Dunia Seberang

6 1 0
                                    

Derap langkah kuda menyapu dedaunan dan ilalang. Beberapa saat telah berlalu dan Rei akhirnya berhenti. Lalu turun dari kudanya, dibelakangnya Gleist menyusul.

"Hei, ada apa?"

Rei tak bergeming, dia fokus memperkuat panca indranya. Ia terus melangkah, Gleist mengekor dibelakangnya.

"Hei, apa kau tuli?"

"Ssstt, diamlah." Rei beranjak menuju semak belukar lalu menghilang dibaliknya.

"Hei, tunggu!" Gleist berlari menghampiri, alangkah terkejutnya ia melihat apa yang Rei temukan. "Apa itu?!"

"Apakah kau tak bisa melihatnya?"

"Bukan itu maksudku, kau tergesa-gesa seperti itu hanya untuk mahkluk ini?!"

"Bukankah dia imut?" Jawab Rei polos seraya mendekap seekor kelinci putih di dalam pelukannya. 

"-_-"

"Dia manis sekali," ujar Rei membelai bulu halusnya dengan gemas.

"AAARGH, apa-apaan ini??! Kukira kau menemukan seorang gadis atau apalah itu yang bukan berasal dari dunia ini!!! Kau mengecewakan para pembaca!! Sialan kau Rei!" ucap Gleist sambil mengacak-acak rabutnya.

"Hei, Sylvia berasal dari dunia seberang."

"APA!! Kau bahkan telah memberinya nama! Bagaimana kau bisa tahu bahwa dia itu betina?!"

"Dia cantik,"

"Gagasan macam apa itu!!!" Gleist mencekik Rei pelan, lalu menggoyang-goyangkannya layaknya mainan.

"Hentikan kelakuan bocahmu ini."

Srakkk, 

Hening

.

 "Apa kau dengar itu? Ada orang lain disekitar sini." tanya Rei. Gleist menurunkan tangannya.

"Ya, 500 meter di arah jam 12. Jika teman berbulumu itu bisa sampai disini, kemungkinan ada orang yang telah membuka gerbangnya."

"Panggil dia Sylvia,"

"Tak akan_-"

"Sudah lama sejak gerbang itu terakhir terbuka, aku akan mengeceknya."

***

Langit sore itu muram, diselimuti mendung yang bersemayam. Rei tetap pada posisinya, mengamati sekitar dengan seksama. Di belakangnya, Gleist tampak gelisah dan terus mengganggu Rei.

"Rei, apakah ini perlu?"

"Tentu saja, orang yang membuka gerbang tersebut mungkin saja penyusup."

"Bukan itu maksudku,"

"Lalu?"

"Apakah kita perlu mengintai dari atas pohon setinggi 20 meter ini?!"

"Pelankan suaramu bodoh, diamlah disana."

"Badai akan datang dan kau justru bersantai di atas pohon seperti ini?! Petir akan menyambarmu bodoh. Lalu kau akan mati konyol, setidaknya pikirkan itu. Dan aku kurang nyaman dengan ketinggian."

"Bilang saja kau takut ketinggian."

"Tidak, siapa yang bil..."

"Diamlah, tolong bawa Sylvia. Ada yang datang."

"Sial, aku bukan budakmu bodoh."

Rei bersiap menarik tali busurnya. Matanya tajam mencari sasaran dibalik celah-celah dedaunan.

A PIECE OF THE DARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang