Sudah seminggu lelaki dengan paras tampan itu ke bar setiap malam, menurutnya minuman keras dengan sebatang rokok di sela jarinya itu bisa membuat lelaki bernama Melviano Alterio itu lupa akan apa yang terjadi.
Sudah seminggu pula Melviano tidak pulang ke rumah dan lebih memilih untuk tinggal di hotel, percuma saja tidak ada orang yang mencarinya kecuali sahabatnya Doyoung yang terus menerus mengirimi pesan padanya. Melviano sedikit tersanjung ternyata masih ada orang yang menyayanginya.
Perkataan perempuan yang sudah seminggu ini Melviano jauhi terus terngiang-ngiang di kepalanya, ternyata sesakit ini saat mengetahui apa yang jadi penyebab orang tuanya tidak pernah terlihat menginginkannya.
Apalagi mengingat perkataan kejam itu di katakan oleh orang yang bahkan ia sukai, ya Melviano mengakui bahwa perkataan Doyoung ada benarnya. Bahwa Melviano tidak bermain-main dengan perempuan yang satu ini, perhatian yang dirinya beri untuk Haylie benar-benar tulus dari hatinya.
Melviano mengambil satu cangkir kecil berisi alkohol, hampir saja cangkir tersebut menyentuh bibirnya tapi sebuah tangan menghentikannya. Melviano mendecak saat melihat siapa orang yang berani-beraninya menghentikan dirinya untuk minum.
"Ck, bandel banget sih lu." Doyoung menyingkirkan gelas dan juga botol-botol alkohol dari hadapan Melviano membuat lelaki itu mendecak kesal tapi tetap diam karena lelah melawan. "Ayo gue anterin pulang."
Doyoung menarik tangan Melviano agar bangkit, tapi lelaki itu hanya diam dan menahan tarikan tangan Doyoung.
"Gue masih mau disini." Akhirnya Doyoung yang mengalah dan memilih duduk di sebelah temannya, walaupun dirinya merasa risih dengan kebisingan yang terjadi di sekitarnya. Apalagi banyak sekali orang yang tidak memiliki etika dan berbuat senonoh di sekitarnya.
"Elu pulang aja kalau enggak nyaman." Ujar Melviano karena tahu temannya ini adalah lelaki paling alim yang dirinya kenal.
"Gue enggak akan pulang tanpa lu." Melviano melengos, akhirnya hanya mengedarkan pandangannya meski pikirannya berkelana ke hal lainnya.
Doyoung memperhatikan Melviano di sampingnya, entah dirinya harus mengatakannya atau tidak pada temannya ini bahwa Haylie menemuinya saat di kampus.
"Melvin." Deheman singkat menjadi jawaban atas panggilan Doyoung. "Lu kesel sama Haylie?"
Melviano tertegun, terdiam beberapa saat tidak menyangka bahwa Doyoung akan mengungkit hal ini dengannya. Apalagi lelaki di sebelahnya ini biasanya tak ikut campur dan hanya menemaninya tanpa bertanya hal apapun.
"Enggak." Melviano menautkan kedua tangannya, menatap kosong pada meja bar di depannya.
Doyoung mengernyitkan dahinya, bingung dengan alasan di balik jawaban Melviano. Karena seharusnya dia kesal dan marah seseorang mengatakan hal buruk tentang keluarganya.
"Kenapa?" Tanyanya penasaran.
Melviano terkekeh sinis, "Gue juga tahu gue harusnya marah, apalagi gue di tampar waktu itu. Tapi enggak tahu kenapa gue malah marah sama diri sendiri, kenapa gue persis sama apa yang dia omongin. Itu ngebuat gue merasa rendah di hadapannya, gue kesel sama diri gue sendiri rasanya gue enggak pantas buat dia."
Doyoung menghela nafas mendengarnya, bahkan sebagai temannya saja Doyoung merasa sakit hati. Doyoung mengulurkan tangannya menepuk pundak Melviano pelan.
"Ayo pulang." Melviano berdiri dari duduknya membuat Doyoung juga ikut berdiri dan memapah Melviano yang berjalan dengan sempoyongan karena terlalu banyak menegak alkohol.
***
Doyoung memperhatikan Melviano yang menutup mata di sebelahnya, meski Doyoung tahu lelaki itu tidak tidur sama sekali. Wajah kusam dan juga rambut berantakan menjadi pandangan yang Doyoung temui akhir-akhir ini pada Melviano padahal lelaki itu jelas sangat memperhatikan pakaiannya dan style yang dirinya pakai.
"Melvin." Tidak ada jawaban sama sekali. "Haylie nyariin elu."
Mata Melvin refleks terbuka, ia menoleh menatap Doyoung di sampingnya dengan tatapan meminta penjelasan. Mungkin saja dirinya tadi bermimpi karena hampir saja terlelap tidur.
"Elu bilang apa tadi?" Tanya Melviano berharap.
"Haylie nyariin elu." Ulang Doyoung, ia melirik Melviano di sampingnya yang jadi mengembangkan senyum. "Seneng banget."
"Gue harus masuk kampus besok." Ujarnya semangat.
"Gue udah ngusahain banyak hal buat bikin elu masuk kampus tapi cuman dengan berita Haylie nyariin, elu bisa langsung ngubah pikiran buat ngampus?"
Melviano cekikikan mendengar nada merajuk dari Doyoung, sungguh keadaan yang aneh bahwa dua lelaki yang di kenal dingin di universitas bisa seperti ini.
***
Haylie memarkirkan mobilnya di tempat biasa, seperti kebiasaannya akhir-akhir ini dirinya sempat melihat ke arah tempat duduk di bawah pohon berharap seorang lelaki akan ada di sana dan tersenyum dengan riang kepadanya.
Haylie menghembuskan nafasnya panjang, ingin kembali berjalan tapi langsung tersentak saat ada lelaki yang sudah berdiri tegap menatapnya dengan pandangan tidak terbaca.
"Abis nyari apa disana?" Tanya lelaki itu, menunjuk pohon besar dengan dagunya.
"Se-sejak kapan disini?" Haylie malah mengajukan pertanyaan lain, terlalu terkejut lelaki yang dicarinya kini ada di depannya dengan wajah yang tidak menunjukkan kekesalan sama sekali.
"Abis nyari apa disana?" Tanyanya lagi, tidak mau sama sekali menjawab pertanyaan perempuan di depannya.
"Nyari elu, puas?" Pipi Haylie memerah saat mengatakannya membuat Melviano jadi mengembangkan senyumnya.
"Kangen ya sama gue?" Melviano mengulurkan tangannya untuk menoel-noel sekilas pipi Haylie tapi tidak seperti biasanya perempuan di depannya ini malah terdiam membuat Melviano menarik tangannya canggung. "Sorry-sorry, gue lancang lagi ya?"
Haylie meneguk ludahnya mendengar penuturan Melviano, "Gue mau minta maaf buat persoalan terakhir."
Melviano melebarkan senyumnya, "Santai aja, gue biasa aja ko."
"Biasa aja sampai enggak masuk kampus lebih dari seminggu." Lagi-lagi Melviano tidak bisa menahan senyumannya untuk mengembang sempurna.
"Cie nyariin." Ujarnya sengaja menggoda.
Haylie terdiam di tempatnya, tidak menjawab perkataan yang Melviano ucapkan terakhir.
"Emang enggak boleh kalau gue nyariin elu?" Tanya Haylie langsung, Melviano langsung mengatupkan bibirnya. Padahal dirinya hanya bercanda seperti biasanya, tapi jawaban tegas dari perempuan di depannya membuat Melviano gugup dan berdebar.
Melviano berdehem sebentar, pandangannya jatuh pada mata perempuan di depannya.
"Bolehlah, apasi yang enggak buat elu." Tanpa sadar tersenyum mendengar perkataan itu.
"Kalau gue mau minta kesempatan buat kenal sama elu lebih jauh boleh?"
***
Ps : HELLO GUYS, UDAH LAMA ENGGAK UPDATE HEHE
GIMANA MASIH DISINI NUNGGUIN? COUPLE MANA SIH YANG PALING DI TUNGGU?
ADA CERITA BARU SILAHKAN MAMPIR KALI AJA ADA BIAS KALIAN