JakArtha : Waspada!!

18 4 0
                                    

Setelah Jean pergi dari kelasnya, Jaka masih berdiri di depan pintu kelasnya. Raut wajahnya terlihat seperti orang yang linglung. Meskipun beberapa teman sekelasnya ada yang menyenggolnya, tapi Jaka masih tetap diam. Hingga dari arah luar Satrio dan Kean memasuki kelas, dan hampir menubruk Jaka.

"Woy! Ngapain Lo berdiri depan pintu? Ngalangin jalan Lo!" Ucap Satrio, yang tidak mendapatkan respon apapun dari Jaka.

"Eh, nih anak malah diem. Jaka!" Ucap Kean, lalu tiba-tiba Jaka tersenyum sangat lebar membuat Kean dan Satrio menatapnya aneh bercampur takut.

"Wah, nih anak kesambet nih." Ucap Kean.

"Woy woy woy!! Ini kenapa si Jaka bisa kayak gini nih? Ada yang tau gak?" Tanya Satrio pada seluruh penghuni kelas. Sebagian dari mereka menjawab dengan gelengan kepala, sebagiannya lagi mengacuhkan pertanyaannya.

"Hahahahah...ah..ya ampun gue seneng banget, hahaha.." tiba-tiba saja Jaka tertawa keras sembari berteriak, membuat semua orang yang berada di kelas itu menatapnya ketakutan. Kean dan Satrio yang berada di samping Jaka pun menjauhi Jaka dan berjalan kearah teman-temannya yang lain.

"Halo epri badeh!! Wah, ada apa nih pagi-pagi Lo udah keliatan seneng gitu Jak? Bagi-bagi dong kalo ada kabar yang baik, jangan sendirian aja." Ucap Teguh, yang baru saja sampai di kelasnya. Jaka melihat sekilas ke arah Teguh, lalu menepuk lengan Teguh keras, dan kembali tertawa sambil berjalan ke arah bangkunya.

"Ada apa sih ini? Kok gue nanya malah ditabok?" Tanya Teguh pada teman-temannya.

"Kesambet setan penunggu gerbang kali." Ucap Windi.

"Makanya gue tadi nanya sama kalian, gak ada yang jawab. Beneran kesambet kan dia." Ucap Satrio, masih menjaga jaraknya dengan Jaka.

"Apip!! Sini buruan bantu usir setan dari tubuhnya si Jaka. Ayo biar gue, Satrio, Kean, ama Danu yang pegangin. Buruan Pip!!" Teriak Teguh pada Apip, salah satu murid yang agamis di kelasnya, sambil berjalan ke arah Jaka.

Lalu Kean, Satrio, Teguh dan Danu pun siap memegang lengan Jaka. Dan Apip juga sudah bersiap dengan Al-Qur'an kecil yang selalu dia bawa kemanapun.

"Lo semua tuh kenapa sih? Orang gue lagi seneng juga. Lo kira gue kesambet apa?" Ucap Jaka, sambil menatap semua teman sekelasnya aneh.

"Gue siapa?" Tanya Satrio.

"Satrio." Jawab Jaka.

"Kalo gue?" Tanya Kean.

"Kean." Jawab Jaka malas.

"Kalo gue siap-"

"Teguh, Lo Teguh. Aduh gue masih sehat ya, gak kesurupan atau apapun itu. Udah sana Lo semua pada balik ke bangku masing-masing!" Ucap Jaka, dan mereka kembali duduk ke bangkunya masing-masing, dan melupakan kejadian tadi begitu saja.

🏫🏫🏫


"Apa jaminannya, kalo Lo gak bakal jebak gue lagi?" Tanya Anya, sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Lo tenang aja, untuk kali ini tugas Lo gak berat. Lo cukup pantau jalan yang biasa dilewati Jaka. Jangan sampai ada orang lain yang jalan ke sana, sisanya gue yang atur." Jelas Tiara, sembari menatap Anya datar.

"Gue gak nanya tugas gue apa. Yang gue tanya, apa jaminannya kalo Lo gak bakal nyalahin gue atas kekacauan yang Lo buat. Gue gak mau disalahin, padahal otak dari semuanya itu Lo!" Ucap Anya. Tiara mendengus, lalu dia melihat seorang siswa perempuan yang berjalan ke arah toilet lalu memanggilnya dan menyuruh siswa perempuan itu untuk menghampiri mereka berdua.

"Siapa nama Lo?" Tanya Tiara pada anak perempuan tersebut.

"Audrey." Jawabnya dengan bingung.

"Audrey, oke. Lo di sini sebagai saksi, antara pertemuan gue sama sama dia." Ucap Tiara sambil menunjuk Anya, lalu menyuruh perempuan bernama Audrey tadi meninggalkan mereka dengan raut wajah yang bertanya-tanya. Sedangkan Anya hanya tersenyum puas, dan menyetujui apa yang direncanakan Tiara, meskipun Tiara tidak sepenuhnya menjelaskan apa rencananya.

Namun mereka tidak menyadari jika sedari tadi, mereka diperhatikan oleh seorang lelaki yang tak jauh dari sana.

"Aduh, gue mesti ngasih tau mereka nih." Ucap lelaki itu, dan pergi dari sana.


🏫🏫🏫


Kean berjalan tergesa-gesa menuju kelasnya. Niat hati ingin cepat-cepat kembali ke kelas, namun dia malah memergoki dua orang perempuan yang ia curigai tengah merencanakan sesuatu yang jahat. Saat Kean berjalan melewati lapangan, sebuah bola basket memantul dan menggelinding ke arahnya. Kean mengambil bola itu, lalu seorang pemuda yang dia kenali berlari kecil menghampirinya.

"Oy Kean, itu bola gue." Ucapnya, lalu Kean menyerahkan bola itu padanya.

"Lo kok keliaran pas KBM? Lo bolos?" Tanyanya.

"Hah? Enggak, gue tadi abis dari toilet. Biasalah. Oya, gue mau ngomong penting sama Lo bang. BIsa gak?" Tanya Kean.

"Bisa sih, kebetulan pak Rusdy gak masuk. Bentar." Jawabnya, sembari berlari ke arah teman-temannya seperti sedang meminta izin. Lalu kembali menghampiri Kean yang masih berdiri di sisi lapangan.

"Mau ngomong apa?" Tanya orang itu, setelah mereka duduk di kursi dekat lapangan.

"Jadi kan tadi gue habis dari toilet, pas gue mau balik ke kelas, gue liat ada Tiara lagi ngobrol sama Anya. Mereka kayak ngomongin hal serius gitu. Menurut bang Arman, mereka ngomongin apa?" Tanya Kean. Arman terdiam sesaat.

"Mungkin rencana lagi. Lo denger gak, apa aja yang mereka omongin?" Tanya Arman.

"Gak banyak sih, cuman yang gue denger Tiara bilang, "cukup pantau jalan yang sering Jaka lewatin pas istirahat. Pastiin gak ada orang yang lewat jalan sana," gitu." Ucap Kean, yang diangguki oleh Arman.

"Yaudah, entar gue chat Lo lagi. Sana lo masuk kelas, jangan bolos." Ucap Arman, lalu berdiri dari sana dan kembali bergabung dengan teman-temannya yang lain.

Kean lalu berdiri dari sana dan berjalan menuju kelasnya. Saat akan melewati tangga, Kean merasa ponselnya bergetar lalu dia melihat pesan masuk. Kean membaca pesan itu, lalu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya dan berlari menuju kelasnya.


🏫🏫🏫


JAKARTHA (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang