Mino-Irene [1]

1.2K 65 4
                                    

Couple pertama yang bisa kalian nikmati, wkwkwk

Fyi, ada 2 author disini. Aku sama adikku, niatnya sih cuman mau jadi sibling yang satu tujuan.

Jadi setiap orang bakalan pegang dua couple, dan untuk couple pertama ini aku yang pegang. Sistemnya gampang slang-sling.

Selamat membaca couple kesayangan pertama!!!

-

Irene Hanindya, lagi-lagi harus ditanyakan pertanyaan yang sama. Kapan menikah? Ayolah, umurnya bahkan baru 25 tahun. Banyak yang bilang jika perempuan seharusnya hanya menjadi ibu rumah tangga dan di umur segini harusnya sudah ada yang menanggung beban hidupnya.

And hell, itu adalah pikiran terjelek yang pernah Irene tahu. Ayolah, dirinya punya penghasilan yang cukup untuk menghidupi dirinya sendiri. Kenapa semua orang tidak berhenti untuk memintanya menikah?

Suatu saat juga dia pasti akan menikah tapi tidak untuk sekarang, ia belum mempunyai orang yang dirinya rasa cocok dalam mengarungi hidup bersamanya sampai akhir hayat.

"Kapan kamu akan melaksanakan pernikahan? Tuh enggak liat temen kuliah kamu dulu, Seulgi. Dia sudah menitipkan undangan pernikahannya pada mama untuk di berikan pada kamu. Kamu kesana hanya sendiri? Mau ditaruh dimana muka kamu jika teman-teman mu sudah menikah tapi kamu masih tetap sendiri." Irene rasanya ingin menutup telinganya untuk sesaat dan berharap tidak mendengar semua yang diucapkan oleh mamanya itu.

"Udah deh ma, nanti juga jodoh enggak akan kemana. Aku mau kerja dulu, aku pulang ke apartement. Cape ditanyain kapan nikah terus sama mama." Irene menyalimi mamanya dan bergegas keluar membawa mobilnya melaju ke arah kantornya yang sudah menaunginya beberapa tahun terakhir.

-

Irene meregangkan tangannya, melirik jam dinding yang kini sudah menunjuk pada pukul 10 malam. Seharusnya ia sudah pulang sejak tadi, tapi apa yang akan dilakukannya di apartement sendirian. Lebih baik menyelesaikan pekerjaan yang memang harus di selesaikan.

Irene memasukkan barang-barangnya ke dalam tas ber- merk miliknya dan berjalan ke luar ruangannya.

Irene memasukkan barang-barangnya ke dalam tas ber- merk miliknya dan berjalan ke luar ruangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bu Irene sudah mau pulang?"

"Iya, kamu masih belum pulang Jennie?"

"Saya akan pulang sebentar lagi." Ucapnya sembari tersenyum.

"Baiklah, saya duluan tidak apa kan?"

"Iya gapapa ko bu." Irene melambaikan tangannya yang tentu saja dibalas oleh Jennie.

Setelah menunggu beberapa saat untuk lift akhirnya Irene memasukinya, ia menghela nafas berat saat pintu lift mulai tertutup. Rasanya beban hidupnya sangat berat, atau mungkin karena tidak ada penyemangat di dalam hidupnya?

Irene keluar saat lift telah membawanya ke basement, Irene berjalan sedikit dan menemukan mobil putih mulusnya. Memasukinya dan mulai mengendarainya ke arah apartement miliknya.

Irene memarkirkan mobilnya di sebuah super market, dia terlalu lelah. Sepertinya dirinya terakhir makan adalah saat makan siang tadi dan sekarang sudah pukul sebelas malam. Irene akan kembali di marahi jika sampai magh-nya kambuh lagi.

Irene mengambil roti, susu dan vitamin c dan menyerahkannya ke kasir. Irene mendudukan dirinya di bangku di depan super market. Irene terlalu menikmati makanannya sampai tidak sadar ada seseorang yang sudah duduk di hadapannya.

"Ya Tuhan, semenjak kapan kamu disana." Sentak Irene, lelaki di hadapan Irene hanya tertawa keras. Irene bahkan tidak mengerti dimana letak sesuatu yang lucu sehingga membuat lelaki di depannya tertawa dengan begitu kerasnya.

 Irene bahkan tidak mengerti dimana letak sesuatu yang lucu sehingga membuat lelaki di depannya tertawa dengan begitu kerasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang lucu?" Tanya Irene dengan sentakan karena lelaki di depannya masih tidak mau memberhentikan tawanya.

"Kaka lucu." Irene mengernyit, kaka?

"Kaka? Kamu pikir usia kamu berapa sampai-sampai manggil saya kaka? Muka kamu aja mirip om-om." Lelaki di hadapannya tersenyum.

"Kaka pake baju kerja dan artinya kaka habis pulang kerja, sementara saya masih kuliah. Jadi pantes kan kalau saya manggil kaka." Irene melotot dengan tidak percaya, ia kembali memperhatikan lelaki di hadapannya. Dia terlalu terlihat dewasa jika dibandingkan dengan statusnya yang masih mahasiswa.

"Kamu beneran masih mahasiswa?" Tanya Irene yang masih tidak percaya.

Lelaki di hadapannya tersenyum, "Hm, saya masih mahasiswa ka. Seharusnya lulus tahun kemarin cuman karena ada kendala jadi saya harus ngulang beberapa mata kuliah."

Irene hanya mengangguk-angguk walau dirinya masih tidak percaya bahwa wajah seperti lelaki di depannya ternyata masih mahasiswa.

"Biar aku tebak deh, umur kaka dua puluh tiga?" Irene tersenyum mendengarnya, banyak yang mengatakan bahwa Irene masih memiliki wajah yang imut ditambah dengan postur tubuhnya yang kecil membuat banyak orang berasumsi Irene terlalu muda untuk umurnya.

"Salah." Lelaki itu menggeleng tidak percaya.

"Masa sih ka."

"Umur saya dua puluh lima." Lelaki itu kini benar-benar tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Ka jangan bercanda deh." Rengeknya tak suka.

"Siapa yang bercanda, saya serius."

Mino menghela nafas, "Padahal saya berniat mau jadiin kaka istri. Kaka suka enggak kalau sama yang lebih muda."

Irene terkesiap walau selanjutnya berdiri, "Gila."

Irene berjalan menjauh, sayup-sayup ia dengar lelaki itu meneriaki dirinya untuk memberi tahu nama.

"Ka namanya siapa? Nomor ponsel deh kalau enggak." Irene menggeleng mendengar teriakan itu, ia memasuki mobilnya dan mengendarainya kembali ke apartement.

Tapi tidak dapat di pungkiri Irene memikirkan tingkah konyol lelaki tadi.

"Lucu."

-

Gimana? Gimana? Gimana?

Suka sama couple pertama disini? Kalau kalian penasaran sama aku kalian bisa cek akun aku realllmino_

Buat next chapter bakal dilanjutin sama adik aku:') DwiVenaEkaPutri

Our CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang