Chapter 03 : And Then.. Attack

88 26 4
                                    

Sky dan Rose spontan menoleh ke sumber suara. 3 orang wali asrama datang tergopoh-gopoh ke tangga. "Apa yang kalian lakukan pada Evelyn?!!", hardik salah satunya yang bernama bu Charlie. Matanya melotot serta wajahnya memerah. Sky dan Rose hanya diam, tidak mampu berkata-kata. "IBU TANYA, SIAPA YANG MELAKUKANNYA?!!!!", hardiknya lagi. Suaranya menggema ke seluruh ruangan. Sekitar 6 detik, aku baru angkat suara. "Saya, bu..", bu Charlie pun langsung melototiku.

"Kau lagi, Swift..", ujarnya pelan namun mengancam. Kedua temanku kaget, seolah-olah mereka ingin menyatakan kejadian yang sebenarnya pada ketiga wali asrama yang tampak kesal tersebut. Tapi hanya saling tatap yang mereka lakukan, kemungkinan besar menjadi pintu masuk bagi mereka untuk ikut sidang. "Kalian bertiga.. ikut ibu ke ruang konseling sekarang..", suruh bu Charlie dengan nada yang mencekat.

💀💀💀

>>AUTHOR POV<<

Di kelas, tampak para siswi sibuk. Mereka berkeliaran di sekitaran kelas. Ada yang makan, ngobrol, dan sebagainya.

GUBRAK!!

Pintu kelas terbanting tiba-tiba, Naira masuk dengan wajah yang kusut. Seisi kelas terdiam manatap amarah sang ketua. "Kenapa, Nai...??", seorang gadis dengan frame kacamata berwarna hitam bertanya, namanya Nia dan lengkapnya Mayara Zenia. Ia sekretaris kelas.

"HAH! Si Swift lagi!", teriaknya di tengah kelas, memecah keheningan yang berlangsung selama beberapa detik itu. "Ada apa sama Swift? Dia baik-baik saja, kan..?", timpal Dyara yang sebelumnya tengah bercakap dengan dengan Nia. "Baik?? Dia itu keluar kelas tanpa seizinku. Dan kesalnya lagi, aku berjumpa dengannya tengah mengobrol di lapangan sama Sky dan Rose. Apa iya aku tak kesal dibuatnya..?!!", Naira terus menggerutu, umpatan di hatinya terus membara. "Kenapa harus marah, sih..? Kan, dia baru sekali kabur dari kelas.", ujar Nia pelan, seakan berusaha menenangkan Naira yang panas. Wajahnya tampak bosan melihat Naira yang galaknya ketulungan, apalagi masalah kedisiplinan dan kebersihan.

Dyara yang bernama panjang Narin Dyara Chatelier itu mengangguk, "toh, kayaknya dia juga ada urusan penting.". "Terserah kalian lah!", Naira malah semakin kesal. Ia tidak mengindahkan perkataan Dyara. Ia pun keluar dari kelas, tak memperdulikan mata teman-temannya yang menatap malas. "Kok, Naira bisa segalak itu, ya..?", tanya Dyara heran. Nia mengedikkan bahu, "kita sudah biasa melihatnya galak... jadi kalau dia marah, itu hal yang biasa..", jelas Nia sambil menyeruput kopi dingin favoritnya.

Mereka berdua kembali melanjutkan obrolannya. Diantara siswi-siswi yang sedang sibuk dengan urusan masing-masing, ada siswi pendiam yang sedari tadi menyaksikan peristiwa tegang itu. Dia berambut panjang dan sedikit gelombang di bawahnya, memakai kacamata, serta terkenal pintar di kelas 11. "Swift... tumben dia diomelin Naira.", batinnya. Ia tersenyum, kembali membaca buku di hadapannya. "Naomi!", seru seseorang. Sontak, siswi yang bernama Naomi itu menoleh ke sumber suara.

"Ya, ada apa?", sahutnya lembut. Ia menepikan helaian rambutnya di belakang telinga. "Kau dipanggil bu Meira ke kantor, penting.", jelas sang pemanggil, Sia namanya. Lengkapnya Sia Lee. "Oke.". Naomi pun bangkit dari duduknya dan bergegas menuju kantor. "Oi, Naira kenapa? Kok, mukanya kusut?", tanya Sia pada yang lain. "TELAT!!", sahut mereka bersamaan. Wajah Sia kaget, melongo dengan wajahnya yang terlihat polos. "😮 kenapa aku dimarahin?" :v.

💀💀💀

"Apa yang kau lakukan pada Evelyn?! Jawab ibu, Swift!", bentak bu Charlie sambil memukul meja. Aku hanya menunduk, begitu pun Rose dan Sky. Padahal mereka tidak bersalah, tapi ikut diinterogasi... ini semua salahku. "Swift, ibu sudah memberimu waktu untuk berpikir, kenapa kau tidak jawab juga?! Kau takut?! Atau melawan sama ibu?!", bentaknya lagi. Sampai-sampai aku mual mendengarnya.

Forbidden ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang