Bakar Sate :v

4 1 0
                                    

Ribuan lampion di langit itu mulai menyatu dengan bintang. Lentera-lentera kembali mengalihkan perhatian, menerangi setiap sudut kegelapan. 

"Yak, waktunya kembali." Riile berdiri.

"Kita akan pergi kemana?" tanyaku.

"Kita akan menginap di rumah Hera, dia yang menawarkannya padaku."

"Ah, rumah Hera... Hei! Kita melupakan Hera!"

***

Kami bergegas kembali, alun-alun menjadi tujuan pertama kami. Banyak orang berlalu lalang membereskan sisa-sisa perayaan. Di tengah kesibukan itu kami tak menemukan Hera. Kami memutuskan untuk pergi ke rumahnya.

Tok tokk, Riile mengetuk pintu rumah Hera. "Ada orang di dalam?"

"Kata sandi yang anda masukkan salah. Silahkan tidur di luar." terdengar sahutan seorang gadis dari dalam.

"Hera... kami membawa lampion, mari terbangkan bersama." bujukku.

Hening

.

.

Cklek~ derit pintu terbuka.

"Apa?" jawab Hera.

"Maaf, telah membuatmu menunggu." ucap Riile.

"Sebagai permohonan maaf, bisakah kita menerbangkan lampion bersama?" imbuhku.

"Hahhhh," Hera menghela napas. Lalu diam beberapa saat, "Ayo pergi ke atap!"

***

Gemerlap lintang dan terangnya lentera saling beradu memancarkah cahayanya. Dari atas sini kami bertiga membuat kilauan kecil, menghidupkan lampion milik kami masing-masing. Dengan sedikit candaan kami tertawa bersama.

"Hei kau akan menerbangkannya begitu saja?" seru Riile padaku.

"Kau harus membuat permintaan terlebih dulu sebelum menerbangkannya." terang Hera.

"Permintaan? Ah, baiklah...!" aku bersemangat.

Di tengah irama angin malam, kami memejamkan mata membuat permintaan. Kami berkutat pada permohonan kami masing-masing.

Ummmm, untuk tahun ini aku hanya ingin bibi bahagia, semoga kejombloannya segera berakhir :D lalu... aku ingin Riile mendapat AZAB, KUTUKAN, GANJARAN ATAU SEMACAMNYA KARENA SUKA MENINDASKU HAHA... tapi jangan terlalu berlebihan, aku bisa khawatir...

dan...

"Hei, mau sampai kapan kau akan memejamkan mata? Seberapa banyak permintaan yang kau buat? Dasar tamak." Riile mengoceh.

Sial, tidak bisakah ia menunggu. 

"Hei, api pada lampionmu mulai habis."

Berisik! Kalau begitu permintaan terakhirku, AKU INGIN TETAP BERSAMA ORANG SIALAN YANG TERUS MENGOCEH TADI DAN AKU AKAN MENJAGANYA! (tergesa-gesa)

"Diamlah, kau cerewet sekali." ucapku seraya membuka mata.

"Hari bahkan sudah berganti karna menunggumu." sambungnya.

"Ahahaha, Cleine nampaknya semangat sekali." Hera ikut bersuara. "Baiklah, sekarang waktunya menerbangkan lampion!"

.

.

Perlahan ku angkat lampionku, lalu kulepaskan dengan lembut. Ketiga lampion itu melayang dengan anggun. Semakin tinggi hingga terlihat layaknya kunang-kunang. Kami bertiga tersenyum memandang harapan kami masing-masing.

A PIECE OF THE DARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang