>>AUTHOR POV<<
KRIN....G!! KRIN....G!! KRIN....G!!
Bel masuk kelas berbunyi. Seluruh siswi berhamburan menuju kelasnya masing-masing. Namun...
"Eh, Naira... kudengar-dengar, di kantor tadi, para guru membicarakan rapat. Kayaknya penting.", ujar Hazelia. Ia membereskan sampah makanannya lalu membuangnya ke tong sampah. "Masa? Rapat apa lagi? Bukannya seminggu yang lalu baru saja rapat?", sanggah Naira tidak percaya begitu Hazelia kembali ke tempat duduknya. Naira segera menghabiskan hamburgernya."Hm.. tidak tahu juga. Doakan saja iya. Aku lagi malas belajar. Toh, di pelajaran sastra gurunya jarang masuk.", ujar Hazelia santai. Ia tidak memperdulikan teman-temannya yang berlarian meninggalkan kantin, yang pastinya menuju kelas. "Oh iya, tadi aku lihat Swift jalan bersama Rose dan Sky, mereka ke asrama.", ujar Hazelia membuat Naira menoleh, tatapannya lekat. "Serius?! Apa yang.. ck! Ini sudah jam masuk kelas, setidaknya mereka masuk walau guru tidak datang mengajar! Tak sadar apa?!", gerutu Naira, lagi dan lagi. The power of angry-nya keluar lagi. "Sudah, sudah... mending kita jemput.", kata Hazelia menenangkan.
Mata Naira berputar sinis, mulutnya ngedumel tidak jelas. "Ya sudahlah, ayo..", ujarnya pasrah. Menuruti Hazelia yang sudah berdiri tegak, menunggunya.
💀💀💀
Naomi keluar dari kantor dengan membawa daftar nilai matematika. Bu Meira bilang, masih ada beberapa siswi kelas 11 yang belum melengkapi tugas atau pun catatan terdahulu. Mengingat Naomi adalah wakil ketua kelas.
Ia menyusuri koridor dengan santai. Saat sampai beberapa meter dari Computer Laboratory, dimana ia melihat sekelompok geng Ray nongkrong disana. Mereka memang suka nongkrong disana. Computer Laboratory juga sedikit jauh dari ruangan kelas, jadi hanya dipakai ketika ada pelajaran IT dan perjadwalan ujian akhir. Ruangan itu juga sedikit berbelok dari koridor, dekat dengan tangga menuju balkon.
Geng Ray tampak mengobrol riang dengan ponsel masing-masing tergenggam erat di tangan seakan-akan tidak ada yang boleh menyentuhnya. Salah satu dari mereka ada yang memakai earphone. Didukung beberapa dari mereka ada yang mengikuti ekstrakulikuler paduan suara. "Duh, bagaimana ini? Padahal sudah masuk jam pelajaran, tapi mereka malah nongkrong.", batin Naomi. Ia sedikit segan dan menghindar dari geng Ray. Bahkan ia hampir tidak peduli kalau bukan Naira yang menyuruhnya bertindak.Acuh tak acuh, Naomi melanjutkan langkahnya di tengah-tengah geng itu dengan wajah sedikit menunduk. "Woi!", panggil salah satunya. Namanya Zenara, lengkapnya Zenara Antori. Naomi tersentak. "Ya, ada apa?", jawabnya manggut-manggut. Kepalanya tak menoleh ke belakang. "Hei, dimana sopanmu?! Hadap sini!", bentak Ray. Perlahan-lahan, Naomi mengubah posisi berdirinya menghadap ke arah geng tersebut. Tatapan sangar nan sinis terlontar dari masing-masing pemilik mata. "Traktir kami semua, dong. Uangmu kan, banyak.", ujar Ray. Naomi mengernyitkan dahi. "Mm... ma-maaf.. uangku sudah habis.", ujarnya. "Wuih! Kau kan, anak orang kaya. Kok cepat sekali habisnya?! Apa sih, susahnya traktirin kami?? Toh, jumlah kami tak banyak, kok. Tinggal kasih uang, pun! Huh, payah!", bentak Fheeya (lengkapnya Fhelyana Altizer), salah satu anggota geng. Bola matanya berputar sinis.
"Wakil ketua kelas, kok.. miskin sih?! Coba cek bajunya, siapa tahu saja ada simpanan.", suruh Zenara. Dua orang dari mereka yaitu Ella (bernama lengkap Span Osella), dan Dian (bernama lengkap Aldercy Dian Brianna) bangkit dari duduk mereka dan menghampiri Naomi yang berdiri kaku. Mematung dengan seribu ketakutan menjalar di pikirannya. Mereka memeriksa baju Naomi. "Wah! Guys, kita dapat uangnya! Lumayan banyak, nih.", seru Dian begitu mendapatkan berlembar-lembar uang dari saku rok Naomi. Dian mengibas uang itu berkali-kali. "Wow, mantap! Bisa traktir satu geng , nih!", sambung Ella. Senyum kebenciannya keluar, ia adalah kakak kelas yang terkenal sinis dan sangat membenci orang lemah. Anggota yang lain bersorak kegirangan. "Jangan... itu uang untuk bayar SPP!", cegah Naomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Zone
Mystery / ThrillerDunia berubah... entah apa yang menimpa makhluk bumi... sebuah virus yang ditandai dengan gejala tidak lazim membuat semua orang paranoid. Berawal dari Netherlands Gravaron Boarding School, Swift bersama ke-34 temannya bertahan hidup dari serangan...