Waktu itu aku hanya berani memegang ujung jarimu. Untuk menyapukan kuas di sela-selanya saja aku sedikit ngeri. Ngeri jantungku melompat, ngeri salah usap, ngeri karena mendadak aku membayangkan acara TV yang tidak sengaja aku tonton malam itu.
Acara hipnotis dimana wanita modelnya menggelepar oleh gairah. Si tukang hipnotis yang kurang ajar itu cuma mengusap-usap sela jari si wanita, tapi wanita itu sudah menghimpit-himpit selangkangannya sambil mendesah tak karuan.
Seram, kan? Makanya mataku tidak berani melihat matamu, berusaha untuk melihat jari-jari panjangmu saja, sambil menerka-nerka: Apa sebenarnya kamu benar-benar nyata?
Andaikan kau sama seperti yang sebelumnya, aku tidak keberatan. Aku sudah menerima kau akan meleleh oleh matahari begitu aku sadar dan membuka mata.
Mungkin kau air, mungkin kau angin atau pasir. Lenyap, adalah hal yang terlalu biasa aku temui. Tapi ketika kau mengiyakan saat aku meminta tanganmu sebagai kanvas, aku baru sadar kau bisa disentuh. Cat hijau, orange, biru dan putih itu bisa menempel di kulitmu. Kau bahkan berkomentar, "Dingin, ya," ketika cat membasahi pori-porimu.
Di ujung jarimu, aku teringat perkataanmu di malam yang lain.
"Kau harus percaya padaku. Hanya dengan begitu aku akan jadi nyata," begitu katamu, entah ditujukan pada siapa.
Namun, yang bisa kuingat, aku malah memikirkan sosok lain. Sosok yang hanya aku saja yang tahu dia nyata. Dan ketika dia hilang mencair di pagi yang ramah, aku menjadi orang-orang lain yang menganggapnya tiada.
Andaikan waktu itu aku mengecat tangannya, apakah ia akan menjadi nyata? Sepertimu?
Tapi aku sudah terlalu mempercayainya hingga ia terlalu nyata untuk sebenar-benarnya ia. Bahkan kepercayaanku membuat kenyataan menjadi ambigu.
Sambil mengusap-usap ujung kukumu yang cantik, aku tak habis-habis takjub. Menemukan sesuatu yang bisa disentuh membuatku kian mempertanyakan apa gunaku duduk disini dan memegang kuas sambil menunduk.
Semestinya aku mulai mengangkat wajahku dan bilang padamu, "Iya, aku percaya padamu. Aku sudah memutuskannya begitu."
Dan mungkin kau akan benar menjadi nyata seperti ucapanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sapuan Kuas di Sela Jarimu
Romance"Kau harus percaya padaku. Hanya dengan begitu aku akan jadi nyata," begitu katamu, entah ditujukan pada siapa. Namun, yang bisa kuingat, aku malah memikirkan sosok lain. Sosok yang hanya aku saja yang tahu dia nyata. Dan ketika dia hilang mencair d...