Setahun Sebelumnya

170 26 1
                                    

Setahun sebelumnya, kita bertemu oleh pintu yang terbuka.

Saat itu, di tengah kelas panjang yang menjemukan, di bawah matahari jam sepuluh yang menyorot punggungku dari jendela kelas, mataku tak bisa berhenti memandangi pintu yang tertutup di seberang ruang. Insting anehku berkata, sejenak lagi, akan ada satu orang yang muncul dan orang itulah yang menjadi alasanku berada disini.

Siapa yang sangka aku yang biasanya hanya tinggal di rumah, akan memutuskan pergi kemari. Membiarkan diri dikelilingi orang-orang asing hanya untuk hobi yang tak pernah benar-benar aku tekuni.

Menulis?

Aku sudah menyerah sejak lama pada kata-kata. Bagiku semua tidak ada artinya ketika dia tak perlu kata-kataku untuk memahami segalanya. Tanganku memilih kaku menulis huruf berkat terlalu banyak melukis. Bagiku, mengabadikannya pada pijar warna yang bisa dicerna mata lebih penting maknanya. Meski tentu saja, itu tak pernah benar-benar membuatnya menjadi nyata sebagaimana manusia yang bisa dipeluk.

Kami, aku dan dia, percaya bahwa kata-kata adalah enkripsi yang lemah. Semua yang tak teraba mendadak menjadi kaku artinya ketika telah diterjemahkan dalam untaian kalimat.

Huruf A terlalu tajam untuk tatapannya yang lembut. Kata dingin terlalu kaku untuk menggambarkan keeradaannya yang berada pada ruang antara nyata, damba, dan ketiadaan. Kata semu  terlalu kejam untuk mengkhianati kepercayaanku. Makna kehilangan jadi hanya sekadar dari ada jadi tiada, tidak benar-benar menggambarkan yang sebenarnya kulalui.

Tapi ketika pintu itu terbuka, di setahun yang lalu, kamu muncul dengan tatap mata yang langsung tertuju padaku. Tanpa perlu melirik ke seantero ruangan, tanpa perlu menyambut sapaan instruktur di muka kelas yang menanti kedatanganmu.

Tatapan itu, seolah menempatkanku pada eksistensi paling nyata diantara semua makhluk di hadapanmu.

Sama seperti kedua mataku yang hinggap padamu seketika setelah daun pintu terkuak, begitu juga senyum nakalmu mengiringi tatap tajammu itu. Tanpa tahu dari gestur kecil itu, semua tentang kenyataan di benakku berputar balik sedemikian gilanya.

Sapuan Kuas di Sela JarimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang