Happy reading...
Ini Hari ke Empat aku meninggalkan Felis, terkadang gadis kecil ku itu rewel dan akan berhenti saat aku Vidio call Melalui Sus Devi ataupun Mama.
Aku sudah tidak sabar untuk pulang dan mengajaknya untuk pindah ke semarang, supaya kami dekat dan aku tidak perlu kawatir lagi berjauhan dengan nya.
Tentang Gilang, baru hari ini kami bisa berjumpa dikarenakan kesibukan masing- masing. Kami berjumpa di cafe yang tidak jauh dari kantorku. Prasaanku sedikit tidak enak tapi yasudahlah.
Sedikit kuceritakan, hubungan ku dengan gilang terkesan Flat, dan membosankan. Kami tidak pernah memiliki masalah yang cukup serius, tidak pernah mendebatkan hal- hal besar dan setelah aku ingat- ingat, kami tidak pernah berantem.
Sangat jauh berbeda dengan hubungan pacaran orang- orang diluar sana yang penuh dengan drama kehidupan.
Aku sampai lebih dulu dibandingkan Gilang, tidak sampai sepuluh menit gilang datang, wajahnya tampak lelah, aku tau itu, lengan kemejanya digulung sampai ke siku, kacamata itu masih bertengger di hidung mancungnya, dan yang selalu aku suka, potongan rambutnya yang rapi menambah kesan bersih, rapi dan pintarnya.
"Maaf ya dear, aku telat." Ucapnya merasa berslah.
"Its okey Lang, aku belum lama kok, kamu mau pesan apa?" tanyaku.
"Jus Mangga aja deh, biasa.." Jawabnya.
"Okey.." ucapku lalu memanggil pelayan dan menyebutkan pesanan kami.
Cukup lama kami terdiam, aku merasakan perasaan canggung saat sekarang ini, tidak seperti biasanya, aku rasa Gilang juga Merasakan perasaan yang sama.
"Hmm.. kamu apa kabar dar? Kok akir- akir ini kamu susah di hubungin? Kalo aku telpon pun kamu bisanya Cuma sebentar." Tanya gilang.
"iya, aku minta maaf ya aku jarang ngabarin, soalnya kemarin itu kondisi di rumah belum stabil. Trus aku juga gak bisa telponan lama, Felis masih agak rewel. Maklumlah dia baru aja kehilangan." Aku mencoba menjelaskan.
Aku tau gilang tidak suka saat aku susah di hubungi, karena dulu gilang pernah bilang kalau kuci dari sebuah hubungan itu adalah komunikasi.
"Iya aku paham, aku juga minta Maaf ya Dar, aku gak bisa selalu ada buat kamu saat itu." Gilang meminta maaf kepadaku, ia merasa bersalah karena tidak bisa menemaniku saat kemalangan itu terjadi.
"Iya gak apa- apa kok lang, aku paham kok sama kesibukan kamu, kamu ngertiin aku gini aja aku udah seneng banget kok." Ucapku menenangkan.
Tak lama pesanan kami datang, kami masih canggung, sangat berbeda dengan pertemuan kami sebelum- sebeumya.
"Dara, aku rasa kita udah bisa deh mikirin hubungan ke jenjang yang lebih serius, mungkin mendadak buat kamu tapi maksud aku jenjang serius ya seperti Pernikahan." Ucap gilang Tiba- tiba dan jujur saja itu sangat mengejutkan untuk aku.
"Mkasud kamu?" tanyaku tak paham, atau lebih tepatnya kurang paham.
"Kita udah sama- sama dewasa, kita dah lama menjalin hubungan, kuliah S2 kamu juga kurang lebih enam bulan lagi selesai, jadi ya udah bisa dong kita mikirin yang lebih serius." Gilang menjelaskan.
Sejujurnya ini bukan kali pertama gilang membahas ini, tapi entah kenapa aku merasa masih belum siap dengan pembahasan kali ini.
"Maaf lang, jujur aja aku kaget banget denger kamu ngomong gini. Bukannya gak mau atau gimana, kamu tau kan baru aja keluarga aku berduka, dan aku gak hanya kehilangan satu anggota keluarga tapi dua orang sekaligus lang, gak sampai disitu aja, ada Felis yang harus aku jaga, aku rawat. Untuk umur aku mungkin memang udah cukup, dan untuk Finansial aku rasa kita juga udah bisa untuk membangun keluarga tapi aku belum siap dengan keadaan ini lang." Jawabku mejelaskan keberatanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
dr. ILY
ChickLit"Dokter Bukan Tuhan Adara, kau harus berdoa, aku akan Berusaha tetapi aku bukan Tuhan. Semua akan datang dan pergi sesuai dengan Kehendak Tuhan. Itu sudah biasa. " ~dr. ...... ~ "Bagiku tidak biasa, bagiku ini Mimpi buruk..." ~Adara~