Chapter 3

15.8K 790 19
                                    

Sesuai kesepakatan, pukul 10 tepat, Anna sampai di cafe yang di maksud Em tadi. Setelah masuk, dia melihat Em dan gadis manis yang dia yakini adalah Annate sedang tertawa, entah membicarakan apa.

Anna menarik nafas panjang, kemudian menghembuskannya perlahan. Dia tak boleh terlihat lemah di depan Em dan Annate.

Setelah merasa sedikit tenang, barulah dia berjalan mendekati meja Em dan Annate. Kedatangannya itu segera disambut tatapan terkejut Annate.

“Oh, apa kau Anna? Maaf Anna, aku sungguh tak tau kalau kau ada di sini. Aku Annate, teman SMA Em.” Annate berdiri, kemudian mengulurkan  tangannya ke arah Anna dengan wajah bersalah.

Anna segera menerima uluran tangan Annate sambil tersenyum menenangkan. “Ya, aku Anna, kau santai saja, Annate. Em sudah menceritakan mu padaku. Kau gadis yang cantik juga baik, pantas saja Em menyukaimu.”

Annate bergeming di tempatnya, perempuan di sebelahnya ini aneh sekali. Dia seperti tidak cemburu melihat suaminya menyukai perempuan lain, justru Anna malah terlihat bahagia.

Tidak tau saja apa yang ada di dalam hatinya.

“Apa maksudmu, Anna?”

“Biar Em saja yang menjelaskan, ku kira dia lebih berhak,” ucap Anna kemudian duduk di kursi sebelah Em.

Kedua perempuan itu segera menatap Em meminta penjelasan. Terlebih Annate, dia benar-benar bingung sekarang.

“Begini Annate, aku menemuimu sekarang ini untuk melamarmu, aku ingin menikahimu.”

“KAU GILA?! KAU MELAMAR SEORANG PEREMPUAN DI DEPAN ISTRIMU SENDIRI?! KAU BENAR BENAR SUDAH TIDAK WARAS JEREMI!”

Untung saja ruangan mereka terletak sedikit lebih jauh dari kursi pengunjung lainnya, sehingga teriakan Annate tak terlalu terdengar dan menarik perhatian.

“Annate, dengarkan Em dulu.”

“Kau juga! Kau rela suamimu melamar seorang perempuan di depanmu?! Kau rela Anna? Oh kau ini terlalu baik atau bodoh hah?!”

“Aku memang bodoh Annate, aku memang bodoh.”

“Sudah lah, Annate, jangan berteriak seperti itu. Duduklah.”  Em menuntun Annate untuk duduk kembali.

“Kau tau kan Annate, pernikahan ku dengan Anna adalah sebuah paksaan. Aku tidak mencintainya, aku hanya mencintaimu, Annate, sampai kapanpun hanya kau yang ada dalam hatiku.”

Perkataan Em benar-benar menyayat hati Anna, dia menunduk, mengusap air mata yang tak sengaja keluar, padahal dia sudah menahannya sekuat mungkin.

“Harusnya kau belajar mencintainya bodoh! Bukan malah ingin menikahi perempuan lain. Aku masih waras Em, Aku tidak ingin menjadi orang ketiga, itu memalukan kau tau?!”

“Annate aku–”

“Annate, bisakan aku berbicara berdua denganmu?” Anna memotong ucapan Em kemudian menatap Annate.

“Kau bisa mengajaknya berbicara disini Anna.”

“Ku mohon Jeremi, aku hanya ingin berbicara dengannya, aku tak akan macam-macam sungguh.”

Karena tak tega, Em membiarkan Anna pergi berdua dengan Annate. Mereka memilih berbicara di toilet. Entah apa yang ingin Anna bicarakan. Em sendiri hanya menarik nafasnya berulang kali, kemudian meminum kopi yang tadi ia pesan. Dia tak menyangka kalau Annate akan menolaknya, dia fikir selama ini Annate masih mencintainya, menunggunya. Tetapi ternyata, Annate malah menolaknya dengan tegas saat ia melamar wanita itu.

Sekitar 10 menit kemudian kedua wanita itu kembali,  Anna menatap Em dengan senyum merekah walau Em dapat melihat dengan jelas bekas air mata di pipi perempuan itu.

Baru saja akan bertanya,ucapan Annate membuatnya terkejut. “Aku menerima lamaranmu, Em. Aku mau menikah denganmu. ”

Em terlalu senang saat itu, hingga tanpa sadar dia segera memeluk Annate sambil mengucapkan terimakasih berkali-kali. Tak sadar bahwa sedari tadi ada hati yang hancur melihat keduanya.

Setelah Em melepas pelukannya pada Annate, mereka kembali duduk. “Em, aku mau menikah denganmu dengan satu syarat. Aku ingin mengenal Anna lebih dulu, aku ingin dia mengajariku menjadi istri yang baik karena aku yakin, kalau Anna bisa mengajariku semua itu, sebab ku lihat dia adalah perempuan juga istri yang sempurna.”

Em segera menatap Anna meminta penjelasan, sedangkan Annate malah memutar bola matanya jengah.
“Ayolah Em, bukan Anna yang memintaku. Ini keputusanku sendiri, aku yang ingin mengenalnya, bukan dia memaksaku mengenalnya.”

“Apapun itu, aku akan menurutinya Annate.”

“Baiklah, selama 2 minggu kedepan aku akan tingal dirumah kalian. Apa kalian keberatan?”

“Aku tidak.”  Jawab Em santai.

“Kau, Anna?” Em memaksa Anna lewat tatapan matanya yang tajam, membuat Anna tak bisa berkutik lagi.

“Tidak Annate, aku tidak keberatan. Kau bisa tidur denganku nanti.”

“Apa maksud dari tidur denganmu? Kita akan tidur bertiga, begitu?” Annate mengernyitkan dahinya bingung.

“Aku tidur terpisah dengan Em Annate, jadi kau bisa tidur denganku nanti. Kamar ku cukup luas untuk kita berdua.”

“Sungguh pasangan gila.” batin Annate

“Tidak, aku tidak mau, aku terbiasa tidur sendiri. Jadi, kau tidur saja dengan Em, Anna, lalu aku akan tidur di kamarmu. Tidak apa apa kan?”

“Tapi Annate–”

“Iya tidak apa-apa, aku akan tidur dengan Anna, jadi kau bisa memakai kamarnya.”

Anna memasang wajah terkejut kemudian segera menatap suaminya. Sementara Annate yang melihat itu hanya tersenyum penuh arti.

"Kalian yang menariku kedalam lingkaran ini. Jadi, lihat dan nikmati apa yang akan aku lakukan. Bersiaplah."

Tbc

Jangan lupa vote yaa

Enjoy this story❤️

See you😘

Revisi,

Tegal, 28 Juli 2020

Love After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang