Chapter 16

14.5K 659 43
                                    

Mau nangis aku tuh. Pembacanya udah 4k😭
Aku gak pernah bayangin bakal dapet pembaca sebanyak itu.
Terimakasih buat yang udah baca. Kalian luar biasa, kalo kata Ariel Noah😘😅

Oiyaa, aku mau tanya beberapa hal. Jawab yaaa wkwkw😁😂

Kenapa kalian suka cerita ini?

Tau dari mana? Atau nemu di mana? 😂

Terus kalian para pembaca setia, ceilaaaah😅 membayangkan cerita ini tamat di chapter berapa?

Satu lagi. Saran kalian buat penulis apa??

Oke udah gitu ajaa.

Jangan bosen-bosen sama cerita ini, ya.

Love you all😘😘😘😘😘😘😘

🍍🍍🍍


















Harus berjalan kaki mengenakan high heels setinggi 10 cm adalah salah satu kebodohan yang sangat Anna sesali. Apalagi dia harus sesekali berlari kecil untuk mempersingkat waktu.

"Ingatkan aku untuk membuang heels ini setelah sampai di kafe," gumam Anna sambil berdecak.

Sambil terus berjalan cepat, Anna menengok ke jam tangan coklat yang dia kenakan di tangan kirinya. Pukul 7.45, padahal seharusnya kafe buka pada pukul 7.30. Anna yakin, para pegawainya pasti sudah mengantre di luar kafe dengan kesal.

Ketika jarak kafenya tinggal 2 meter di samping kanan, tiba-tiba seorang laki-laki dengan skateboard menabraknya dari belakang. Anna tersungkur, kakinya yang hanya dibalut rok span di atas lutut terlihat lecet di beberapa sisi.

Sambil menahan sakit dan malu, Anna bangkit. Dia menatap laki-laki itu berang.

"Bagaimana bisa kau menabrakku, Sir?" tanya Anna dengan nada sedikit kesal. Ah kenapa dia tidak bisa marah dan membentak laki-laki itu?

"Maaf, Nona. Aku sungguh tidak sengaja. Fokusku terganggu sehingga aku tidak bisa mengendalikan laju skateboard ku dengan benar." Laki-laki itu menunduk sopan sambil menjinjing papan skate bemotif monokrom di lengannya.

"Iya, tidak masalah. Lain kali lebih berhati-hati, perbuatanmu tadi sangat berbahaya." Setelah tersenyum kecil, Anna kembali berjalan dengan susah payah menuju kafenya.

"Nona!" Anna berbalik, laki-laki tadi terlihat berlari kecil menyusulnya.

"Nona, bolehkah kita berkenalan? Aku Daniel." Daniel mengulurkan tangannya. Hal itu disambut tatap heran oleh Anna.

"Aku hanya ingin bertanggung jawab. Lututmu sepertinya berdarah." Anna melirik lututnya yang sudah mengeluarkan daras segar. Lukanya cukup lebar. Rasa perih mulai menjalar membuat Anna sesekali meringis.

"Mari aku antar ke klinik," ucap Daniel.

Anna menggeleng. Dia menunjuk kafe yang jaraknya sudah tidak terlalu jauh. Bahkan dia bisa melihat para pegawainya berdiri di depan kafe. "Antar aku ke sana. Itu kafe milikku."

Daniel menatap kafe kemudian mengangguk. Dengan sigap, dia memapah tubuh Anna.

Ketika sampai di depan kafe, beberapa pegawai langsung menghampiri Anna. Melin dan Jevi mengambil alih Anna dari Daniel. Membuat laki-laki itu terpaksa hanya berjalan mengikuti Anna dari belakang.

Love After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang