Bogor, 12 Oktober 2019
"Gak olahraga lagi?"
Gadis itu mengangguk lemah. "Lagi gak enak badan fris, sumpah." Friska menarik nafas, ia kemudian membuka lengan hoodie temannya itu. Terdapat banyak goresan disana, Hazel kemudian buru-buru menutup lengannya. "Kenapa lagi, Zel?"
"Gak papa, udah sana olahraga." Friska menarik nafasnya sekali lagi. Memang susah punya teman yang introvert. "Lo?" Hazel mengambil buku matematika dan alat tulisnya, kemudian berdiri. "Ayo, lo olahraga, gue juga olahraga." Katanya bersemangat. "Olahraga otak maksud lo?" ia menyengir, lalu mereka berdua berjalan menuju lapangan.
Setelah sampai Hazel menghampiri Pak Herdi, guru olahraganya. Ia izin untuk tidak mengikuti olahraga hari ini. Pak Herdi akhirnya setuju, lalu ia duduk di tribun pinggir lapangan. Sambil menunggu, kebiasaan aneh Hazel adalah mengerjakan soal matematika untuk ujian nasional nanti.
"Kok gak olahraga?" Hazel terkejut, menoleh pada si pemilik suara berat itu. Laki-laki itu adalah Vante, anak kelas 12 IPS 1 yang cukup terkenal karna ketampanannya. Hazel tak menghiraukan, ia kembali mengerjakan soal. Vante duduk di bangku atas Hazel, keheningan menyelimuti mereka berdua. "Lo anak baru kan?" tanya laki-laki itu memecahkan keheningan.
"Iya," jawabnya singkat.
"Lo suka BT21 juga?" tanyanya lagi setelah melihat ikat rambut dan hoodie yang dikenakannya bermotif karakter 'Tata' BT21. "Iya," Laki-laki itu kemudian pindah di sebelahnya, kini jarak mereka berdua hanya sejauh 5 centimeter. Hazel menelan ludahnya, "Lo ma-au nga-apain?" suaranya bergetar ketakutan. Vante menatapnya bingung.
Ia kemudian menyentuh bahu Hazel, berniat menenangkannya. Namun segera ditepis kasar oleh Hazel. Ekspresi wajahnya sangat ketakutan, ia berdiri kemudian berlari meninggalkan buku-bukunya disana. Vante mengerutkan keningnya, menatap kepergian Hazel dengan bingung.
Hazel berlari ke kelasnya dan menangis. Tak lama teman-temannya kembali ke kelas dan melihat Hazel yang tengah menangis di belakang kelas. Teman-temannya segera menghampirinya. "Zel, lo kenapa?" Tanya Friska khawatir. Sadar sedang dikerubungi, ia menghapus air matanya, "G-gue gak papa." Mendengar itu, teman-temannya lega lalu kembali ke bangku masing-masing. Kecuali Friska, Mona, dan Dira, teman dekatnya di kelas.
"Serius Zel?" tanya Mona memastikan. Hazel mengangguk lalu berdiri. "Gue gak papa kok."
Diam-diam Vante memperhatikannya dari jendela kelas mereka.
***
Sepanjang jam istirahat, Vante memperhatikan buku matematika milik Hazel di depannya. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan tentang perempuan bermata coklat yang tadi meninggalkan Vante dengan buku matematikanya.
"Woy! Gimana tadi, rasanya pertama kali dapet hukuman?" ujar Refan teman sebangkunya yang tiba-tiba menghampirinya. "Ketemu cewe aneh gue," Refan menatapnya aneh, kemudian melihat ada buku matematika di mejanya. Tertera nama 'Hazel Geovani Azrel' disana.
"Hazel? Lo ngapain ke IPS 3?" tanya Refan heran. "Enggak. Gue tadi iseng ke pinggir lapangan, terus ketemu dia lagi ngisi buku matematika padahal kelasnya lagi olahraga. Terus gue ajak ngobrol aja, terus tiba-tiba dia gemeteran, nangis, abis itu ninggalin gue anjir." Ceritanya panjang, "Gue rasa dia ada gangguang psikologis, trauma mungkin? Lo ada megang dia gitu gak?" tanya Refan memastikan.
Vante berpikir sebentar, "Iya si sempet megang bahu, soalnya-"
"PANTESAN BAMBANG!" teriak Refan kesal, membuat beberapa teman sekelasnya memperhatikan mereka berdua. "Iya tapi kan dia gemeteran kaya takut gitu, ya kan gue mau nenangin gitu ceritanya."
"Dari awal ngobrol udah gemeteran?"
"Engga sih," Vante berpikir lagi, mengingat detail kejadian tadi. "Pas gue duduk di sampingnya dia jadi gemeteran."
"Fix banget." Tekan Refan mantap.
"Kenapa njir?"
"Dia punya trauma."
***
kuy, jgn lupa votes+comments! oiya kritik dan saran juga dipersilahkan :)))
xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Home
Teen Fiction"definisi rumah sesungguhnya adalah; seseorang yang dapat menampung tumpah ruah keluh kesahmu, mengobati pilu tragis perasaanmu, dan mendekap erat jiwa berhargamu. aku mau pulang." this story is about depression, mental illness, trauma, self harrasm...