Tandingan? Mungkin

69 4 4
                                    

Hai, apa kabar?
Ini hanya kata dibenakku saja, tak terlirihkan
Ketika pikiran menyapa hati dalam gelapnya rindu

~ Pemburu Badai ~
~~~~~•••••~~~~~

Pagi, suatu kata yang membuat batinku terisi kembali. Energi yang tadinya habis mulai penuh dan pulih kembali. Ku hirup napas dalam, hingga udara segar memenuhi rongga dadaku. Pagi itu cerah, cahaya matahari dengan hangat menembus kulit, seakan memberikan pelukan kehidupan. Hari ini pertama aku masuk kuliah setelah sekian lama cuti. Yang kalian tak sangka adalah, aku berangkat ke kampus bersama dengan Amira. Perasaanku campur aduk, antara senang, gerogi, malu, dan macam-macam pokoknya. Terlebih orang sekitar selalu memerhatikan kami, aduh, makin tak karuan malunya.

"Amira, apa kau merasakan ada yang aneh?"

"Aneh? Aneh kenapa?"

"Orang-orang sekitar selalu melihat ke arah kita"

"Tak apa, biarkan saja, toh kita tidak ngapa-ngapain", Amira menjawab dengan santai.

"Oiya Amira, aku boleh tau kamu lahir tahun berapa?", Aku coba memberanikan diri untuk bertanya.

"Kita kan seusia, kamu 20 tahun kan?"

"Iya, 20 tahun", waktu itu usiaku 20 tahun.

"Berarti kamu kelahiran 97an ya?"

"Iya, tahun 97an akhir"

"Sama dong ya"

Kami terdiam lagi untuk beberapa saat. Berjalan pagi-pagi memang mengasyikkan. Lebih terasa indahnya hari. Raut wajah orang-orang pada pagi itu terlihat bahagia, selalu ditaburi dengan Senyuman. Aku melihat ATM dimana aku mendengar nama Naira kemarin.

"Naira", ucapku lirih.

"Apa Zain?"

"Oh, tidak ada, hehe", aku terkejut karena Amira mendengar lirihanku. Ku lihat Amira pandangannya lurus ke depan lagi setelah lekat melihatku, aku pun jadi gerogi.

Selama kurang dari satu jam kami berjalan, rasanya menyehatkan kalau seperti ini setiap pagi. Kami pun sampai di gerbang kampus.

"Zain, nanti pulang jam berapa?", Amira bertanya padaku.

"Sebelum Ashar jadwal kuliahku udah habis, sepertinya setelah ashar baru pulang"

"Kita pulang bareng aja ya, setelah ashar kita ketemuan di sini, kita naik angkutan kota aja"

"Oh iya", aku sedikit berdebar ketika Amira mengajakku pulang bersama.

Setelah masuk gerbang kampus kami pun berpisah sementara, nanti ketemuan lagi, hehe, astaghfirullah.

~~~~~•••••~~~~~

"Zain, siap ashar nanti kita buat tugas sama-sama ya di perpustakaan, kau harus bantu kami dong, kan udah sembuh", Fadlan menggandeng bahuku dari belakang.

"Oohh, iya iya", aku sedikit terkejut ketika Fadlan berkata seperti itu, jadi sedikit tidak enak jika ku tolak, karena selama ku cuti dia yang menolongku untuk memberiku informasi terkait perkuliahan dan kampus. Di satu sisi aku tidak enak juga sama Amira, aku sudah janji pulang bersama setelah ashar.

Setelah shalat ashar, aku, Rasyid, Ahmed dan Fadlan menuju perpustakaan.

"Zain, kau buatkan powerpointnya saja, biar kami yang mencari materinya", Ahmed memulai mengatur kelompok kami dalam Bahasa Arab tentunya, dia orang Palestina.

Wanita Taman SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang