JakArtha : dua puluh sembilan

23 4 0
                                    

"Halo!!" Terdengar suara bass dari orang yang ditelpon itu, membuat Ricky mengerjapkan matanya. Tidak mungkin, tidak mungkin kalo orang ini dalang dibalik kejadian kemarin di sekolah. Pasalnya Ricky tahu suara ini, dan orang ini adalah dia, Jaka pun tahu .

🏫🏫🏫


"Halo!!" Ucap suara itu, "kalo gak penting gue matiin!" Ucapnya lagi.

"Ha-halo! Ini gue!" Ucap Ricky.

"Ricky? Nomor baru, ya?" Tanya orang itu.

"Ya, ini gue. Tapi ini nomor lama, Lo gak save nomor gue ya?" Ucap Ricky.

"Perasaan udah gue save deh. Tapi gapapa lah nanti gue save lagi. Oh, btw ada apa nelpon?" Tanya orang itu.

"Gapapa sih, nanti gue telpon lagi deh." Ucap Ricky, lalu mematikan sambungan teleponnya.

Setelah sambungan terputus, Ricky menghela nafasnya. Jean dan Nathan sedari tadi hanya menyimak percakapan antara Ricky dan si penelpon itu.

"Ky, Lo tahu orang itu? Orang yang nyuruh Anya?" Tanya Jean, yang sedari tadi penasaran dengan orang yang menyuruh Anya itu. Tapi Ricky masih diam, dia menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Ky, oy!! Ditanya juga!" Ucap Nathan sambil memukul bahu Ricky pelan. Setelah mendapat pukulan ringan di bahunya, Ricky menatap pada Jean dan Nathan bergantian. Lalu dia berdiri dan berjalan keluar.

"Wey Ky, ikut gue!!" Teriak Jean, sambil berlari menyusul Ricky.

"Lah? Oyy!!" Teriak Nathan, yang juga ikut menyusul mereka berdua.

Mereka bertiga sekarang sedang berada di dalam mobil milik Ricky. Nathan dan Jean tidak tahu mereka akan kemana. Mereka berdua hanya mengikuti kemana Ricky membawanya. Bukannya tidak mau bertanya, beberapa kali Jean dan Nathan bertanya. Tapi tetap tidak dijawab, Ricky masih diam seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Kita mau kemana sih?" Tanya Jean sekali lagi.

"Rumah Jaka." Jawab Ricky singkat, membuat Jean yang duduk di sebelahnya menatapnya bingung.

"Mau ngapain ke rumah Jaka?" Tanya Jean.

"Ish.. udahlah Lo gak usah banyak tanya dulu. Nanti juga tahu." Jawab Ricky.

Beberapa menit kemudian, mereka telah tiba di rumah Jaka. Ricky langsung saja turun dari mobilnya dan mencoba untuk mengetuk pintu rumah di depannya itu, diikuti oleh Nathan dan Jean. Lalu seorang perempuan paruh baya yang mereka tahu adalah mama Jaka, membukakan pintu itu.

"Cari siapa, ya?" Tanya mama Jaka.

"Jaka nya ada Tante?" Tanya Ricky.

"Oh..cari Jaka, Jaka ada di gazebo belakang. Kalian langsung ke sana aja." Ucap mama Jaka, namun matanya tak sengaja melirik ke arah Nathan membuatnya berjalan menghampiri Nathan yang berada di sebelah kanan Ricky.

"Eh, kamu Nathan? Iya, kamu Nathan kan, yang waktu itu dateng ke sini. Kemana aja sih Tante nungguin kamu lho, katanya mau main tapi ditunggu-tunggu malah gak dateng!" Ucap mama Jaka histeris. Melihat tingkah mamanya Jaka terhadap Nathan membuat Ricky mengerutkan keningnya bingung. Sedangkan Jean, dia merasa agak kurang suka akan hal itu.

Dari arah halaman belakang, Jaka keluar karena mendengar suara sang mama yang sangat berisik.

"Tamunya siapa sih, ma? Berisik banget..lah? Kalian bertiga ngapain kesini?" Tanya Jaka, sambil berjalan menghampiri mereka bertiga. Mendengar pertanyaan Jaka, Ricky segera memberi kode lewat matanya. Mengerti dengan kode yang diberikan, Jaka segera menggiring ketiganya ke gazebo belakang rumahnya.

Di sana ada Satrio dan Kean yang sedang asyik memakan camilan, sambil membicarakan hal-hal yang tidak penting.

"Lo bertiga ngapain ke sini?" Tanya Kean.

"Lo berdua diem, jangan dulu ngomong!" Ucap Jaka, lalu mereka berenam duduk melingkar di gazebo itu.

"Lo tahu kan, kejadian tadi siang di sekolah?" Tanya Ricky memulai pembicaraan.

"Nah, pas si Anya bilang kalo dia suruh seseorang, gue tuh udah yakin kalo orangnya itu Tiara." Ucap Ricky.

"Tapi kan pas hp nya diperiksa, gak ada pesan apapun di hp nya si Tiara." Sela Satrio.

"Ya, makanya dengerin dulu. Gue belum selesai ngomong, Lo maen potong-potong aja!" Sewotnya, Satrio hanya cengengesan dan semua orang mendelikan matanya.

"Terus gue diem-diem nyuri tuh nomor. Terus pas gue telpon tadi, Lo tahu siapa?" Tanya Ricky, semua orang yang ada di sana menggelengkan kepalanya tidak tahu.

"Arman." Ucap Ricky.

"Bang Arman yang murid baru itu?" Tanya Kean.

"Yang kemaren, maen futsal bareng gue?" Tanya Jean.

"Yang kelas 12 MIPA 3 itu?" Tanya Nathan.

"Yang Abang sepupunya Eshal itu?" Tanya Satrio.

Dan Ricky menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Lo serius? Kok bisa?" Tanya Jaka.

"Serius gue." Jawab Ricky.

"Lo yakin itu bang Arman? Maksud gue, ngapain coba bang Arman nyuruh si Anya buat fitnah gue? Faedah nya apa?" Tanya Jaka.

"Bentar deh, emang apa hubungannya Tiara sama bang Arman Arman itu?" Tanya Nathan.

"Eh, emang gue sama Jean belum cerita ya?" Tanya Ricky, Nathan hanya menggelengkan kepalanya sebagai respon.

"Dia itu kakaknya Tiara." Ucap Kean, mewakili Ricky.

"Gimana kalo kita samperin aja ke rumahnya, sekalian tanyain lagi soal Tiara." Usul Ricky, yang diangguki oleh Jaka.

"Gue ikut!" Ucap Jean.

"Lo kenapa sih, dari tadi ngikut mulu?" Tanya Ricky.

"Oh gue tahu, kangen Jaka ya jadi ikut mulu. Cie..." Ucap Jaka, yang dibalas dengusan oleh Jean.

"Yaudah ayo, buru!!" Ajak Ricky, lalu mereka berenam pun bersiap untuk pergi menemui Arman.

🏫🏫🏫


Mereka berenam masih berada di dalam mobil, sembari memerhatikan rumah di depannya. Mereka telah sampai sejak sepuluh menit yang lalu, namun keenamnya masih tetap berada di dalam mobil tanpa seorang pun yang turun.

Ricky menghela nafasnya, lalu mengeluarkan ponselnya.

"Gue telpon lagi, tapi jangan ada yang ngomong." Ucap Ricky, lalu menekan nomor yang baru dia dapatkan tadi siang. Panggilan terhubung, semua yang ada di dalam mobil terdiam menunggu suara yang akan menyapa mereka.

"Halo Ric?" Tanya suara itu, dan benar itu adalah suara Arman.

"Bang, di rumah Lo sekarang lagi ada orang gak?" Tanya Ricky.

"Kayaknya ada Tiara. Kenapa? Lo sama Jaka mau nanya soal Tiara lagi?" Tanya Arman.

"Iya bang. Bisa ketemu gak?" Jawab Ricky.

"Bisa, di GoFe ya." Ucap Arman, lalu setelah itu Ricky segera bergegas melajukan mobilnya menuju Go kafe.

Sekarang mereka sedang duduk di dalam kafe itu untuk menunggu Arman. Sembari menunggu mereka membicarakan hal-hal ringan juga menjadi kesempatan bagi Satrio dan Kean yang kepo dengan hubungan Jean dan Nathan.

Sepuluh menit kemudian, Arman datang. Ricky yang melihat Arman pun melambaikan tangannya, dan Arman pun segera menghampiri mereka.

"Oh, rame ya. Gue kira cuma Lo sama Jaka aja." Ucap Arman sambil duduk di depan Ricky.

"Iya, mereka semua maksa ikut." Jawab Ricky, "gue mau to the point aja bang," lanjutnya. Arman menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Lo yang nyuruh Anya buat fitnah Jaka." Ucap Ricky yang terdengar seperti pernyataan, membuat Arman melihat kearahnya dengan tatapan matanya yang sulit diartikan.

🏫🏫🏫

JAKARTHA (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang