Mino-Irene [7]

329 34 11
                                    

Nino berangkat ke kampus dengan senyuman di wajahnya, setelah bertemu dengan perempuan yang sedang duduk di depan Minimarket Nino merasa dirinya jadi ingin cepat-cepat lulus dan menikahinya. Persetan dengan perbedaan umur yang terlampau jauh.

Yoon teman satu kosannya bahkan terus-menerus bertanya mengapa wajah Nino sangat cerah, padahal wajah gosongnya biasanya muram setiap harinya.

"Gue abis ketemu calon istri, tolong cariin gedung pernikahan yang bagus dong, sekalian bayarin kalau bisa. Wkwkwkw."

Yoon bahkan hampir saja mengumpat, gedung pernikahan? Keduanya bahkan hanya pekerja part-time di kafe dan masih kuliah. Bagaimana bisa membangun rumah tangga dan menghidupi seseorang selain diri sendiri.

Otak Nino terlalu kecil untuk memikirkan cicilan dan masalah-masalah dalam kehidupan rumah tangga yang akan dihadapinya nanti.

Nino memarkirkan motornya di parkiran kampus, masih dengan cengiran lebarnya yang membuat orang-orang di sekitarnya bergidik ngeri.

"No, sehat lu?" Nino berhenti, mendecak, menggeleng dengan pertanyaan yang ia dapat. Sama persis dengan pertanyaan Yoon saat dirinya tadi malam pulang ke kosan.

"Kenapa sih? Gue sehat gini." Ujarnya pada Jinu, kembali berjalan ke kelas dengan menebar senyum kepada siapapun yang ia lewati.

Jinu bahkan menggeleng dan memelankan langkahnya agar tidak sejajar dengan Nino, jangan sampai orang-orang menganggap lelaki tampan seperti dirinya mempunyai teman yang sudah tidak waras.

"Stop smile, please." Nino tak mengindahkan ucapan Jinu dan tetap melebarkan senyumannya.

Pikirannya kini berkelana pada kejadian tadi malam, haruskah Nino kembali ke Minimarket agar kembali bertemu perempuan yang ia claim  sebagai caloistrinya.

Oh sudah pasti itu hal yang harus Nino lakukan.

***

Nino kini sedang melakukan part-time, berlalu lalang kesana-kemari untuk melayani pelanggan dengan seragam kafe yang melekat di tubuhnya.

"No meja nomor tiga." Nino mengangguk, mengambil nota untuk menyatat pesanan. Berjalan kearah meja nomor tiga.

"Mbak mau pesan?" Tanya Nino sudah fokus pada nota dan pulpen di tangannya.

"Saya mau--kamu?"

Nino menunduk, juga terkejut melihat perempuan di depannya. Tapi jadi tersenyum bahagia.

"Halo ka, ngapain disini?" Tanya Nino ceria.

Irene mendelik, tapi jadi melengos mencoba tidak peduli.

"Mampir istirahat abis pulang dari kantor." Nino mengangguk-anggukan kepalanya.

"Mau pesen apa ka?"

"Caffe latte sama cake redvelvet." Nino mengambil buku menu yang perempuan itu sodorkan setelah memesan.

"Oke ka, di tunggu ya." Nino berjalan dengan riang, bahkan senyuman tidak luput dari wajahnya. Memang jodoh tuh enggak kemana.

***

"Saya mau bayar." Ujar Irene kepada kasir di depannya.

"Meja nomor berapa Mbak?"

Irene melirik pada meja yang tadi di tempatinya, ada nomor di atas meja tersebut.

Our CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang