja. enggan memandang apalagi melahapnya. hal itu jelas membuat bibi martina yang duduk di dekatnya mengernyitkan keningnya heran.
menu yang ada di depannya ini adalah favorit dari jeongin. ia memasakannya khusus karena hari ini jeongin berulang tahun yang ke-17. hyunjin sendiri yang memintanya memasakkan makanan kesukaan anak semata wayangnya. tapi, reaksi yang diberikan putranya justru seperti ini.
"apa kamu tidak suka dengan makanannya, jeongin? tuan hwang sendiri yang memintaku memasakkannya untukmu," tanyanya lantaran tak tahan dirudung rasa penasaran.
jeongin menghela napas ketika merasa kelakuannya sudah cukup kelewatan. bibi martina pasti kecewa karena ia tak mau memakan masakan buatannya. padahal, bibi sudah bersusah payah memasakkan banyak makanan buatnya. maka dari itu, jeongin pun mulai memasukkan suap demi suap makanan ke dalam mulutnya.
"maaf, bibi. aku tidak bermaksud begitu," katanya seusai menelan habis semua makanannya. "hanya saja aku sedikit kecewa. sampai usiaku sebesar ini, ayah masih saja tidak mau memberitahuku bagaimana sosok ibu yang sesungguhnya."
"aku ingin bertemu ibu. sangat ingin." jeongin menahan dengan segenap tenaga hasratnya untuk menangis di hadapan asisten rumah tangga mereka. "kalau bibi tahu sesuatu mengenai ibuku, tolong katakan kepadaku. setidaknya meski ia tak mau menemuiku, aku tetap yakin kalau ibu selalu ada untukku."
bibi martina tertegun mendengar kata-kata sendu dari bibir sang tuan muda. ia termenung, haruskah ia membeberkan segalanya kepada jeongin? tentang cerita bagaimana rumitnya kisah cinta kedua orang tuanya, juga kisah akan kelahirannya yang tak diharapkan.
namun, rasa iba terlalu kuat dalam hatinya. ia tak sampai hati berkata macam-macam hingga melukai perasaan remaja di depannya ini. buatnya, jeongin terlalu berharga untuk terluka karena bayang-bayang masa lalu kedua orang tuanya.
sudah cukup jeongin menderita akibat kata-kata kejam dari orang-orang sekitarnya. mereka yang tak mau mengerti kepelikan hidup sebagai remaja sepertinya, hanya bisa berkata-kata tanpa mau pikir panjang. akankah ucapan mereka menyakitinya? atau, bagaimana perasaannya kala aku menghinanya seperti itu?
bibi martina tak ingin remaja 17 tahun sepertinya terluka. apalagi ketika membuatnya mendengar bahwa ia anak yang tidak diharapkan kelahirannya.
maka dari itu ia hanya tersenyum tipis sembari mengusak rambut pemuda itu pelan. "dengarkan aku, jeongin. cepat atau lambat, tuhan pasti akan mempertemukanmu dengan ibu. entah itu dengan perantara ayahmu atau justru kau sendiri yang berhasil menemukannya."
"apapun masalahmu, ada banyak cara yang tuhan berikan untukmu agar bisa menyelesaikannya."
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
hiraeth ㅡ hyunmin ft. jeongin
Fanfiction[ON GOING] mixtape:on track!au di balik diamnya, berkecamuk seribu satu tanya tanpa jawaban dalam kepala. sebab tak ada satupun yang bersedia menjawab pertanyaan itu untuknya. juga, tak ada seorangpun yang bersedia menjadi sandaran dalam hidupnya. k...