Tahu Lebih Dalam

192 17 0
                                    

Dingin pagi tak mengerutkan hati
Melihat embun bening seolah tertatap masa depan cerah
Pundak hancur, cobaan terpatri silih berganti
Tak kan pupus harapan diatas Sajadah.

~ Pemburu Badai ~
~~~~~~~~~~

"Zain, makan dulu, dari pulang sekolah belum ada makan ummi lihat", suara ummiku sayu-sayu terdengar tapi masih jelas.

"Iya mi, sebentar", aku rebahan di kasurku yang nyaman, seusai shalat isya di masjid aku langsung ke kamar sambil bawa jajanan yang ku beli diluar. wajar ummiku tak lihat, dan wajar juga aku tak lapar-lapar.

Aku memandang langit-langit kamar, fokus pada satu titik, saat itu langit-langit kamarku ada lubang kecil, dan itu jadi acuan lamunanku. Sekarang sudah ditambal, takut makin besar. Kalau kalian bertanya dengan apa menambalnya, itu hanya tukang yang tahu, tanya ke tukangnya ya. Yang penting sudah ditambal dan kami percaya itu tahan lama kok tambalnya. serius.

Aku memikirkan, kenapa hanya sebagian perempuan muslim yang memakai cadar? Padahal dalam fiqih empat madzhab hukumnya sunnah. Bahkan Madzhab Syafi'i hukumnya wajib. Apa sih yang dipikirkan wanita sekarang? Padahal sumber dosa ada banyak pada perempuan, yang membuat dirinya dan laki-laki yang melihatnya akan menghasilkan dosa.

Pikiranku berkecamuk, apa mereka tidak takut akan neraka? Entahlah, manusia cenderung mengejar dunia, kesenangan sesaat. Mereka belum yakin bahwa ada yang dipersiapkan Allah diakhirat nanti yang lebih besar.

Bayangkan, satu helai saja rambut perempuan nampak, empat puluh tahun di neraka. Satu harinya setara dengan seribu tahun di dunia, Na'udzibillah.

Apalagi perempuan yang menampakkan seluruh rambutnya, Masya Allah, hitunglah semua rambut perempuan itu, dikalikan saja empat puluh tahun. Itu kalau kita bermain matematika sederhananya, begitu pikiranku bermonolog di dalam benakku.

"Zain, keburu dingin nih", ummiku memanggil lagi, dasar ummi-ummi perhatian, makin sayang jadinya.

Aku keluar kamar, lalu menyantap makanan yang telah disediakan ummi. Abi, Safira dan Hannan adik bungsuku sudah kenyang mereka, kemudian asyik dengan aktivitasnya masing-masing.

Abi langsung ke kamar melanjutkan kerjaan mengenai tugas mahasiswanya. Safira duduk di ruang keluarga, katanya nonton tv sih, itu hoax, malah main hp buka youtube. Hannan adik bungsuku ini terus main mobil-mobilan dan robot-robotan, gemes. Setelah makan, pasti ku cium pipi gemesnya, tunggu saja.

Aku mencuci tangan dengan bersih, kami tidak makan pakai sendok, bagus pakai tangan sendiri, lebih nikmat. Kecuali makan bakso atau mie ayam ya, pakai sendok dong pasti, dari pada tangan melepuh kena kuah panas.

"Ummi, kenapa sih banyak perempuan yang membuka aurat? ", aku bertanya pada ummi sambil meletakkan gelas bekas air minumku.

"Hanya Allah yang tahu nak, yang penting kita beri nasihat, sampaikan walau satu ayat", ummi menjawab sambil mengumpulkan piring kotor.

"Iya, sudah dikasih tahu, dalil Alquran dan haditsnya, tapi tak direspon dengan baik, malah mereka menanggapi. yang penting hati dulu diperbaiki katanya, kan aneh, padahal perintah langsung dari Allah kan mi? ", aku geleng-geleng kepala terhadap pernyataanku sendiri, aku tahu dari komen-komen di sosmed pernyataan itu, aku prihatin membacanya.

Ummi tersenyum mendengarku,
"Kalau sudah kita nasihati berkali-kali, langkah yang kita lakukan harus tetap mendukung mereka dengan cara memberikan tauladan yang baik. Contohnya kita selalu istiqomah dengan pakaian kita yang syar'i, dan jangan lupa kita doakan pada Allah supaya diberikan hidayah. Kan Allah Maha membolak-balikkan hati manusia", ummi menjelaskan dengan senyum, ummiku memang cantik, aku semakin bangga jadi anaknya.

Wanita Taman SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang